Jumat, 18 Mei 2012

Pavel Osipovich Sukhoi, Bapak Jet Tempur Rusia

Pavel Osipovich Sukhoi
Sukhoi: Bapak Dirgantara Rusia

Sukhoi. Nama yang begitu melekat pada pesawat tempur Rusia ini berasal dari nama Pavel Osipovich Sukhoi. Pria kelahiran Hlybokaye, kota kecil di kawasan Belarus, inilah yang berada di balik kemegahan teknologi dan industri penerbangan Rusia. Sukhoi dapat disebut sebagai peletak dasar dan pelopor teknologi dirgantara sejak Uni Soviet masih berjaya.

Sejak awal, Sukhoi menunjukkan minatnya pada teknologi dirgantara. Ia melewatkan masa sekolahnya di Gomel Gymnasium, kini bernama Belarusian State University of Transport, pada 1905-1914. Setahun kemudian, Sukhoi memperdalam ilmunya di Imperial Moscow Technical School, kini lebih dikenal sebagai BMSTU. Sebagaimana para pemuda saat itu, ketika Perang Dunia I berkecamuk, Sukhoi segera menjalani wajib militer di Imperial Russian Army. Namun, ia dipindahkan kembali ke BMSTU karena alasan kesehatan pada 1920. Lima tahun kemudian, Sukhoi berhasil menyelesaikan studinya.

Karier dirgantara Sukhoi dimulai ketika ia bekerja sebagai insinyur desainer pada TsAGI(The Central Aerohydrodynamic Institute) pada Maret 1925. Pada tahun-tahun selanjutnya, Sukhoi menghasilkan banyak desain dan rancangan pesawat tempur, seperti Tupolev ANT-25serta pesawat bomber jenis TB-1dan TB-3. Karier Sukhoi rupanya lumayan cemerlang. Pada 1938, ia terpilih menjadi kepala departemen desain dan rekayasa di TsAGI. Sejak itu, berbagai karya inovatif Sukhoi mulai menghiasi dirgantara Rusia. Namanya semakin diperhitungkan ketika Sukhoi mendirikan departemen rekayasa dan desain dirgantara mandiri yang diberi nama Sukhoi Design Bureau(OKB Sukhoi), September 1939. Ketika itu, Sukhoi telah mampu mengembangkan pesawat tempur Su-6. Namun Stalin memutuskan Su-6 belum dapat diproduksi karena lebih memusatkan perhatian pada perawatan pesawat Ilyushin Il-2, yang ketika itu sangat diandalkan di medan perang pada 1942.

Setelah perang usai, Sukhoi termasuk salah satu pelopor ahli dirgantara yang mulai mengembangkan pesawat jet tempur. Walaupun perang selesai, bukannya berarti tidak ada tantangan. Stalin rupanya tidak terlalu berkenan dengan kebijakan dirgantara Sukhoi. Ia dipaksa menghentikan proyek pesawat jet tempurnya dan diharuskan kembali mengembangkan Tupolev. Ketika akhirnya Stalin meninggal, Sukhoi kemudian leluasa mengembangkan minat dirgantaranya lewat OKB Sukhoi yang didirikannya. Walhasil, Sukhoi mampu mengembangkan dan memperkuat dirgantara Rusia dengan menghasilkan serial pesawat jet tempur, seperti supersonik Su-7. Pesawat ini menjadi andalan Rusia pada 1960-an. Begitu juga pesawat interceptor Su-9 dan Su-15 yang menjadi tulang punggung Rusia.

Selama masa pengabdiannya, Sukhoi menerima puluhan penghargaan nasional dan internasional sepanjang masa Stalin dan Lenin. Misalnya Penghargaan Utama Stalin (1943) atas kreasinya pada pesawat Su-6, Penghargaan Lenin (1968), serta Tupolev Gold Medal untuk pekerjaannya di bidang ilmu dirgantara dan rekayasa (1975).

Hingga menjelang akhir hayatnya, Sukhoi tak berhenti mengabdi pada kedirgantaraan. Salah satu desain terakhirnya adalah pesawat jet tempur Superior T-10 (Su-27 Flanker) yang mampu melakukan gerakan akrobatik kobra, dengan menegakkan pesawat tegak lurus ketika terbang. Namun Sukhoi tak sempat melihat manuver kobra ini karena keburu meninggal pada 1975, di usia 80 tahun.

www.gatra.com