Selasa, 30 April 2013

Pesawat UAV Pesanan Kementerian Pertahanan RI Masuk Tahap Produksi PT Dirgantara Indonesia

Pesawat UAV atau PUNA (Pesawat Udara Nir Awak) Wulung yang dikembangkan oleh BPPT sudah masuk tahap produksi PT Dirgantara Indonesia. Pesawat UAV Wulung yang prototipenya memiliki kode PUNA BPPT01A-200-PA7 ini merupakan pesanan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia dan selanjutnya akan dioperasikan oleh TNI AU. Sebagai tahap awal, akan diproduksi sebanyak 7 unit PUNA Wulung.
PUNA Wulung BPPT01A-200-PA7. PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara
PTDI Mulai Buat Pesawat Tanpa Awak

Pesawat Udara Nir Awak atau PUNA hasil rancangan tim perekayasa Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), tahun ini mulai diproduksi PT Dirgantara Indonesia. Pada tahap awal PUNA BPPT01A-200-PA7 yang dinamai Wulung, akan dibuat sebanyak 3 unit untuk memenuhi perminataan Kementerian Pertahanan. Rencana pembuatan PUNA dilaksanakan berdasarkan kesepakatan kerjasama yang ditandatangani Kepala BPPT, Marzan A Iskandar; Direktur Teknologi dan Produksi PT LEN Industri, Darman Mapangana; dan Direktur Teknologi dan Pengembangan Rekayasa PTDI, Andi Alisjahbana, di Jakarta, Senin (29/4/2013).

Kepala Program PUNA BPPT, Joko Purnomo, menjelaskan, desain dan rancang bangun pesawat tanpa awak tersebut telah dilaksanakan BPPT sejak tahun 2004. Untuk pengembangan selanjutnya, tiga tahun terakhir dibentuk Konsorsium dengan melibatkan Balitbang Kementerian Pertahanan. Untuk pengembangan prototipe Kementerian Pertahanan Republik Indonesia mengalokasikan dana Rp 15 miliar. "Tahun ini mulai memasuki tahapan produksi. Tahap awal akan dibuat tiga pesawat nir awak dengan alokasi anggaran Rp 29 miilar. Dalam jangka panjang, dalam rangka kerjasama tersebut akan dibuat PUNA untuk satu skuadron atau hingga 24 unit," papar Djoko.

Pesawat tanpa awak yang dibuat memiliki spesifikasi, antara lain bertipe sayap tinggi dan ekor beprofil T serta memiliki bentang sayap 6,34 meter. Dilengkapi dengan mesin bensin dua taks, pesawat mampu menjelajah hingga 200 kilometer.

Wahana tanpa awak ini, tambah Erzi Agson Gani, Deputi Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa BPPT, dapat dikembangkan pemanfaatannya untuk pengawasan transportasi, search and resque, penelitian atmosfer, pemantauan kebencanaan, kargo operasi hujan buatan, pengelolaan pertanian dan perkebunan, penyebaran benih dan pengamatan vegetasi daerah kritis.

Selain itu untuk pengawasan dari udara, juga terkait dengan pelanggaran lintas batas, dan praktek ilegal berupa pencurian ikan dan kayu.

nasional.kompas.com