Selasa, 08 Desember 2015

Perkuat Operasional Tempur, TNI AL Gunakan Sistem Komunikasi Satelit

Kini jajaran TNI AL mulai menggunakan Sistem Komunikasi Satelit (Siskomsat) untuk semakin memperkuat operasionalnya dalam menjaga NKRI. Sistem Komunikasi Satelit (Siskomsat) yang digunakan di lingkungan TNI AL ini berbasis bantuan Satelit Komunikasi BRISAT yang mulai mengorbit pada Oktober 2015

KRI John Lie (358) dan KRI Usman-Harun (359). PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara
KRI John Lie (358) dan KRI Usman-Harun (359).
TNI AL Mulai Gunakan Sistem Komunikasi Satelit.

Sistem komunikasi di lingkungan TNI AL kini memasuki era baru dengan menerapkan sistem komunikasi canggih bernama sistem komunikasi satelit (Siskomsat). Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Ade Supandi, meresmikan penggunaan Siskomsat tersebut di Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) Surabaya, Senin (7/12).

Siskomsat TNI AL dapat dioperasikan karena berbasis bantuan Satelit Komunikasi BRISAT yang telah mengorbit pada bulan Oktober 2015 lalu. Siskomsat TNI AL direalisasikan dalam dua kegiatan yaitu Pengembangan Siskomsat TNI AL dengan Backbone C Band untuk pendirian darat dan Siskomsat TNI AL dengan Backbone Ku-Band untuk KRI. Pada tahapan pelaksanaannya TNI AL juga menjalin kerja sama dengan PT Telkom dan PT LEN dari tahap perencanaan teknis, tahap pengembangan software hingga pengadaan hardware-nya.

Kasal Laksamana TNI Ade Supandi, dalam keterangannya, Senin (7/12) menegaskan, dalam perang laut modern, komunikasi sangat menentukan keberhasilan operasi. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menuntut pelaksanaan gelar operasi yang semakin kompleks dimana jaminan terjalinnya komunikasi yang lancar, aman dan dapat dipercaya merupakan suatu keharusan.

Selama ini, dijelaskan, sistem komunikasi di lingkungan TNI, baik di pendirat maupun unsur kapal perang (KRI) yang menggunakan perangkat radio HF, VHF, dan UHF, memiliki keterbatasan dalam pengoperasiannya karena memiliki data rate rendah. "Demikian juga dengan gelar Sistem Komunikasi Satelit (Siskomsat) TNI, yang berada di bawah Komando Pengendalian Panglima TNI, tidak dapat diaplikasikan di sebagian besar KRI karena dimensi Antena C-Band yang relatif cukup besar," kata Kasal.

Karena itu TNI AL mengambil peluang kesempatan dengan adanya alokasi satu transponder Ku-Band untuk TNI AL melalui Satelit Komunikasi BRISAT yang mulai mengorbit pada bulan Oktober 2015 lalu.

Menurutnya,? Siskomsat TNI AL akan diaplikasikan untuk penugasan prajurit yang bertugas di pulau-pulau terluar, survellance, mobile trunking, dan backpack prajurit Korps Marinir. Untuk penggunaan surveillance atau pengamatan, Siskomsat dilengkapi dengan perangkat yang terdiri dari fasilitas radar, kamera, Automatic Identification System (AIS) transponder, PSTN dan E-mail.

Sebagai Siskomsat mobile atau mobile trunking, kendaraan Siskomsat dilengkapi perangkat Very Short Aperture Terminal (VSAT) dan repeater, serta pada aplikasi bacpack untuk pasukan Korps Marinir, Siskomsat dilengkapi fasilitas e-mail, PSTN dan handy talky (HT) berbasis Internet Protocol (IP). Sedangkan Siskomsat TNI AL dengan Backbone KU-Band, kata Kasal, diterapkan pada KRI dari unsur-unsur pemukul sehingga Komando dan Pengendalian Operasi bisa dilaksanakan secara langsung oleh pimpinan kepada unsur-unsur pelaku operasi.

Siskomsat pada aplikasi KRI ini memiliki fasilitas berupa data, PSTN dan Visual Comunication (Vicom) serta dilengkapi dengan kamera, radar dan Automatic Identification System (AIS) Transponder. Tahun ini, Siskomsat dengan Backbone KU-Band dipasang di Multi Role Light Frigate KRI Usman Harun-359 dan korvet KRI Sultan Iskandar Muda-367.

www.beritasatu.com

Sabtu, 05 Desember 2015

SCA Pengembangan Jet Tempur KFX/IFX Diteken Indonesia-Korea Selatan

Program pengembangan jet tempur KF-X/IF-X kini makin mencapai tahap yang lebih lanjut. Kepastian kelanjutan program industri penerbangan militer antara Indonesia dan Korea Selatan ini ditandai dengan ditandatanganinya Strategic Cooperation Agreement (SCA) antara PT. Dirgantara Indonesia (DI) dan Korea Aerospace Industries (KAI). Ltd. Penandatanganan SCA ini dilakukan oleh Budi Santoso selaku Direktur Utama PT. Dirgantara Indonesia dan Ha Sung Yong selaku CEO Korea Aerospace Industries Ltd serta disaksikan oleh Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu bersama Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Cho Taiyoung, Jumat (4-12-2015).

Jet Tempur KFX/IFX. PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara
Jet Tempur KFX/IFX.
Indonesia – Korea Selatan Kerja Sama Produksi Pesawat Tempur Tercanggih.

Kerja sama di bidang pertahanan antara Indonesia dan Korea Selatan khususnya kerja sama dalam program pengembangan pesawat tempur KF-X/IF-X terus berlanjut. Hal tersebut ditandai dengan penandatanganan Strategic Cooperation Agreement (SCA) antara PT. Dirgantara Indonesia (DI) dan Korea Aerospace Industries (KAI). Ltd. SCA tersebut ditandatangani oleh Direktur Utama PT. DI Budi Santoso bersama CEO KAI.Ltd Ha, Sung Yong dan disaksikan langsung Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu bersama Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Cho Taiyoung, Jumat (4-12-2015).

Penandatanganan SCA ini merupakan langkah awal yang cukup strategis antara industri pertahanan Indonesia dan Korea Selatan. Di dalam SCA secara Bisnis to Bisnis, PT. DI dengan KAI.Ltd akan melaksanakan kerja sama yang meliputi fase produksi pesawat tempur KFX/IFX termasuk maintenance/sustainability, modification dan upgrading. Di samping itu, potensi kerja sama lainnya sesuai kapasitas dan kapabilitas kedua belah pihak yang akan dilaksanakan secara simultan sejalan dengan pelaksanaan fase Engineering Management and Development (EMD).

Menhan RI Ryamizard Ryacudu mengatakan penandatanganan SCA antara PT. DI dengan KAI.Ltd ini merupakan langkah awal yang cukup strategis antara industri pertahanan kedua negara, terutama kepada PT. DI agar dapat mengembangkan kemampuan produksi dan teknologi terutama di bidang pesawat tempurdan diharapkan pada masa mendatang akan menjadi produk unggulan karya anak bangsa yang menjadi andalan dan kebanggaan Indonesia.

Menhan berharap melalui penandatanganan SCA ini seluruh program dan kegiatan terkait dengan pembangunan dan penguasaan teknologi pesawat tempur dapat diselesaikan dengan lancar dan tepat waktu. "Momentum penandatanganan ini harus menjadi pendorong semangat kerja kedua belah pihak untuk membuktikan bahwa kerjasama ini sudah sesuai tujuan dan sasaran yang diharapkan," ungkapnya.

Menhan RI mengatakan, proses penguasaan teknologi pesawat terbang bukanlah suatu proses yang sederhana, tetapi memerlukan dukungan dan komitmen semua pihak yang terkait termasuk pemerintah dengan dukungan regulasi dan anggaran, demikian pula peran aktif dari industri pertahanan dalam melaksanakan proses kerja sama termasuk sharing keahlian, pengetahuan dan teknologi.

Dengan tingginya persaingan ekonomi global dewasa ini, menurut Menhan RI, perlu adanya sikap antisipasi dan komitmen kuat dari para pelaku industri strategis terutama PT. DI agar tetap eksis dalam dunia internasional sebagai perusahaan yang bergerak di bidang teknologi pesawat terbang. "Harus senantiasa berupaya mencari terobosan dan inovasi teknologi agar tidak tertinggal dari negara-negara lain," katanya.

www.jpnn.com