Pameran Indo Defence 2012 digelar November
Pameran internasional industri peralatan pertahanan Indo Defence 2012 Expo and Forum kembali digelar untuk yang kelima kalinya, 7 hingga 10 November, di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran, Jakarta. "Pameran Indo Defence 2012 mengalami peningkatan signifikan karena untuk pertama kalinya peserta yang mengikuti kegiatan berasal dari lima benua, yaitu Asia, Australia, Amerika, Eropa, dan Afrika," kata Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoedin di Jakarta, Selasa.
Penyelenggaraan Indo Defence 2012 bertema "Building Roadmap for Defence Industry, Present and Futures" digelar bersamaan dengan Indo Aerospace Forum dan Indo Marine Forum. Sebanyak tujuh menteri pertahanan dan lebih dari 600 perusahaan pertahanan dari 50 negara akan ambil bagian dalam kegiatan tersebut.
Ajang pameran dua tahunan itu akan digunakan oleh Pemerintah Indonesia untuk memamerkan alat utama sistem persenjataan (alutsista) milik TNI dan Polri. "Pemerintah akan menampilkan produk pertahanan milik negara sebagai wujud konkret era pertahanan RI. Selain itu juga produk persenjataan luar negeri yang dibeli Pemerintah," kata Sjafrie.
Sementara itu, Direktur PT Napindo Media Ashatama sebagai pihak penyelenggara Indo Defence, Herman Wiriadipura, berharap dalam pameran tersebut produk milik Pemerintah Indonesia akan mendominasi industri alat pertahanan. "Pada pameran Indo Defence kelima ini kami berharap total persentase produk dalam negeri akan melebihi produk buatan asing," kata Herman.
Selain meningkatkan penjualan produk alat pertahanan produksi PT Pindad, melalui kerja sama antarindustri pertahanan dengan negara lain, kegiatan pameran tersebut juga diharapkan dapat memberikan dampak peningkatan kegiatan ekonomi, khususnya di sektor pariwisata, di Indonesia.
Indo Defence 2012 Expo and Forum memiliki target lebih dari 20.000 pengunjung dari kalangan umum, praktisi industri pertahanan, dan militer. Lebih dari 150 orang anggota delegasi, antara lain dari negara anggota ASEAN, Turki, China, Ceko, Brazil, dan Ukraina, juga akan turut memeriahkan acara tersebut.
www.antaranews.com
Rabu, 31 Oktober 2012
Selasa, 30 Oktober 2012
Satgas Kompi Zeni TNI Kontingen Garuda XXXII-B/Minustah Tiba Di Haiti
167 Prajurit TNI Tiba di Haiti
Sebanyak 167 prajurit TNI yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Kompi Zeni TNI Kontingen Garuda (Konga) XXXII-B/Minustah (Mission des Nations Unies pour la Stabilisation en Haïti), tiba di Haiti, Amerika Tengah, pada Minggu (28/10/2012) malam waktu setempat. Pasukan tersebut di bawah pimpinan Letkol Czi Arief Novianto.
Dalam siaran pers Pusat Penerangan TNI, Senin (29/10/2012) pagi ini, disebutkan, komposisi personel pasukan tersebut terdiri dari 144 TNI AD, 21 TNI AL, dan 2 TNI AU. Selanjutnya, personel Satgas Kompi Zeni TNI melakukan pergeseran menuju daerah Gonaives, lebih kurang 180 km dari Port Au Prince.
Gonaives merupakan ibu kota Provinsi Artibonite, bagian utara Haiti. Di daerah inilah kamp inti dari Kontingen Garuda XXXII-B/Minustah.
Pergeseran personel Kontingen Garuda menuju Gonaives dikawal satu regu pasukan Argentina Battalion (Argabatt) dengan menggunakan 14 kendaraan yang terdiri dari 9 truk (3 di antaranya merupakan dukungan Argabatt), 2 bus, serta 3 jip.
nasional.kompas.com
Sebanyak 167 prajurit TNI yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Kompi Zeni TNI Kontingen Garuda (Konga) XXXII-B/Minustah (Mission des Nations Unies pour la Stabilisation en Haïti), tiba di Haiti, Amerika Tengah, pada Minggu (28/10/2012) malam waktu setempat. Pasukan tersebut di bawah pimpinan Letkol Czi Arief Novianto.
Dalam siaran pers Pusat Penerangan TNI, Senin (29/10/2012) pagi ini, disebutkan, komposisi personel pasukan tersebut terdiri dari 144 TNI AD, 21 TNI AL, dan 2 TNI AU. Selanjutnya, personel Satgas Kompi Zeni TNI melakukan pergeseran menuju daerah Gonaives, lebih kurang 180 km dari Port Au Prince.
Gonaives merupakan ibu kota Provinsi Artibonite, bagian utara Haiti. Di daerah inilah kamp inti dari Kontingen Garuda XXXII-B/Minustah.
Pergeseran personel Kontingen Garuda menuju Gonaives dikawal satu regu pasukan Argentina Battalion (Argabatt) dengan menggunakan 14 kendaraan yang terdiri dari 9 truk (3 di antaranya merupakan dukungan Argabatt), 2 bus, serta 3 jip.
nasional.kompas.com
Senin, 29 Oktober 2012
11.693 Prajurit TNI Terlibat Latihan Gabungan 2012 Di Kutai Timur
39 Jenderal Akan Hadiri Latgab TNI di Kutai Timur
Latihan Gabungan Setingkat Brigade Tiga Angkatan TNI di kawasan Pantai Sekerat Kecamatan Bengalon Kabupaten Kutai Timur Kalimantan Timur, akhir November 2012 dijadwalkan dihadiri 39 jenderal berbintang empat hingga satu. "Para jenderal akan melihat langsung prajurit TNI bertempur di lapangan," kata Komandan Distrik (Kodim) 0909/SGT, Letkol (Inf) Husni Mubarak, Minggu.
Selain Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, dan Kepala Staf TNI AD Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo, Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Soeparno dan Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI Imam Sufaat, para jenderal yang dipastikan hadir lima orang berbintang tiga, 27 berbintang dua, dan tiga orang berbintang satu, serta sejumlah tamu VVIP dari DPR RI.
Menurut Dandim 0909/SGT Letkol (Inf) Husni Mubarak, Latgab TNI Setingkat Brigade di Kutai Timur, rencananya akan melibatkan melibatkan 11.693 personel dari tiga angkatan, TNI AD, TNI AL dan TNI AU. Untuk mendukung pelaksanaan latihan ini TNI, akan melibatkan unsur Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) seperti kapal perang jenis perusak KRI Kapitan Patimura (371), KRI Teuku Umar (385) dan KRI Tjiptadi-381, KRI Silas Papare (386) dan KRI Wiratno -379.
Dikatakannya, latgab 2012 itu dilaksanakan dalam dua bentuk yakni latihan posko dan latihan lapangan. Latihan posko digelar di Komando Latihan Armada Timur (Kolat Armatim) mulai 20 hingga 25 Oktober 2012 yang melibatkan 931 personel yang terdiri dari 240 personel sebagai penyelenggara dan 691 sebagai pelaku. "Latihan Gabungan TNI Tahun 2012 dibuka Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono di Koarmatim Ujung Surabaya, Sabtu (20/10), dihadiri KSAD, KSAL, KSAU, dan Komandan Korps Marinir, bertujuan meningkatkan dan menguji kemampuan prajurit TNI. Terkait rencana Latgab akhir November 2012 mendatang, kami terus melakukan koordinasi dengan Pemkab Kutai Timur dan masyarakat, agar nantinya berjalan sukses seperti latgab yang selama ini dilakukan di Kutai Timur," katanya.
www.kemhan.go.id
Latihan Gabungan Setingkat Brigade Tiga Angkatan TNI di kawasan Pantai Sekerat Kecamatan Bengalon Kabupaten Kutai Timur Kalimantan Timur, akhir November 2012 dijadwalkan dihadiri 39 jenderal berbintang empat hingga satu. "Para jenderal akan melihat langsung prajurit TNI bertempur di lapangan," kata Komandan Distrik (Kodim) 0909/SGT, Letkol (Inf) Husni Mubarak, Minggu.
Selain Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, dan Kepala Staf TNI AD Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo, Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Soeparno dan Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI Imam Sufaat, para jenderal yang dipastikan hadir lima orang berbintang tiga, 27 berbintang dua, dan tiga orang berbintang satu, serta sejumlah tamu VVIP dari DPR RI.
Menurut Dandim 0909/SGT Letkol (Inf) Husni Mubarak, Latgab TNI Setingkat Brigade di Kutai Timur, rencananya akan melibatkan melibatkan 11.693 personel dari tiga angkatan, TNI AD, TNI AL dan TNI AU. Untuk mendukung pelaksanaan latihan ini TNI, akan melibatkan unsur Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) seperti kapal perang jenis perusak KRI Kapitan Patimura (371), KRI Teuku Umar (385) dan KRI Tjiptadi-381, KRI Silas Papare (386) dan KRI Wiratno -379.
Dikatakannya, latgab 2012 itu dilaksanakan dalam dua bentuk yakni latihan posko dan latihan lapangan. Latihan posko digelar di Komando Latihan Armada Timur (Kolat Armatim) mulai 20 hingga 25 Oktober 2012 yang melibatkan 931 personel yang terdiri dari 240 personel sebagai penyelenggara dan 691 sebagai pelaku. "Latihan Gabungan TNI Tahun 2012 dibuka Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono di Koarmatim Ujung Surabaya, Sabtu (20/10), dihadiri KSAD, KSAL, KSAU, dan Komandan Korps Marinir, bertujuan meningkatkan dan menguji kemampuan prajurit TNI. Terkait rencana Latgab akhir November 2012 mendatang, kami terus melakukan koordinasi dengan Pemkab Kutai Timur dan masyarakat, agar nantinya berjalan sukses seperti latgab yang selama ini dilakukan di Kutai Timur," katanya.
www.kemhan.go.id
Minggu, 28 Oktober 2012
Teknologi Militer AS Dan Rusia Dibawah Bayang-bayang Nazi Jerman
Sisi Gelap Program Antariksa Amerika
Berpuluh tahun lalu Amerika Serikat merekrut para ilmuwan Nazi untuk memimpin sejumlah proyek yang mempelopori persaingan untuk menguasai angkasa luar. Para ilmuwan itu memberi Amerika teknologi canggih yang sampai saat ini masih memajukan program angkasa luar NASA. Namun kemajuan itu memiliki beban moral.
Pada akhir Perang Dunia Kedua, rahasia teknologi Nazi Jerman menjadi incaran. Pihak Sekutu berusaha mengambilalih sebanyak mungkin peralatan dan para ahli sambil mencegah negara-negara lainnya melakukan hal serupa.
Pencapaian teknologi Jerman mengejutkan para ilmuwan Sekutu yang ikut dengan pasukan invasi ke Jerman pada tahun 1945. Roket supersonik, gas syaraf, pesawat terbang jet, rudal jelajah, teknologi stealth dan bahan lapis baja yang lebih keras adalah beberapa teknologi terobosan yang dikembangkan di dalam laboratorium dan pabrik Nazi, bahkan saat Jerman hampir kalah perang.
Amerika Serikat dan Uni Soviet-lah, pada awal-awal Perang Dingin, yang bersaing dan berpacu dengan waktu untuk menemukan rahasia ilmiah Hitler yang belum terungkap. Pada Mei 1945, pasukan legiun Stalin berhasil menguasai beberapa laboratorium penelitian atom di Institut Kaiser Wilhelm yang terkenal di pinggiran Berlin. Ini memberi mereka teknologi yang kemudian digunakan untuk membangun gudang senjata nuklir Soviet.
Pasukan Amerika memindahkan rudal-rudal V-2 dari kompleks besar di Nordhausen, yang dibangun di bawah Pegunungan Harz di Jerman Tengah, beberapa saat sebelum Uni Soviet mengambilalih pabrik itu yang kemudian menjadi daerah yang dikuasai Soviet. Tim yang membangun V-2, pimpinan Wernhre von Braun, juga jatuh ke tangan Amerika.
Kejahatan
Tidak lama kemudian Mayor Jenderal Hugh Knerr, wakil panglima pada Angkatan Udara AS di Eropa menulis: "Pendudukan lembaga ilmiah dan industri Jerman mengungkapkan kenyataan yang mengejutkan bahwa kami sangat terbelakang dalam banyak lapangan penelitian. Kalau kami tidak meraih kesempatan ini untuk menguasai alat dan otak yang mengembangkan teknologi itu dan mempekerjakan mereka, kami akan tetap tertinggal bertahun-tahun."
Karena itu dimulailah Proyek Paperclip, operasi Amerika yang merekrut von Braun dan lebih dari 700 ilmuwan lainnya yang dibawa dari Jerman. Tujuan proyek itu sederhana: "Untuk mempergunakan ilmuwan Jerman bagi penelitian Amerika dan untuk mencegah sumber ilmiah itu jatuh ke tangan Uni Soviet." Perkembangan pun berjalan cepat. Presiden Truman memberi ijin bagi Proyek Paperclip di bulan Agustus 1945 dan pada 18 November, sekelompok ilmuwan Jerman pertama sampai di Amerika.
Tetapi ada satu masalah. Truman memerintahkan bahwa siapapun yang didapati sebagai "anggota partai Nazi dan berperan dalam kegiatannya, atau pendukung aktif militerisme Nazisme" tidak akan diijinkan. Menurut kriteria tadi bahkan von Braun sendiri, orang yang bertanggungjawab atas pemotretan di Bulan, seharusnya tidak boleh bekerja untuk Amerika. Dia adalah anggota berbagai organisasi Nazi dan memegang jabatan di pasukan khusus Nazi, SS. Catatan intelijen awal tentang von Braun menyebut pria itu sebagai "resiko bagi keamanan". Dan rekan-rekan von Braun termasuk:
Puluhan tahun kemudian, warisan Proyek Paperclip masih sangat penting. Dengan karbon penyerap radar pada kayu lapis dan sayap tunggal yang mulus ke belakang, Horten Ho 229 dari tahun 1944 buatan Jerman dapat dikatakan sebagai pesawat terbang stealth yang siluman pertama. Militer AS memberi satu contoh pesawat kepada Northrop Aviation, perusahaan yang kemudian memproduksi pesawat pembom siluman B-2 Spirit yang bernilai lebih dari 2 milyar dolar, yang dijiplak dari desain pesawat Horten satu generasi kemudian. Rudal jelajah masih menggunakan rancangan rudal V-1 dan mesin scramjets yang memotori pesawat hipersonik canggih NASA X-43 dapat diwujudkan berkat teknologi jet Nazi Jerman.
Dokumen Proyek Paperclip yang masih dirahasiakan membuat berbagai kalangan termasuk Nick Cook, konsultan teknologi angkasa luar di mingguan Jane's Defence, berspekulasi bahwa Amerika mungkin telah mengembangkan teknologi maju Nazi lainnya termasuk alat anti gravitasi, yang merupakan sumber energi berjumlah besar.
Meskipun kesuksesan Proyek Paperclip tidak diragukan lagi, banyak orang akan memilih untuk mengingat ribuan nyawa orang yang dikorbankan demi mengirim manusia ke angkasa luar. Untuk ambisi sebuah perjalanan ruang angkasa, para penjahat Perang Dunia II itu dilindungi dan dibersihkan namanya.
bbc.co.uk
Berpuluh tahun lalu Amerika Serikat merekrut para ilmuwan Nazi untuk memimpin sejumlah proyek yang mempelopori persaingan untuk menguasai angkasa luar. Para ilmuwan itu memberi Amerika teknologi canggih yang sampai saat ini masih memajukan program angkasa luar NASA. Namun kemajuan itu memiliki beban moral.
Pada akhir Perang Dunia Kedua, rahasia teknologi Nazi Jerman menjadi incaran. Pihak Sekutu berusaha mengambilalih sebanyak mungkin peralatan dan para ahli sambil mencegah negara-negara lainnya melakukan hal serupa.
Pencapaian teknologi Jerman mengejutkan para ilmuwan Sekutu yang ikut dengan pasukan invasi ke Jerman pada tahun 1945. Roket supersonik, gas syaraf, pesawat terbang jet, rudal jelajah, teknologi stealth dan bahan lapis baja yang lebih keras adalah beberapa teknologi terobosan yang dikembangkan di dalam laboratorium dan pabrik Nazi, bahkan saat Jerman hampir kalah perang.
Amerika Serikat dan Uni Soviet-lah, pada awal-awal Perang Dingin, yang bersaing dan berpacu dengan waktu untuk menemukan rahasia ilmiah Hitler yang belum terungkap. Pada Mei 1945, pasukan legiun Stalin berhasil menguasai beberapa laboratorium penelitian atom di Institut Kaiser Wilhelm yang terkenal di pinggiran Berlin. Ini memberi mereka teknologi yang kemudian digunakan untuk membangun gudang senjata nuklir Soviet.
Pasukan Amerika memindahkan rudal-rudal V-2 dari kompleks besar di Nordhausen, yang dibangun di bawah Pegunungan Harz di Jerman Tengah, beberapa saat sebelum Uni Soviet mengambilalih pabrik itu yang kemudian menjadi daerah yang dikuasai Soviet. Tim yang membangun V-2, pimpinan Wernhre von Braun, juga jatuh ke tangan Amerika.
Kejahatan
Tidak lama kemudian Mayor Jenderal Hugh Knerr, wakil panglima pada Angkatan Udara AS di Eropa menulis: "Pendudukan lembaga ilmiah dan industri Jerman mengungkapkan kenyataan yang mengejutkan bahwa kami sangat terbelakang dalam banyak lapangan penelitian. Kalau kami tidak meraih kesempatan ini untuk menguasai alat dan otak yang mengembangkan teknologi itu dan mempekerjakan mereka, kami akan tetap tertinggal bertahun-tahun."
Karena itu dimulailah Proyek Paperclip, operasi Amerika yang merekrut von Braun dan lebih dari 700 ilmuwan lainnya yang dibawa dari Jerman. Tujuan proyek itu sederhana: "Untuk mempergunakan ilmuwan Jerman bagi penelitian Amerika dan untuk mencegah sumber ilmiah itu jatuh ke tangan Uni Soviet." Perkembangan pun berjalan cepat. Presiden Truman memberi ijin bagi Proyek Paperclip di bulan Agustus 1945 dan pada 18 November, sekelompok ilmuwan Jerman pertama sampai di Amerika.
Tetapi ada satu masalah. Truman memerintahkan bahwa siapapun yang didapati sebagai "anggota partai Nazi dan berperan dalam kegiatannya, atau pendukung aktif militerisme Nazisme" tidak akan diijinkan. Menurut kriteria tadi bahkan von Braun sendiri, orang yang bertanggungjawab atas pemotretan di Bulan, seharusnya tidak boleh bekerja untuk Amerika. Dia adalah anggota berbagai organisasi Nazi dan memegang jabatan di pasukan khusus Nazi, SS. Catatan intelijen awal tentang von Braun menyebut pria itu sebagai "resiko bagi keamanan". Dan rekan-rekan von Braun termasuk:
- Arthur Rudolph, kepala operasi di Nordhausen, tempat 20.000 buruh paksa tewas saat membuat rudal V-2. Dia memimpin tim yang membangun roket Saturnus V. Dia digambarkan sebagai "100% Nazi, orang yang berbahaya".
- Kurt Debus, ahli peluncuran roket, juga perwira SS. Laporan tentang Debus menyatakan: "Dia harus ditahan karena mengancam keamanan Pasukan Sekutu."
- Hubertus Strughold, yang kemudian dikenal sebagai "bapak obat-obatan angkasa luar", yang merancang sistem penyokong kehidupan di pesawat angkasa NASA. Beberapa bawahannya melakukan "percobaan" manusia di kamp Dachau dan Auschwitz, tempat tahanan dibekukan hidup-hidup dan ditempatkan di ruangan bertekanan rendah. Banyak dari mereka yang kemudian meninggal.
Puluhan tahun kemudian, warisan Proyek Paperclip masih sangat penting. Dengan karbon penyerap radar pada kayu lapis dan sayap tunggal yang mulus ke belakang, Horten Ho 229 dari tahun 1944 buatan Jerman dapat dikatakan sebagai pesawat terbang stealth yang siluman pertama. Militer AS memberi satu contoh pesawat kepada Northrop Aviation, perusahaan yang kemudian memproduksi pesawat pembom siluman B-2 Spirit yang bernilai lebih dari 2 milyar dolar, yang dijiplak dari desain pesawat Horten satu generasi kemudian. Rudal jelajah masih menggunakan rancangan rudal V-1 dan mesin scramjets yang memotori pesawat hipersonik canggih NASA X-43 dapat diwujudkan berkat teknologi jet Nazi Jerman.
Dokumen Proyek Paperclip yang masih dirahasiakan membuat berbagai kalangan termasuk Nick Cook, konsultan teknologi angkasa luar di mingguan Jane's Defence, berspekulasi bahwa Amerika mungkin telah mengembangkan teknologi maju Nazi lainnya termasuk alat anti gravitasi, yang merupakan sumber energi berjumlah besar.
Meskipun kesuksesan Proyek Paperclip tidak diragukan lagi, banyak orang akan memilih untuk mengingat ribuan nyawa orang yang dikorbankan demi mengirim manusia ke angkasa luar. Untuk ambisi sebuah perjalanan ruang angkasa, para penjahat Perang Dunia II itu dilindungi dan dibersihkan namanya.
bbc.co.uk
Sabtu, 27 Oktober 2012
S-97 Raider, Helikopter Tempur Berkecepatan Tinggi Rancangan Sikorsky
Sikorsky S-97 Raider adalah rancangan helikopter tempur berkecepatan tinggi yang dikembangkan oleh Sikorsky Aircraft dan menurut rencana akan ditawarkan sebagai helikopter serang kepada Angkatan Darat AS dan kepada peminat lainnya.
Sikorsky S-97 Raider secara resmi diluncurkan pertama kali pada 20 Oktober 2010. Diharapkan helikopter ini bisa memenuhi kebutuhan Angkatan Darat AS yang akan menggantikan armada helikopter Bell OH-58D Kiowa Warrior. S-97 Raider bisa dioperasikan pada operasi militer khusus. Selain versi militer, helikopter ini juga tersedia dalam versi sipil.
Sikorsky S-97 Raider dikembangkan dari desain Sikorsky X2 dan akan menggunakan mesin turboshaft General Electric T700. Secara khusus, sebuah mesin turbin yang lebih kuat sedang dikembangkan untuk helikopter tempur ini agar memiliki kecepatan jelajah diatas 200 knot.
S-97 menggunakan rotor koaksial serta baling-baling pendorong yang terletak di belakang. Kendaraan udara ini dirancang untuk dapat membawa hingga 6 penumpang, tidak termasuk awak helikopter. Menurut rencana, 2 prototip dibuat pada bulan Oktober 2012 ini.
Spesifikasi Helikopter Tempur Sikorsky S-97 Raider
Karakteristik Umum:
Sikorsky S-97 Raider. PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara. |
Sikorsky S-97 Raider. |
Sikorsky S-97 Raider dikembangkan dari desain Sikorsky X2 dan akan menggunakan mesin turboshaft General Electric T700. Secara khusus, sebuah mesin turbin yang lebih kuat sedang dikembangkan untuk helikopter tempur ini agar memiliki kecepatan jelajah diatas 200 knot.
S-97 menggunakan rotor koaksial serta baling-baling pendorong yang terletak di belakang. Kendaraan udara ini dirancang untuk dapat membawa hingga 6 penumpang, tidak termasuk awak helikopter. Menurut rencana, 2 prototip dibuat pada bulan Oktober 2012 ini.
Spesifikasi Helikopter Tempur Sikorsky S-97 Raider
Karakteristik Umum:
- Awak : 2
- Kapasitas Penumpang : 6 parjurit bersenjata lengkap
- Panjang : 11 m
- Berat Kotor : 4.057 kg
- Berat Maksimum Lepas-Landas : 4.990 kg
- Diameter Rotor Utama : 10 m
- Kecepatan Jelajah : 407 km.jam (253 mph, 220 knot)
- Kecepatan Maksimal : 444 km.jam (276 mph, 240 knot)
- Jarak Jangkau : 570 km
- Lama Operasional : 2 jam 40 menit
- Batas Maksimum Ketinggian Penerbangan : 3.048 m
- 1 unit meriam mesin kaliber .50 kapasitas 500 peluru
- 7 poda roket
Jumat, 26 Oktober 2012
IFV Puma, Generasi IFV Baru Pengganti Marder
IFV Puma. PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara | IFV Puma, Generasi IFV Baru Pengganti Marder. |
Puma adalah kendaraan tempur infanteri Jerman yang dirancang untuk menggantikan ranpur sejenis dari generasi sebelumnya, IFV Marder. Produksi massal dari IFV Puma ini sudah dimulai sejak 6 Juli 2009. Proyek pengadaan ranpur generasi baru untuk Bundeswehr ini ditangani oleh PSM Projekt System Management yang merupakan perusahaan patungan antara Krauss-Maffei Wegmann dan Rheinmetall Landsysteme.
Puma meruapakan salah satu IFV (Infantry Fighting Vehicle) yang terbaik dalam aspek proteksi dan memiliki rasio tinggi pada kekuatan mesin dan bobot kendaraan.
Secara keseluruhan, tampilan luar dari Puma tidak terlalu berbeda jika dibandingkan dengan IFV lainnya. Mungkin yang membuatnya berbeda adalah pada bahan pelindungnya. Sebagai proteksi tambahan, Puma menggunakan material AMAP-B (Advanced Modular Armor Protection-Ballistic) untuk perlindungan dari gempuran proyektil yang memiliki kemampuan penetrasi dengan energi kinetik, AMAP-SC (Shaped Charge), perlindungan NBC (Nuclear, Biologist, Chemical), sistem pemadam kebakaran pada kabin awak dan kompartemen mesin.
Puma dilengkapi sistem persenjataan utama berupa meriam otomatis kaliber 30 mm MK 30-2/ABM buatan Rheinmetall dengan kecepatan 200 tembakan per menit dengan jangkauan tembak efektif 3.000 meter. Ranpur ini juga didukung senapan mesin HK MG4 kaliber 5,56 mm berkemampuan 850 tembakan per menit dengan jarak tembak efektif 1.000 meter. Dan untuk menghadapi tank tempur utama (MBT: Main Battle Tank), helikopter tempur, atau bunker pertahanan lawan, Puma dilengkapi sistem rudal Spike LR yang memiliki jangkauan tembak efektif hingga 4.000 meter.
Untuk kamuflase perlindungan, Puma dilengkapi juga dengan 6 unit pelontar granat asap kaliber 76 mm. Perlindungan bagi personil juga diperkuat dengan penambahan proteksi pada lantai ranpur yang bisa menahan ledakan dari bahan peledak hingga seberat 10 kg.
IFV Puma dilengkapi dengan sistem kamera dan periskop yang dapat melakukan pengawasan melingkar hingga 360 derajat. Proyeksi tampilan pengawasan itu bisa disajikan pada monitor yang diawasi oleh awak.
Secara teori, IFV seperti Puma dan sejenisnya digunakan untuk mendampingi tank tempur utama (MBT: Main Battle Tank) pada misi tempur. Tapi pada kenyataannya kebanyakan dari jenis IFV yang ada tidak mampu untuk mengimbangi kelajuan MBT. Untuk menutup celah ini lah IFV Puma diproduksi. Mesin 800 kW yang digunakan Puma membuatnya sanggup mengimbangi laju MBT.
Spesifikasi IFV Puma
- Bobot : 31.500 kg, 43.000 kg dengan lapisan pelindung tambahan.
- Panjang : 7,4 m
- Lebar : 3,7 m
- Tinggi : 3,1 m
- Awak : 3 + 6
- Lapisan Pelindung : AMAP (Advanced Modular Armor Protection)
- Persenjataan Utama : Meriam otomatis MK30-2/ABM kaliber 30 mm, kapasitas 400 peluru.
- Persenjataan Tambahan : Senapan Mesin HK MG4 kaliber 5,56 mm kapasitas 2.000 peluru, sistekm rudal anti-tank Spike LR, 6 tabung pelontar granat kaliber 76 mm
- Mesin : MTU V10 892 diesel 800 kW (1,100 hp)
- Rasio Tenaga Mesin dan Berat Kendaraan : 25,4 kW/ton
- Suspensi : hydropneumatic
- Jarak Jangkau : 600 km
- Kecepatan Maksimal : 70 km/jam
Kamis, 25 Oktober 2012
Pembuatan Kapal Layar Pengganti KRI Dewaruci Masih Dalam Proses Penawaran
TNI-AL Siapkan Pengganti KRI Dewaruci
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut menyiapkan pengganti kapal perang Dewaruci yang akan pensiun pada 2013. "Untuk pengganti KRI Dewaruci ini masih dalam tahap negosiasi. Sekarang masih dalam proses di Kementerian Pertahanan," kata Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Wakasal) Laksamana Madya TNI Marsetio di Jakarta, Rabu. Menurut dia, ada lima perusahaan dari tiga negara yang siap memproduksi kapal pengganti KRI Dewaruci. Lima perusahaan itu, dua perusahaan dari Spanyol, dua perusahaan dari Belanda dan satu perusahaan dari Polandia.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut Laksamana Pertama TNI Untung Suropati, menyebutkan, saat ini TNI AL telah menyerahkan rekomendasi tiga perusahaan yang akan memproduksi kapal Dewaruci tersebut. "Saat ini prosesnya sudah mengerucut menjadi tiga perusahaan. Kami sudah menyerahkan kepada Kemhan sebagai domain yang memutuskan pembuat kapal Dewaruci," katanya.
Menurut dia, kapal latih pengganti ini harus memiliki standar yang sama dengan kapal Dewaruci yang selama ini dikenal tangguh dan telah mengikuti berbagai "event" internasional. "Paling tidak, memiliki standar yang sama bahkan lebih, baik dari segi fisik, lebar, daya tampung, maupun manuver karena ini merupakan kapal latih," ujar Untung.
Staf Ahli Menteri Pertahanan bidang Keamanan, Mayjen TNI Hartind Asrin mengatakan, Kemhan akan mengkaji terlebih dulu melalui Tim Evaluasi Pengadaan (TEP) di bawah Kabaranahan setelah menerima rekomendasi perusahaan pembuat kapal, yakni TNI AL. Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemhan Kolonel Kav Bambang Hartawan menyebutkan saat ini Kemhan baru menerima proses penawaran dan akan mengkajinya terlebih dahulu.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, TNI AL sebelumnya telah mengerucutkan lima nama perusahaan calon pembuat pengganti kapal Dewaruci. Penyerahan rekomendasi sebelumnya telah dilakukan oleh TNI AL ke Kementerian Pertahanan namun dikembalikan karena dinilai kurang layak. Namun penyerahan rekomendasi kedua AL ke Kemhan masih terdiri atas tiga dari lima perusahaan sama yang ditolak. Lima perusahaan yang sebelumnya bersaing untuk direkomendasikan menjadi calon pembuat kapal Dewaruci adalah Ostilleros Gondad dari Spanyol, Bumar SP Z.O.O asal Polandia, Icon Yachts dari Belanda, Freire Shipyard dari Spanyol dan DSNS Belanda.
Dari nama tersebut, Ostilleros memiliki penawaran harga terendah dengan 53,18 juta dollar Amerika namun hanya memiliki panjang kapal 78 meter, sementara Freire Shipyard mengajukan kapal dengan panjang 110 meter namun dengan harga 74,7 juta dolar AS. Bumar mengajukan penawaran sebesar 64,7 juta dolar dengan panjang kapal dibuat 78 meter. DSNS Belanda mengajukan penawaran dengan nilai 75,9 juta dolar untuk kapal sepanjang 96 meter. Sedangkan Icon Yachts mengajukan penawaran sebesar 68,9 juta dolar dengan rincian kapal sepanjan 107 meter dan lama pembuatan 18 bulan serta memastikan kesanggupan pembuatan dengan melibatkan banyak bahan baku dan sumber daya manusia dari dalam negeri.
www.kemhan.go.id
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut menyiapkan pengganti kapal perang Dewaruci yang akan pensiun pada 2013. "Untuk pengganti KRI Dewaruci ini masih dalam tahap negosiasi. Sekarang masih dalam proses di Kementerian Pertahanan," kata Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Wakasal) Laksamana Madya TNI Marsetio di Jakarta, Rabu. Menurut dia, ada lima perusahaan dari tiga negara yang siap memproduksi kapal pengganti KRI Dewaruci. Lima perusahaan itu, dua perusahaan dari Spanyol, dua perusahaan dari Belanda dan satu perusahaan dari Polandia.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut Laksamana Pertama TNI Untung Suropati, menyebutkan, saat ini TNI AL telah menyerahkan rekomendasi tiga perusahaan yang akan memproduksi kapal Dewaruci tersebut. "Saat ini prosesnya sudah mengerucut menjadi tiga perusahaan. Kami sudah menyerahkan kepada Kemhan sebagai domain yang memutuskan pembuat kapal Dewaruci," katanya.
Menurut dia, kapal latih pengganti ini harus memiliki standar yang sama dengan kapal Dewaruci yang selama ini dikenal tangguh dan telah mengikuti berbagai "event" internasional. "Paling tidak, memiliki standar yang sama bahkan lebih, baik dari segi fisik, lebar, daya tampung, maupun manuver karena ini merupakan kapal latih," ujar Untung.
Staf Ahli Menteri Pertahanan bidang Keamanan, Mayjen TNI Hartind Asrin mengatakan, Kemhan akan mengkaji terlebih dulu melalui Tim Evaluasi Pengadaan (TEP) di bawah Kabaranahan setelah menerima rekomendasi perusahaan pembuat kapal, yakni TNI AL. Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemhan Kolonel Kav Bambang Hartawan menyebutkan saat ini Kemhan baru menerima proses penawaran dan akan mengkajinya terlebih dahulu.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, TNI AL sebelumnya telah mengerucutkan lima nama perusahaan calon pembuat pengganti kapal Dewaruci. Penyerahan rekomendasi sebelumnya telah dilakukan oleh TNI AL ke Kementerian Pertahanan namun dikembalikan karena dinilai kurang layak. Namun penyerahan rekomendasi kedua AL ke Kemhan masih terdiri atas tiga dari lima perusahaan sama yang ditolak. Lima perusahaan yang sebelumnya bersaing untuk direkomendasikan menjadi calon pembuat kapal Dewaruci adalah Ostilleros Gondad dari Spanyol, Bumar SP Z.O.O asal Polandia, Icon Yachts dari Belanda, Freire Shipyard dari Spanyol dan DSNS Belanda.
Dari nama tersebut, Ostilleros memiliki penawaran harga terendah dengan 53,18 juta dollar Amerika namun hanya memiliki panjang kapal 78 meter, sementara Freire Shipyard mengajukan kapal dengan panjang 110 meter namun dengan harga 74,7 juta dolar AS. Bumar mengajukan penawaran sebesar 64,7 juta dolar dengan panjang kapal dibuat 78 meter. DSNS Belanda mengajukan penawaran dengan nilai 75,9 juta dolar untuk kapal sepanjang 96 meter. Sedangkan Icon Yachts mengajukan penawaran sebesar 68,9 juta dolar dengan rincian kapal sepanjan 107 meter dan lama pembuatan 18 bulan serta memastikan kesanggupan pembuatan dengan melibatkan banyak bahan baku dan sumber daya manusia dari dalam negeri.
www.kemhan.go.id
Selasa, 23 Oktober 2012
Pesawat UAV Buatan Israel Dilaporkan Sering Jatuh
Ternyata, 'Drone' Israel Gampang 'Loyo'
Catatan dari Harian Yedioth Ahronoth menunjukkan kalau beberapa pesawat tanpa awak yang biasa dipakai Angkatan Udara Israel (IAF) untuk pertempuran (UAV) alias "drone" buatan dalam negeri mengalami kerusakan mesin saat dioperasikan. Alih-alih sukses menggempur sasaran, pesawat canggih itu malah sering jatuh atau minimal, mendarat darurat.
Paling anyar, Senin (22/10/2012), koran Israel itu menulis soal sebuah "drone" yang terpaksa mendarat darurat meski sudah terbang menuju sebuah sasaran di Lebanon pada Minggu (21/10/2012). Sumber militer yang dikutip media itu mengatakan kalau "drone" naas tersebut terbilang piranti paling canggih rilisan bikinan perusahaan milik negara Israel, Israel Aerospace Industries. "Pesawat mengalami kerusakan mesin," begitu kata sumber tersebut.
Seminggu sebelumnya, miniatur "drone" berjuluk Sky Rider yang bertugas mengumpulkan informasi taktis dinas rahasia terjerambab di Nablus, Tepi Barat. Beruntungnya, UAV tersebut ditemukan tim pencari dalam kondisi utuh. "Soalnya, bantalan udara sukses meredam jatuhnya pesawat," tutur sumber itu.
Pada Januari lalu, giliran Eitan atau yang sohor dengan nama lain Heron TP juga terseok-seok di udara untuk akhirnya jatuh mencium tanah. Insiden dalam uji coba itu terjadi di Pangkalan IAF Tel Nof. Meski IAF menyembunyikan penyebab jatuhnya pesawat itu, media lokal mewartakan kalau Eitan mengalami patah pada kedua sayapnya. "Soalnya pesawat itu keberatan beban karena mengangkut perangkat-perangkat kamera dan radar," tulis media tersebut.
Duit
Israel memang serius mengembangkan UAV di dalam negeri. Paling tidak, untuk membuat Eitan, Israel sudah merogoh kocek hingga 35 juta dollar AS per unit. Eitan sampai kini menjadi salah satu senjata andalan IAF di Skadron Ke-210.
Seorang pakar independen asal Israel yang tak disebutkan namanya sempat menganalisa kalau Eitan mampu membawa peluru kendali dan persenjataan lainnya hingga menembus jantung wilayah Iran. Padahal, jarak kedua negara mencapai 1.200 kilometer.
Israel saat ini memang menempatkan UAV sebagai pengembang tugas untuk menggempur Jalur Gaza. Tugas "drone" makin komplet mulai dari pengusung rudal mematikan, pencari persenjataan tersembunyi pihak Palestina, hingga pembunuh mereka yang oleh Israel disebut sebagai kelompok militan bersenjata.
internasional.kompas.com
Catatan dari Harian Yedioth Ahronoth menunjukkan kalau beberapa pesawat tanpa awak yang biasa dipakai Angkatan Udara Israel (IAF) untuk pertempuran (UAV) alias "drone" buatan dalam negeri mengalami kerusakan mesin saat dioperasikan. Alih-alih sukses menggempur sasaran, pesawat canggih itu malah sering jatuh atau minimal, mendarat darurat.
Paling anyar, Senin (22/10/2012), koran Israel itu menulis soal sebuah "drone" yang terpaksa mendarat darurat meski sudah terbang menuju sebuah sasaran di Lebanon pada Minggu (21/10/2012). Sumber militer yang dikutip media itu mengatakan kalau "drone" naas tersebut terbilang piranti paling canggih rilisan bikinan perusahaan milik negara Israel, Israel Aerospace Industries. "Pesawat mengalami kerusakan mesin," begitu kata sumber tersebut.
Seminggu sebelumnya, miniatur "drone" berjuluk Sky Rider yang bertugas mengumpulkan informasi taktis dinas rahasia terjerambab di Nablus, Tepi Barat. Beruntungnya, UAV tersebut ditemukan tim pencari dalam kondisi utuh. "Soalnya, bantalan udara sukses meredam jatuhnya pesawat," tutur sumber itu.
Pada Januari lalu, giliran Eitan atau yang sohor dengan nama lain Heron TP juga terseok-seok di udara untuk akhirnya jatuh mencium tanah. Insiden dalam uji coba itu terjadi di Pangkalan IAF Tel Nof. Meski IAF menyembunyikan penyebab jatuhnya pesawat itu, media lokal mewartakan kalau Eitan mengalami patah pada kedua sayapnya. "Soalnya pesawat itu keberatan beban karena mengangkut perangkat-perangkat kamera dan radar," tulis media tersebut.
Duit
Israel memang serius mengembangkan UAV di dalam negeri. Paling tidak, untuk membuat Eitan, Israel sudah merogoh kocek hingga 35 juta dollar AS per unit. Eitan sampai kini menjadi salah satu senjata andalan IAF di Skadron Ke-210.
Seorang pakar independen asal Israel yang tak disebutkan namanya sempat menganalisa kalau Eitan mampu membawa peluru kendali dan persenjataan lainnya hingga menembus jantung wilayah Iran. Padahal, jarak kedua negara mencapai 1.200 kilometer.
Israel saat ini memang menempatkan UAV sebagai pengembang tugas untuk menggempur Jalur Gaza. Tugas "drone" makin komplet mulai dari pengusung rudal mematikan, pencari persenjataan tersembunyi pihak Palestina, hingga pembunuh mereka yang oleh Israel disebut sebagai kelompok militan bersenjata.
internasional.kompas.com
Sabtu, 20 Oktober 2012
Sejarah Kapal Selam Dan Awal Keterlibatannya Dalam Pertempuran
Artikel ini menampilkan sejarah pembuatan kapal selam dari waktu ke waktu. Dimulai dari konsep kapal selam rancangan William Bourne (1578) hingga kapal selam buatan para ilmuwan China yang mampu menyelam hingga kedalaman 7.000 meter. |
Konsep kapal selam William Bourne (1578). Prokimal Online Kotabumi Lampung Utara. |
Konsep kapal selam William Bourne (1578). |
Replika kapal selam Cornelis Drebbel. Prokimal Online Kotabumi Lampung Utara. |
Replika kapal selam Cornelis Drebbel. |
Kapal selam Turtle buatan David Bushnell. Prokimal Online Kotabumi Lampung Utara. |
Kapal selam Turtle buatan David Bushnell. |
Kapal selam Nautilus buatan Robert Fulton (1801). Prokimal Online Kotabumi Lampung Utara. |
Kapal selam Nautilus buatan Robert Fulton (1801). |
H.L. Hunley. Prokimal Online Kotabumi Lampung Utara. |
H.L. Hunley. |
USS Holland. Prokimal Online Kotabumi Lampung Utara. |
USS Holland. |
Pada masa Perang Dunia I, pihak Jerman banyak menggunakan kapal selam dalam armada lautnya. Misalnya kapal selam tipe U-17. Pada tanggal 20 Oktober 1914, kapal selam ini berhasil merampas kapal uap Glitra dari Norwegia. Peristiwa ini menandai kemenangan pertama yang berhasil dilakukan kapal selam pada peperangan itu. Karena keberadaan kapal selam dalam pertempuran di laut, ranjau laut pun mulai banyak digunakan sebagai senjata perang dengan maksud untuk membatasi operasi kapal selam musuh.
Kapal selam tipe U-17. Prokimal Online Kotabumi Lampung Utara. |
Kapal selam tipe U-17. |
Diawali dengan era USS Nautilus itu, kapal selam mulai dilengkapi dengan peluru kendali antar benua. Terutama pada kapal selam milik Amerika dan Uni Sovyet pada saat masih maraknya perang dingin diantara kedua negera tersebut.
USS Nautilus (SSN-571). Prokimal Online Kotabumi Lampung Utara. |
USS Nautilus (SSN-571). |
submarine-history.com, inventors.about.com
Jumat, 19 Oktober 2012
BrahMos, Rudal Jelajah Supersonik Multi-Platform
BrahMos
BrahMos adalah rudal jelajah berkecepatan supersonik yang dibekali kemampuan stealth (siluman). Rudal ini dapat diluncurkan dari berbagai platform, yaitu kapal selam, kapal permukaan, pesawat, dan dari modul peluncur di darat. Rudal ini dikembangkan dan diproduksi oleh BrahMos Aerospace Private Limited, perusahaan patungan antara Defence Research and Development Organisation (DRDO) milik pemerintah India dan NPO Mashinostroeyenia (Rusia). Nama BrahMos diambil dari nama dua sungai, Brahmaputra di India dan Moskva di Rusia. BrahMos Aerospace didirikan pada tanggal 12 Februari 1998.
Rudal BrahMos dapat melesat dengan kecepatan Mach 2,8 hingga Mach 3. Rudal yang bisa diluncurkan dari darat, bawah air, permukaan air, dan udara ini membuat India menjadi satu-satunya negara di dunia yang semua matra dari angkatan bersenjatanya telah mengoperasikan rudal jelajah.
Sebuah varian hipersonik dari rudal BrahMos sedang dikembangkan. Varian baru ini dirancang untuk dapat melesat hingga kecepatan Mach 7 sehingga memberinya kemampuan tinggi untuk melakukan penetrasi ke dalam kawasan target tanpa mendapatkan pencegatan. Varian BrahMos hipersonik ini diharapkan akan siap untuk uji coba pada tahun 2017.
Pada awal pengembangan proyek BrahMos, India menginginkan agar desain rudal baru yang sedang dikembangkannya bersama Rusia itu diambil dari model rudal P-700 Granit yang memiliki jarak jangkau hingga 625 km. Namun Rusia memilih model P-800 Oniks yang berdaya jangkau lebih pendek (300 km). Rusia harus melakukan pembatasan pada daya jangkau dan daya penghancur rudal yang dijual atau dikerjakan bersama negara lain karena negara ini ikut menandatangani Missile Technology Control Regime.
Pada proyek BrahMos, sistem propulsi menggunakan teknologi rudal Rusia, sedangkan BrahMos Corp mengembangkan sistem pemanduannya. Rudal BrahMos mulai diuji coba dengan berbagai platform peluncur sejak akhir tahun 2004. Rudal ini memiliki kemampuan menyerang target permukaan dengan terbang pada ketinggian 10 meter, pada kecepatan Mach 2,8, dengan jarak target 290 km dari modul peluncur.
Daya dorongnya menggunakan sistem propulsi dua tahap. Untuk percepatan awal, digunakan mesin roket berbahan bakar padat. Selanjutnya pada kecepatan jelajah supersonik, mesin beralih ke propulsi ramjet yang menggunakan bahan bakar cair. Konsumsi bahan bakar pada mesin ramjet jauh lebih hemat dibandingkan pada propulsi mesin roket biasa. Ini membuat rudal BrahMos memiliki daya jangkau yang lebih jauh dibandingkan pada rudal yang hanya menggunakan propulsi mesin roket saja.
Rudal ini diklaim empat kali lebih cepat dari rudal BMG-109 Tomahawk buatan Amerika yang memiliki kecepatan jelajah 880 km/jam. Secara sederhana, Mach 1 didefinisikan sebagai kecepatan 1.225 km/jam atau 661,5 knot. Satuan Mach didasarkan pada kecepatan suara yang 340,3 meter/detik. Itu berarti Tomahawk hanya memiliki kecepatan Mach 0,7 saja dan masuk dalam kategori rudal subsonik. Namun demikian, karena Tomahawk dirancang sebagai rudal jarak jauh, jangkauannya mencapai 2.500 km. Tapi faktor kecepatan adalah hal yang sangat penting. Dengan kecepatan Mach 2,8, BrahMos tidak dapat dicegat oleh beberapa sistem pertahanan rudal yang ada saat ini. Rudal ini hanya butuh waktu kurang dari 6 menit untuk mencapai target berjarak 290 km.
Varian Rudal BrahMos
BrahMos-1
Negara Pengguna
Melalui BrahMos Aerospace, India dan Rusia merencanakan untuk memproduksi 2.000 unit rudal jelajah supersonik BrahMos dalam kurun waktu 10 tahun ke depan. Sekitar 50% dari jumlah rudal itu akan diekspor ke negara-negara sahabat.
India sudah mengoperasikan BrahMos sejak tahun 2006. Matra darat adalah pengguna pertama pada angkatan bersenjata India, dan kini semua matra sudah mengandalkan rudal jelajah supersonic tersebut. Sedangkan Angkatan Laut Rusia menginstal BrahMos pada kapal frigat kelas Gorshkov dan pembuatan kapal-kapal baru akan disesuaikan agar bisa menjadi platform peluncur rudal BrahMos-2.
Beberapa negara termasuk Vietnam, Afrika Selatan, Mesir, Oman, dan Brunei telah menyatakan minatnya pada rudal BrahMos. Pada bulan Februari 2010, dilaporkan bahwa India sedang melakukan "perundingan serius" dengan Chile, Brasil, Afrika Selatan dan Indonesia mengenai pembelian rudal ini. Malaysia juga dilaporkan mempertimbangkan pembelian rudal BrahMos untuk digunakan pada kapal perang kelas Kedah dan jet tempur. Negosiasi informal juga dilakukan antara India dan Vietnam untuk penjualan rudal BrahMos.
Spesifikasi Umum Rudal BrahMos
BrahMos adalah rudal jelajah berkecepatan supersonik yang dibekali kemampuan stealth (siluman). Rudal ini dapat diluncurkan dari berbagai platform, yaitu kapal selam, kapal permukaan, pesawat, dan dari modul peluncur di darat. Rudal ini dikembangkan dan diproduksi oleh BrahMos Aerospace Private Limited, perusahaan patungan antara Defence Research and Development Organisation (DRDO) milik pemerintah India dan NPO Mashinostroeyenia (Rusia). Nama BrahMos diambil dari nama dua sungai, Brahmaputra di India dan Moskva di Rusia. BrahMos Aerospace didirikan pada tanggal 12 Februari 1998.
Rudal BrahMos dapat melesat dengan kecepatan Mach 2,8 hingga Mach 3. Rudal yang bisa diluncurkan dari darat, bawah air, permukaan air, dan udara ini membuat India menjadi satu-satunya negara di dunia yang semua matra dari angkatan bersenjatanya telah mengoperasikan rudal jelajah.
Sebuah varian hipersonik dari rudal BrahMos sedang dikembangkan. Varian baru ini dirancang untuk dapat melesat hingga kecepatan Mach 7 sehingga memberinya kemampuan tinggi untuk melakukan penetrasi ke dalam kawasan target tanpa mendapatkan pencegatan. Varian BrahMos hipersonik ini diharapkan akan siap untuk uji coba pada tahun 2017.
Pada awal pengembangan proyek BrahMos, India menginginkan agar desain rudal baru yang sedang dikembangkannya bersama Rusia itu diambil dari model rudal P-700 Granit yang memiliki jarak jangkau hingga 625 km. Namun Rusia memilih model P-800 Oniks yang berdaya jangkau lebih pendek (300 km). Rusia harus melakukan pembatasan pada daya jangkau dan daya penghancur rudal yang dijual atau dikerjakan bersama negara lain karena negara ini ikut menandatangani Missile Technology Control Regime.
Pada proyek BrahMos, sistem propulsi menggunakan teknologi rudal Rusia, sedangkan BrahMos Corp mengembangkan sistem pemanduannya. Rudal BrahMos mulai diuji coba dengan berbagai platform peluncur sejak akhir tahun 2004. Rudal ini memiliki kemampuan menyerang target permukaan dengan terbang pada ketinggian 10 meter, pada kecepatan Mach 2,8, dengan jarak target 290 km dari modul peluncur.
Daya dorongnya menggunakan sistem propulsi dua tahap. Untuk percepatan awal, digunakan mesin roket berbahan bakar padat. Selanjutnya pada kecepatan jelajah supersonik, mesin beralih ke propulsi ramjet yang menggunakan bahan bakar cair. Konsumsi bahan bakar pada mesin ramjet jauh lebih hemat dibandingkan pada propulsi mesin roket biasa. Ini membuat rudal BrahMos memiliki daya jangkau yang lebih jauh dibandingkan pada rudal yang hanya menggunakan propulsi mesin roket saja.
Rudal ini diklaim empat kali lebih cepat dari rudal BMG-109 Tomahawk buatan Amerika yang memiliki kecepatan jelajah 880 km/jam. Secara sederhana, Mach 1 didefinisikan sebagai kecepatan 1.225 km/jam atau 661,5 knot. Satuan Mach didasarkan pada kecepatan suara yang 340,3 meter/detik. Itu berarti Tomahawk hanya memiliki kecepatan Mach 0,7 saja dan masuk dalam kategori rudal subsonik. Namun demikian, karena Tomahawk dirancang sebagai rudal jarak jauh, jangkauannya mencapai 2.500 km. Tapi faktor kecepatan adalah hal yang sangat penting. Dengan kecepatan Mach 2,8, BrahMos tidak dapat dicegat oleh beberapa sistem pertahanan rudal yang ada saat ini. Rudal ini hanya butuh waktu kurang dari 6 menit untuk mencapai target berjarak 290 km.
Varian Rudal BrahMos
BrahMos-1
- Varian anti-kapal, platform peluncur: kapal permukaan
- Varian serangan target permukaan (daratan), platform peluncur: kapal permukaan
- Varian serangan target permukaan (daratan), platform peluncur: modul peluncur di darat
- Varian anti-kapal, platform peluncur: modul peluncur di darat
- Varian anti-kapal, platform peluncur: pesawat terbang
- Varian serangan target permukaan (daratan), platform peluncur: pesawat terbang
- Varian anti-kapal, platform peluncur: kapal selam
- Varian serangan target permukaan (daratan), platform peluncur: kapal selam
- BrahMos-1 Blok II, target permukaan (daratan)
- BrahMos-1 Blok III, target permukaan (daratan)
- Varian anti kapal induk
- BrahMos-2 : Varian ini menggunakan propulsi mesin scramjet sehingga mampu melesat dengan kecepatan hipersonik (Mach 5 – Mach 7). Menurut rencana akan diuji coba peluncurannya pada tahun 2017.
- BrahMos-3 : Ini merupakan versi ringan dari BrahMos-1 dengan diameter yang lebih kecil. Dirancang untuk digunakan pada pesawat tempur tipe menengah hingga berat seperti jet tempur MiG-29K.
Negara Pengguna
Melalui BrahMos Aerospace, India dan Rusia merencanakan untuk memproduksi 2.000 unit rudal jelajah supersonik BrahMos dalam kurun waktu 10 tahun ke depan. Sekitar 50% dari jumlah rudal itu akan diekspor ke negara-negara sahabat.
India sudah mengoperasikan BrahMos sejak tahun 2006. Matra darat adalah pengguna pertama pada angkatan bersenjata India, dan kini semua matra sudah mengandalkan rudal jelajah supersonic tersebut. Sedangkan Angkatan Laut Rusia menginstal BrahMos pada kapal frigat kelas Gorshkov dan pembuatan kapal-kapal baru akan disesuaikan agar bisa menjadi platform peluncur rudal BrahMos-2.
Beberapa negara termasuk Vietnam, Afrika Selatan, Mesir, Oman, dan Brunei telah menyatakan minatnya pada rudal BrahMos. Pada bulan Februari 2010, dilaporkan bahwa India sedang melakukan "perundingan serius" dengan Chile, Brasil, Afrika Selatan dan Indonesia mengenai pembelian rudal ini. Malaysia juga dilaporkan mempertimbangkan pembelian rudal BrahMos untuk digunakan pada kapal perang kelas Kedah dan jet tempur. Negosiasi informal juga dilakukan antara India dan Vietnam untuk penjualan rudal BrahMos.
Spesifikasi Umum Rudal BrahMos
- Bobot : 3.000 kg (platform peluncur darat dan kapal), 2.500 kg (platform peluncur pesawat tempur)
- Panjang : 8,4 meter
- Diameter : 0,6 meter
- Hulu Ledak : 300 kg
- Propulsi : Pendorong dua tahap, mesin roket dan ramjet
- Jarak Jangkau : 300 km
- Ketinggian terbang : Sea-skimming (10 m)
- Kecepatan : Mach 2,8 - Mach 3,0
- Platform Peluncur : Kapal Permukaan, Kapal Selam, Modul Peluncur Darat, dan Pesawat Terbang
Kamis, 18 Oktober 2012
Belanja Militer Negara-negara Asia Makin Meningkat
Indikasi peningkatan peran global negara-negara Asia ini ditanggapi Amerika Serikat dengan menuangkan sikapnya dalam Pedoman Strategis yang dirilis oleh Departemen Pertahanan AS. Dengan memproyeksikan bahwa anggaran pertahanan negara di kawasan Asia yang melebihi Eropa pada akhir tahun 2012, AS terus melanjutkan menggeser kekuatan militernya yang bakal terkonsentrasi di kawasan Asia-Pasifik.
Saat ini beberapa negara Asia sudah masuk dalam kelompok negara dengan anggaran pertahanan terbesar di dunia. Selain itu, tidak seperti anggaran pertahanan negara-negara di kawasan lain, anggaran militer Asia terus meningkat. Tren ini sangat bertolak belakang terutama dengan Eropa dan AS yang justru makin mengurangi anggaran militernya beberapa tahun terakhir ini.
Analisa dari sebuah laporan menyampaikan lima negara dengan anggaran pertahanan terbesar di Asia pada periode 2000 hingga 2011, yaitu China, India, Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan. Pada tahun lalu (2011), secara kolektif lima negara tersebut telah menghabiskan dana sebesar US$ 224 miliar untuk bidang militer.
www.defencetalk.com
Sabtu, 13 Oktober 2012
India Akan Ekspor Jet Tempur Siluman Sukhoi T-50
T-50 merupakan sebuah prototipe jet tempur siluman multi-peran rancangan Biro Desain Sukhoi yang saat ini sedang menjalani uji penerbangan oleh Angkatan Udara Rusia. Pesawat tempur ini akan didukung radar pemindai elektronik aktif, kemampuan supercruise (menjelajah dengan kecepatan supersonik tanpa afterburner), kemampuan manuver yang tinggi, serta kemampuan menghindari deteksi radar dan infra merah. Sukhoi mengklaim bahwa T-50 akan memiliki kinerja yang secara signifikan lebih baik dibanding F-22 Raptor buatan Lockheed yang saat ini dioperasikan oleh AS.
Rusia juga berharap pada akhir tahun ini bisa segera menandatangani kesepakatan dengan India untuk penambahan 42 unit pesawat tempur Su-30MKI yang akan dioperasikan oleh India.
Versi baru dari Su-30MKI didukung radar elektronik canggih serta perangkat sistem peperangan elektronik yang mampu mengatasi jammer pada sistem pemandu rudal jelajah berkecepatan supersonik hasil kerjasama India-Rusia, BrahMos. Perusahaan patungan India-Rusia BrahMos Aerospace akan memasok 1.000 unit rudal BrahMos untuk kebutuhan Angkatan Bersenjata India.
Saat ini India sudah memiliki dan mengoperasikan sekitar 130 unit jet tempur Su-30MKI sebagai bagian utama modernisasi kemampuan pertahanannya. Selain itu, India juga telah melakukan kesepakatan untuk pengadaan 126 unit jet tempur Dassault Rafale buatan Perancis.
en.rian.ru
Rabu, 10 Oktober 2012
Radar Maritim IMSS TNI-AL Efektifkan Pengamanan Laut Di Selat Malaka
IMSS Efektif Tingkatkan Pengamanan Laut
Penempatan 12 unit radar sistem pengawasan maritim atau "Integrated Maritime Surveillance System (IMSS)" dari Sabang hingga Batam, Kepulauan Riau, sangat efektif untuk mengamankan kawasan Perairan Selat Malaka. "Pengawasan bisa memantau hal terkecil yang berada di kapal. Radar ini terintegrasi ke gugus keamanan laut (Guskamla), dimana bisa melihat seluruh kapal yang melintas di Selat Malaka," kata Komandan Pangkalan Angkatan Laut (Danlanal) Batam, Kolonel Laut (P) Nurhidayat, saat menerima rombongan wartawan dan Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan (Kemhan), di Lanal Batam, Kepulauan Riau, Selasa.
Penggunaan radar sistem pengawasan maritim buatan Amerika Serikat itu hanya digunakan pada malam hari karena pada siang hari kapal-kapal yang melintas masih dapat terlihat oleh patrol keamanan laut (Patkamla). Sebelum ada radar itu, pihaknya kesulitan memantau kapal-kapal yang melintas. Apalagi kapal yang bergerak dalam kecepatan rendah di malam hari, semakin sulit untuk di deteksi. "Namun dengan adanya keberadaan IMMS itu kita bisa memantau kapal-kapal meski dari jarak kejauhan dan suasana gelap," ujarnya.
Penempatan radar sistem pengawasan maritim/laut, khususnya di Batam sendiri efektif membantu pengawasan laut mengingat jumlah personil yang ada di Lanal Batam kurang memadai. "Jumlah personel yang ada hanya 143 orang, padahal seharusnya jumlah personelnya mencapai 256 orang," katanya.
Tak hanya itu, jumlah kapal yang dimiliki oleh Lanal Batam hanya 12 unit, sehingga masih kekurangan sekitar enam unit agar kapal-kapal itu "stand by" di pos penjagaan. Kapal yang berada di Lanal Batam, yakni kapal KAL Seraya, Patkamla "Wolf", Patkalma "Sea Hunter", Patkamla "Nongsa", "Comba Boat", dan Patkamla "Sea Rider" buatan Banyuwangi. Kendati demikian, dengan adanya patroli yang dilakukan secara rutin oleh TNI Angkatan Laut kasus-kasus kejahatan yang ada di laut relatif menurun, bahkan dengan adanya penempatan radar itu kasus kejahatan di laut relatif tidak ada. "Jarang sekali terjadi kasus perompakan dan kasus 'traficking'," katanya.
Ia menambahkan, penempatan Kapal Perang (KRI) di perairan Kepulauan Riau belum perlu digunakan mengingat tingkat kerawanannya masih bisa diatasi oleh kapal-kapal kecil (patroli). "Penggunaan KRI bila tingkat kerawanannya terus meningkat. Ini pun harus dilaporkan terlebih dahulu kepada gugus tempur laut (Guspurla) sebelum pengerahan kapal perang," kata Nurhidayat.
www.kemhan.go.id
Penempatan 12 unit radar sistem pengawasan maritim atau "Integrated Maritime Surveillance System (IMSS)" dari Sabang hingga Batam, Kepulauan Riau, sangat efektif untuk mengamankan kawasan Perairan Selat Malaka. "Pengawasan bisa memantau hal terkecil yang berada di kapal. Radar ini terintegrasi ke gugus keamanan laut (Guskamla), dimana bisa melihat seluruh kapal yang melintas di Selat Malaka," kata Komandan Pangkalan Angkatan Laut (Danlanal) Batam, Kolonel Laut (P) Nurhidayat, saat menerima rombongan wartawan dan Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan (Kemhan), di Lanal Batam, Kepulauan Riau, Selasa.
Penggunaan radar sistem pengawasan maritim buatan Amerika Serikat itu hanya digunakan pada malam hari karena pada siang hari kapal-kapal yang melintas masih dapat terlihat oleh patrol keamanan laut (Patkamla). Sebelum ada radar itu, pihaknya kesulitan memantau kapal-kapal yang melintas. Apalagi kapal yang bergerak dalam kecepatan rendah di malam hari, semakin sulit untuk di deteksi. "Namun dengan adanya keberadaan IMMS itu kita bisa memantau kapal-kapal meski dari jarak kejauhan dan suasana gelap," ujarnya.
Penempatan radar sistem pengawasan maritim/laut, khususnya di Batam sendiri efektif membantu pengawasan laut mengingat jumlah personil yang ada di Lanal Batam kurang memadai. "Jumlah personel yang ada hanya 143 orang, padahal seharusnya jumlah personelnya mencapai 256 orang," katanya.
Tak hanya itu, jumlah kapal yang dimiliki oleh Lanal Batam hanya 12 unit, sehingga masih kekurangan sekitar enam unit agar kapal-kapal itu "stand by" di pos penjagaan. Kapal yang berada di Lanal Batam, yakni kapal KAL Seraya, Patkamla "Wolf", Patkalma "Sea Hunter", Patkamla "Nongsa", "Comba Boat", dan Patkamla "Sea Rider" buatan Banyuwangi. Kendati demikian, dengan adanya patroli yang dilakukan secara rutin oleh TNI Angkatan Laut kasus-kasus kejahatan yang ada di laut relatif menurun, bahkan dengan adanya penempatan radar itu kasus kejahatan di laut relatif tidak ada. "Jarang sekali terjadi kasus perompakan dan kasus 'traficking'," katanya.
Ia menambahkan, penempatan Kapal Perang (KRI) di perairan Kepulauan Riau belum perlu digunakan mengingat tingkat kerawanannya masih bisa diatasi oleh kapal-kapal kecil (patroli). "Penggunaan KRI bila tingkat kerawanannya terus meningkat. Ini pun harus dilaporkan terlebih dahulu kepada gugus tempur laut (Guspurla) sebelum pengerahan kapal perang," kata Nurhidayat.
www.kemhan.go.id
Kapal Cepat Rudal (KCR) 40 M Yang Ketiga akan Segera Diterima TNI-AL
TNI AL Segera Dapatkan Kapal Rudal Baru
TNI Angkatan Laut segera mendapatkan kembali satu unit Kapal Cepat Rudal (KCR) 40 M dari industri galangan kapal PT Palindo Marine, Batam, yang dalam waktu dekat akan diserahterimakan. "KCR yang ketiga ini tinggal tahap 'finishing' saja. Minggu lalu sudah di'launching' dan akhir tahun ini mungkin bisa diserahterimakan," kata Managing Director PT Palindo Marine Harmanto saat menerima kunjungan rombongan Puskom Publik Kemhan dan wartawan di pabrik PT Palindo Marine, Batam, Selasa.
Kapal itu merupakan salah satu dari empat KCR yang telah dipesan pemerintah melalui Kementerian Pertahanan (Kemhan) dari PT Palindo Marine. Sebelumnya dua unit kapal lainnya telah diserahterimakan, yakni KRI Celurit-641 dan KRI Kujang-642. Menurut dia, kapal ketiga ini sudah berada di galangan kapal dan akan menjalani penyempurnaan. Setelah penyempurnaan, akan dilakukan pengujian di laut. Sambil menyelesaikan kapal ketiga, lanjut Harmanto, pihaknya juga sudah mulai tahapan pengerjaan kapal keempat, dimana semua kapal lengkap, kecuali persenjataannya.
Di tempat yang sama, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Mayjen TNI Hartind Asrin menuturkan, pemerintah akan membeli total sekitar 35 KCR untuk memenuhi kebutuhan sesuai program pembangunan kekuatan pokok minimum (MEF). "Sejauh ini baru empat yang kita pesan. Indonesia butuh kapal-kapal jenis ini untuk pengamanan wilayah laut, terutama di kawasan barat," ujarnya.
Hartind yang juga menjabat staf ahli Menhan juga mengatakan, perairan wilayah barat sangat cocok untuk kapal-kapal kecil seperti ini (panjang di bawah 100 meter) karena perairannya dangkal. "Kalau di timur, kita butuh kapal-kapal besar yang panjangnya di atas 100 meter, dimana Kemhan telah memesan kepada PT PAL Surabaya. Kita juga punya program Korvet Nasional," tuturnya.
Komandan Satgas KCR-40 dan PC-43 TNI Angkatan Laut Kolonel Nurwahyudi menambahkan, butuh waktu sekitar 12 bulan untuk merampungkan satu unit KCR terhitung sejak penandatanganan kontrak. "Nanti sebelum diserahterimakan ada uji kelaikan laut dulu oleh TNI Angkatan Laut," katanya.
www.kemhan.go.id
TNI Angkatan Laut segera mendapatkan kembali satu unit Kapal Cepat Rudal (KCR) 40 M dari industri galangan kapal PT Palindo Marine, Batam, yang dalam waktu dekat akan diserahterimakan. "KCR yang ketiga ini tinggal tahap 'finishing' saja. Minggu lalu sudah di'launching' dan akhir tahun ini mungkin bisa diserahterimakan," kata Managing Director PT Palindo Marine Harmanto saat menerima kunjungan rombongan Puskom Publik Kemhan dan wartawan di pabrik PT Palindo Marine, Batam, Selasa.
Kapal itu merupakan salah satu dari empat KCR yang telah dipesan pemerintah melalui Kementerian Pertahanan (Kemhan) dari PT Palindo Marine. Sebelumnya dua unit kapal lainnya telah diserahterimakan, yakni KRI Celurit-641 dan KRI Kujang-642. Menurut dia, kapal ketiga ini sudah berada di galangan kapal dan akan menjalani penyempurnaan. Setelah penyempurnaan, akan dilakukan pengujian di laut. Sambil menyelesaikan kapal ketiga, lanjut Harmanto, pihaknya juga sudah mulai tahapan pengerjaan kapal keempat, dimana semua kapal lengkap, kecuali persenjataannya.
Di tempat yang sama, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Mayjen TNI Hartind Asrin menuturkan, pemerintah akan membeli total sekitar 35 KCR untuk memenuhi kebutuhan sesuai program pembangunan kekuatan pokok minimum (MEF). "Sejauh ini baru empat yang kita pesan. Indonesia butuh kapal-kapal jenis ini untuk pengamanan wilayah laut, terutama di kawasan barat," ujarnya.
Hartind yang juga menjabat staf ahli Menhan juga mengatakan, perairan wilayah barat sangat cocok untuk kapal-kapal kecil seperti ini (panjang di bawah 100 meter) karena perairannya dangkal. "Kalau di timur, kita butuh kapal-kapal besar yang panjangnya di atas 100 meter, dimana Kemhan telah memesan kepada PT PAL Surabaya. Kita juga punya program Korvet Nasional," tuturnya.
Komandan Satgas KCR-40 dan PC-43 TNI Angkatan Laut Kolonel Nurwahyudi menambahkan, butuh waktu sekitar 12 bulan untuk merampungkan satu unit KCR terhitung sejak penandatanganan kontrak. "Nanti sebelum diserahterimakan ada uji kelaikan laut dulu oleh TNI Angkatan Laut," katanya.
www.kemhan.go.id
Selasa, 09 Oktober 2012
ASTROS II, Sistem Peluncur Roket Multi-Laras Buatan Brasil
ASTROS II merupakan salah satu jenis persenjataan artileri medan berupa sistem peluncur roket pertahanan. ASTROS II merupakan akronim dari Artillery Saturation Rocket System II dan sistem peluncur roket ini dikembangkan dan diproduksi oleh perusahaan Avibrás yang berkedudukan di Brasil. |
ASTROS-II, Kendaraan Modul Peluncur Roket. Prokimal Online Kotabumi Lampung Utara. |
ASTROS-II, Kendaraan Modul Peluncur Roket. |
Astros II biasanya dikelompokkan dalam baterai artileri yang terdiri dari 13 kendaraan, dengan perincian:
- 6 unit kendaraan peluncur roket
- 6 unit truk pembawa roket
- 1 unit kendaraan yang dilengkapi radar dan system kontrol peluncuran / penembakkan.
ASTROS-II, Sistem Radar dan Kontrol Tembakan. Prokimal Online Kotabumi Lampung Utara. |
ASTROS-II, Sistem Radar dan Kontrol Tembakan. |
ASTROS-II, Proses Loading Roket. Prokimal Online Kotabumi Lampung Utara. |
ASTROS-II, Proses Loading Roket. |
Varian :
- SS-30 dengan muatan 32 unit roket kaliber 127 mm, jangkauan tembak minimum 9 km, maksimum 30 km
- SS-40 dengan muatan 16 unit roket kaliber 180 mm, jangkauan tembak minimum 15 km, maksimum 35 km
- SS-60 (versi buatan Irak diberi nama Sajil-60) dengan muatan 4 unit roket kaliber 300 mm, jangkauan tembak minimum 20 km, maksimum 60 km
- SS-80 dengan muatan 4 unit roket kaliber 300 mm, jangkauan tembak minimum 22 km, maksimum 90 km
- SS-150 dengan muatan 4 unit roket kaliber 300 mm, jangkauan tembak minimum 29 km, maksimum 150 km
- AV-300 MT khusus untuk meluncurkan rudal jelajah dengan daya jangkau 300 km. Saat ini dalam tahap pengembangan
Spesifikasi unit kendaraan ASTROS II
- Bobot : 10.000 kg
- Panjang : 7 meter
- Lebar : 2,9 meter
- Tinggi : 2,6 meter
- Kru : 3 orang
- Persenjataan Utama : Modul Peluncur Roket
- Persenjataan Tambahan : 1 unit meriam mesin M2 Browning kaliber 12,7 mm
- Mesin : 1 unit Mercedes OM422 8 silinder
- Suspensi : 6x6
- Jangkauan Operasi : 480 km
- Kecepatan Maksimum : 90 km/jam
wikipedia.org
Unit CMOV (Central Monitoring and Observation Vehicle) TNI-AU
Central Monitoring and Observation Vehicle (CMOV) adalah miniatur dari ruang Popunas (Pusat Operasi Pertahanan Udara Nasional) yang besarnya hampir sepertiga lapangan sepak bola. Meskipun diperkecil hingga sebesar truk kecil ini, hampir seluruh kemampuan pokok di ruang Popunas berhasil diboyong ke dalam mobil ini. Tapi karena miniatur, kemampuan dan fasilitas yang tersedia tidak selengkap seperti pada ruang Popunas yang sebenarnya. Meskipun demikian, CMOV tetap memiliki keunggulan lain karena bisa dengan mudah dipindahkan atau dibawa ke lokasi yang diinginkan.
CMOV dapat digelar di seluruh sudut Nusantara untuk memantau keamanan negara kita ini. Salah satu alutsista Kohanudnas ini berbasis truk Mercedes Benz MB800 yang dimodifikasi sedemikian rupa hingga mampu membopong antena parabola yang bisa dilipat dengan sistem elektrik serta berbagai hardware canggih untuk memantau radar seperti monitor, komputer, dan sistem radio telekomunikasi.
Ketika digelar pada operasi Hanud, mobil CMOV ini dikelilingi oleh para pengawal dan pendukung operasinya. Mobil ini sedianya ditumpangi Pangkohanudnas pada operasi Pertahanan Udara (Hanud) yang mengedepankan mobilitas tinggi. Tidak heran jika fasilitas standard seperti Air Conditioner (AC) yang super dingin dan interior cukup mewah dihadirkan dalam ruang pantau CMOV.
Bukan tak mungkin operasional mobil ini digelar di wilayah yang sulit didapat air bersih. Untuk itu mobil pembawa penghasil air bersih disertakan juga agar suplai kebutuhan pokok manusia ini tercukupi.
Seperti layaknya di dalam ruang Popunas, ruang pantau di mobil CMOV ini juga dilengkapi dengan data seluruh radar yang berada dalam naungan setiap Kosekhanudnas. Melakukan hubungan telekomunikasi radio dengan berbagai frekwensi juga dapat dilakukan, bahkan untuk berkomunikasi dengan pesawat interceptor, system komunikasi dalam CMOV mampu melayaninya. CMOV memang dirancang untuk mampu melakukan kontak dengan berbagai unsur Hanud, karena meskipun ukurannya kecil CMOV menjamin kelancaran berbagai cara berkomunikasi.
Seperti mobil jammer, mobil CMOV juga telah dilibatkan dalam berbagai operasi pengamanan VVIP dalam negeri maupun luar negeri. Ketika Presiden Amerika Serikat Barack Obama berkunjung ke Indonesia, dua unit CMOV dikirim untuk memantau keamanan udara di sekelilingnya dan terbukti mampu melaksanakan fungsinya dengan baik.
Meskipun basi mobil CMOV dan peralatannya berasal dari luar negeri, tapi semua pengerjaan karoseri dan assembly peralatannya dilakukan oleh para teknisi Indonesia.
Reload Magz #15
CMOV dapat digelar di seluruh sudut Nusantara untuk memantau keamanan negara kita ini. Salah satu alutsista Kohanudnas ini berbasis truk Mercedes Benz MB800 yang dimodifikasi sedemikian rupa hingga mampu membopong antena parabola yang bisa dilipat dengan sistem elektrik serta berbagai hardware canggih untuk memantau radar seperti monitor, komputer, dan sistem radio telekomunikasi.
Ketika digelar pada operasi Hanud, mobil CMOV ini dikelilingi oleh para pengawal dan pendukung operasinya. Mobil ini sedianya ditumpangi Pangkohanudnas pada operasi Pertahanan Udara (Hanud) yang mengedepankan mobilitas tinggi. Tidak heran jika fasilitas standard seperti Air Conditioner (AC) yang super dingin dan interior cukup mewah dihadirkan dalam ruang pantau CMOV.
Bukan tak mungkin operasional mobil ini digelar di wilayah yang sulit didapat air bersih. Untuk itu mobil pembawa penghasil air bersih disertakan juga agar suplai kebutuhan pokok manusia ini tercukupi.
Seperti layaknya di dalam ruang Popunas, ruang pantau di mobil CMOV ini juga dilengkapi dengan data seluruh radar yang berada dalam naungan setiap Kosekhanudnas. Melakukan hubungan telekomunikasi radio dengan berbagai frekwensi juga dapat dilakukan, bahkan untuk berkomunikasi dengan pesawat interceptor, system komunikasi dalam CMOV mampu melayaninya. CMOV memang dirancang untuk mampu melakukan kontak dengan berbagai unsur Hanud, karena meskipun ukurannya kecil CMOV menjamin kelancaran berbagai cara berkomunikasi.
Seperti mobil jammer, mobil CMOV juga telah dilibatkan dalam berbagai operasi pengamanan VVIP dalam negeri maupun luar negeri. Ketika Presiden Amerika Serikat Barack Obama berkunjung ke Indonesia, dua unit CMOV dikirim untuk memantau keamanan udara di sekelilingnya dan terbukti mampu melaksanakan fungsinya dengan baik.
Meskipun basi mobil CMOV dan peralatannya berasal dari luar negeri, tapi semua pengerjaan karoseri dan assembly peralatannya dilakukan oleh para teknisi Indonesia.
Reload Magz #15
Minggu, 07 Oktober 2012
India Berhasil Uji Coba Tembak Rudal BrahMos
BrahMos Aerospace Ltd yang merupakan perusahaan patungan India dan Rusia didirikan pada tahun 1998. Perusahaan ini memproduksi rudal jelajah berkecepatan supersonik BrahMos yang desain dasarnya diambil dari rudal 3M55 Yakhont (SS-N-26) buatan NPO Mashinostroyenie, Rusia.
Rudal BrahMos memiliki jangkauan 290 km (180 mil) dan mampu membawa hulu ledak hingga seberat 300 kg. Rudal ini memiliki kecepatan maksimum Mach 2,8, tiga kali lebih cepat dari rudal jelajah Tomahawk buatan AS.
BrahMos telah menunjukkan kinerjanya dengan baik untuk peluncuran dari laut (kapal) dan daratan. Rudal ini sudah digunakan untuk memperkuat Angkatan Laut dan Angkatan Darat India. Diharapkan AU India juga sudah bisa menggunakannya pada akhir tahun 2012. Angkatan Udara India merencanakan untuk mempersenjatai 40 unit jet tempur Su-30MKI miliknya dengan rudal BrahMos.
Rusia dan India telah sepakat untuk mengembangkan rudal BrahMos 2 yang bakal memiliki kecepatan Mach 5 hingga Mach 7.
en.rian.ru