Taranis |
Kinerja superdrone berbobot 8 ton ini akan dipantau oleh pejabat militer Inggris. Uji coba penerbangan Taranis yang awalnya akan dilakukan di kawasan Inggris ini pernah terpaksa dijadwal ulang karena terbentur dengan undang-undang penerbangan yang ketat di Inggris.
Taranis merupakan proyek pesawat tempur tanpa awak yang pelaksanaannya dikerjakan oleh BAE System sebagai kontraktor utama bekerjasama dengan Rolls-Royce, GE Avistion System, QinetiQ, dan Kementerian Pertahanan Inggris. Pesawa tanpa awak ini menggunakan mesin jet dan sudah mengaplikasikan teknologi stealth (siluman) sehingga mampu menyusup jauh ke dalam jantung pertahanan musuh.
Pemberitaan tentang pesawat tempur tanpa awak Taranis ini telah muncul sejak tahun 2010 lalu (baca: Taranis, Jet Tempur UAV Masa Depan Rancangan Inggris). Untuk membangun satu unit prototipe Taranis yang selesai dibuat pada 2010 lalu, menelan dana sekitar 143 juta poundsterling atau sekitar Rp 2,17 triliun. Prototipe tersebut awalnya direncanakan untuk uji penerbangan pada 2012 tapi terkendala oleh undang-undang penerbangan Inggris selain memang karena masih terdapat kendala teknis pada pesawat.
Selama ini armada drone milik militer Inggris dioperasikan dengan cara dikendalikan oleh petugas pengendali yang berada di darat. Jet tempur tanpa awak Taranis akan menggunakan sistem komputer yang memungkinkan pesawat mampu melakukan manuver secara mandiri. Sistem komputer tersebut akan menghubungi petugas di darat saat akan meminta otoritas untuk melakukan serangan menggunakan sistem persenjataan pada pesawat.
Kontroversi seputar penggunaan drone telah disorot oleh PBB. Lembaga tersebut telah memulai penyelidikan beberapa kematian pihak sipil dan militer yang disebabkan oleh serangan pesawat tak berawak. Menanggapi hal itu, seorang juru bicara dari BAE System mengatakan: "Taranis adalah program BAE-MoD bersama dan kita tidak berhak untuk mengkonfirmasi rincian apapun dari penerbangan yang akan datang, termasuk lokasi, waktu atau semua data mungkin ada."
www.ibtimes.co.uk