Jumat, 21 September 2012
Pejabat Militer China Tuduh AS Dalang Ketegangan China vs Jepang
Pada bulan Januari 2011, ketika mantan Menteri Pertahanan AS Robert Gates berkunjung ke China, negeri tirai bambu itu mengadakan uji penerbangan pesawat tempur siluman pertamanya, Chendu J-20 Black Eagle. Kala itu Gates sibuk meyakinkan AS untuk mengakhiri produksi jet tempur F-22 Raptor.
"Jelas ada unsur kecakapan memainkan pertunjukan dan membual disini," kata Carlo Kopp dari Air Power Australia. "Ini sengaja dilakukan untuk memperkuat titik strategi politik. Orang bisa beranggapan bahwa pemerintah China bermaksud menunjukkan kepada rakyat bahwa China sangat aktif dalam mengembangkan sistem persenjataan".
Pada hari Rabu (19/9/2012) lalu, beredar foto yang menggambarkan sebuah upacara yang dilakukan di atas dek kapal induk pertama China. Rumor yang beredar mengatakan bahwa kapal induk tersebut sudah bisa dioperasikan. Berbagai pendapat pun bermunculan. Waktu yang tepat, kata seorang diplomat barat. Seorang pakar China di U.S. Naval Academy, Yu Maochun, mengatakan bahwa itu semacam aksi publisitas. "Pengambilan waktu aksi publisitas ini bertepatan dengan peringatan invasi Jepang ke Manchuria pada tahun 1931. Seperti menunjukkan kepada Leon Panneta apa yang sudah dimiliki China. Jadi saya fikir itu sangat simbolis," kata Yu Maochun.
Kunjungan Panneta ke China juga bertepatan dengan aksi demonstrasi besar-besaran anti Jepang di seluruh China. Ketegangan ini dipicu oleh niat Jepang untuk membeli pulau-pulau yang disengketakan di Laut China Timur. Menurut Yu Maochun, beberapa pejabat tinggi militer China percaya bahwa dalang dari ketegangan ini adalah AS.
Kantor berita China Xinhua dan surat kabar People’s Daily memuat pendapat 10 pejabat militer China tentang hal itu. Beberapa dari pejabat itu mengatakan bahwa saat ini bukan waktu yang baik untuk berperang dengan Jepang. Mereka beralasan bahwa ketegangan antara Jepang dan China tersebut merupakan cara AS untuk mengikat China dalam konflik regional sehingga AS bisa mendapatkan keuntungan dari semua masalah yang timbul.
Namun AS berusaha membantah tuduhan itu. Dalam kunjungannya ke China, Panneta menegaskan bahwa rencana pemindahan besar-besaran kekuatan militer AS ke Asia dan Pasifik bukanlah upaya untuk menahan pengaruh China, tetapi upaya untuk melibatkan China.
Panneta telah disambut dengan penuh penghormatan, bahkan bisa bertemu Xi Jinping. Pembicaraan kedua belah pihak juga banyak membahas tentang membangun hubungan dan kerjasama. Tapi penunjukan peralatan militer baru yang dimiliki China seperti mengirimkan pesan yang berbeda.
www.npr.org