Pulau Owi, Biak, Papua |
Papua merupakan wilayah Indonesia yang mengalami pertempuran langsung antara tentara Jepang melawan tentara Sekutu pada Perang Dunia II atau lebih dikenal sebagai Perang Pasifik, untuk diperlukan kajian arkeologi militer, kata Hari Suroto staf peneliti dari Balai Arkeologi Jayapura, Papua, Sabtu. Menurut dia, kajian arkeologi militer sisa peninggalan PD II di daerah tersebut belum pernah dilakukan, termasuk di Indonesia. Sedangkan kajian seperti ini di Amerika maupun di Eropa sudah dilakukan. "Potensi arkeologi militer di Papua sangat kaya, baik itu situs-situs di darat berupa bekas pertempuran, gua-gua perlindungan, maupun markas militer, serta peralatan tempur yang terkubur dalam tanah maupun dalam air laut," kata Hari.
Hanya saja, kata Hari, kendala dalam melakukan penelitian arkeologi militer di Papua adalah sisa bom ataupun peluru dan ranjau yang masih aktif, dan hal ini masih dapat disaksikan di pesisir Pulau Wakde dan Pulau Liki di Kabupaten Sarmi, beberapa bom aktif terlihat mengeluarkan asap. "Dengan mengkaji arkeologi militer kita dapat mengetahui strategi pertempuran, sistem pertahanan, jenis-jenis peralatan tempur yang digunakan, serta dampak terhadap penduduk asli Papua".
Lebih lanjut Hari samapaikan, jikalau di perairan Biak Numfor dan Sarmi, Provinsi Papua, serta Sorong dan Raja Ampat, Provinsi Papua Barat terdapat bangkai pesawat tempur yang belum diteliti. Sedangkan wilayah Papua lainya yang terdapat situs-situs Perang Pasifik adalah Kota dan Kabupaten Jayapura, Pulau Wakde dan Pulau Liki, kabupaten Sarmi, Pulau Owi di Kabupaten Biak Numfor, Sausapor, Pulau Dom, dan Pulau Jefman. "Situs-situs arkeologi militer di Papua perlu dilestarikan, karena situs-situs arkeologi militer di Papua dapat dijadikan sebagai obyek wisata nostalgia bagi turis Jepang maupun Amerika dan sekutunya," katanya.
Hanya saja kendala dalam pelestarian situs dan tinggalan arkeologi militer telah rusak oleh korosi air laut serta rusak akibat ulah manusia yaitu dijual sebagai besi tua, sambungnya.
Tiap tahun ada turis Jepang yang datang ke Papua, kata Hari, mereka datang untuk mencari tulang belulang keluarga mereka yang meninggal dalam pertempuran di Papua. "Mereka membayar penduduk untuk mendapatkan informasi, tulang belulang yang didapat kemudian dikremasi. Tulang belulang tentara Jepang dapat dikategorikan sebagai cagar budaya," ujarnya. .
oase.kompas.com