Rabu, 17 Februari 2016

Penandatanganan Kontrak Pembelian Jet Tempur Su-35 Akan Dilakukan Di Rusia

Kontrak pembelian jet tempur Sukhoi Su-35 Flanker-E buatan Rusia oleh Indonesia rencanannya akan ditandatangani Menteri Pertahanan Republik Indonesia Ryamizard Ryacudu di Rusia. Jika tidak ada perubahan, rencana tersebut akan terlaksana bulan depan.

Sukhoi Su-35 Flanker-E. Prokimal Online Kotabumi Lampung Utara
Sukhoi Su-35 Flanker-E.
Menhan Akan ke Rusia, Teken Pembelian Jet Tempur Sukhoi Su-35.

Ada isyarat dari Menteri Pertahanan Republik Indonesia Ryamizard Ryacudu bahwa Indonesia memastikan akan membeli jet tempur Su-35 buatan Rusia untuk menggantikan skuadron F-5 Tiger TNI Angkatan Udara yang uzur. Ryamizard mengatakan penandatanganan kontrak pembelian Su-35 akan dilakukan di Rusia, negara asal jet tempur itu, dalam waktu dekat. "Nanti (teken kontrak) di Rusia. Saya kan mau ke Rusia. Ada undangan untuk seminar sekalian di sana," kata Ryamizard. Ia menyatakan proses pengadaan Su-35 terus berjalan.

Jika tak ada perubahan, Ryamizard terbang ke Rusia bulan depan, Maret. Ada delapan Sukhoi Su-35 yang akan dibeli pemerintah Indonesia. Harga satu unit diperkirakan US$65 juta atau sekitar Rp951 miliar. Soal pembiayaan pesawat supermahal itu, beberapa waktu lalu Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Dwi Badarmanto berujar, "Pembayaran dilakukan oleh pemerintah, tepatnya Kementerian Pertahanan. Mau dibayar tunai atau dicicil, terserah. Pokoknya dibayar sampai satu skuadron terpenuhi."

Soal kenapa pemerintah Indonesia memilih Sukhoi sedangkan ada pula tawaran dari Lockheed Martin Amerika Serikat yang menyodorkan F-16 Viper dan Saab Swedia yang menyodorkan paket hemat jet tempur Gripen, Ryamizard berkata, "F-16 sudah banyak, ada 30-an."

Sukhoi Su-35 diincar TNI AU sejak lama. "Mimpi semua prajurit AU ialah punya pesawat tempur tercanggih saat ini," kata Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, akhir 2015.

Sukhoi mengklasifikasikan jet baru mereka itu sebagai pesawat generasi keempat++ dengan kecanggihan teknologi nyaris setara dengan pesawat siluman generasi kelima buatan AS, F-22 Raptor.

"Kami (TNI AU) beli pesawat tergantung uang pemerintah, tapi kami punya pilihan. Kalau boleh, ya beli Su-35. Kami punya Su-27, Su-30. Konsep beli pesawat itu harus baru, lengkap, dan satu tingkat di atas yang sudah ada, sehingga peralatannya lebih modern," kata Dwi kepada CNNIndonesia.com.

Pembelian dengan teknologi lebih mutakhir diklaim Dwi juga untuk meningkatkan profesionalisme para penerbang. "Kalau beli yang sama, tidak ada peningkatan," kata mantan Asisten Deputi Koordinator Strategi Politik Luar Negeri Kementerian Politik Hukum dan Keamanan itu.

Jika anggaran negara cukup, ujar Dwi, beli sekalian enam sampai delapan Sukhoi. "Kalau bisa satu skuadron Su-35. Kalau punya itu, kami tenang jaga kedaulatan udara RI." Delapan unit itulah yang direncanakan dibeli oleh Menhan.

Pemilihan Su-35, imbuh Dwi, bukan tanpa alasan. "Kami diuntungkan pernah melaksanakan pemeliharaan pesawat sejenis, dari Su-27, Su-30. Ini kan satu rumpun."

TNI AU sesungguhnya juga mempertimbangkan F-16 Viper. "(Bisa) F-16 tapi yang sudah Blok 70 sehingga peralatannya lebih modern. Jadi kalau F-16 yang Blok 70, kalau Sukhoi yang Su-35," ujar Dwi.

Dwi berharap pesawat baru tersebut bisa secepatnya datang karena F-5 TNI AU sudah waktunya pensiun. Armada F-5 Tiger itu sudah beroperasi sejak tahun 1980-an. "Harus ada penggantinya. Kami tunggu pemerintah, tapi kami harapkan di program rencana strategi 2015-2019 ini, pesawat-pesawat baru sudah berdatangan," kata Dwi.

Pekan lalu, Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Nikolai Patrushev dalam pertemuannya dengan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Panjdaitan di Kantor Kemenkopohukam, Jakarta, menawarkan sejumlah alat utama sistem senjata (alutsista) produksi negaranya kepada Indonesia. Selain Su-35, kapal selam dan helikopter Mil Mi-17 juga disodorkan Negeri Beruang Merah.

Luhut berkata pada delegasi Rusia bahwa jual beli alutsista antardua negara harus disertai transfer teknologi. Ia menyerahkan soal pembelian alutsista tersebut kepada Ryamizard selaku Menteri Pertahanan RI.

www.cnnindonesia.com