Cari di Blog Ini

Sabtu, 31 Mei 2014

Pembangunan Pangkalan Militer TNI Di Temajuk Akan Diperjuangkan Komisi I DPR-RI

Pembangunan Pangkalan Militer TNI di Temajuk, Kalimantan Barat, akan diusahakan untuk dapat direalisasikan pemerintah Indonesia. Komisi I DPR-RI beranggapan bahwa keberadaan pangkalan militer Indonesia di kawasan tersebut sangat dibutuhkan mengingat di kawasan tersebut masih minim penjagaan. Salah satu akibat yang ditimbulkan misalnya adanya tindakan dari pihak Malaysia yang membangun rambu suar di Tanjung Datuk.

Temajuk, Sambas, Kalimantan Barat. Prokimal Online Kotabumi Lampung Utara
Temajuk, Sambas, Kalimantan Barat.
Komisi I perjuangkan pembangunan pangkalan militer Temajuk.

Komisi I DPR-RI akan memperjuangkan pembangunan pangkalan militer di wilayah Temajuk, Kalimantan Barat, yang berbatasan dengan Sarawak, Malaysia, saat pembahasan rencana strategis bidang pertahanan keamanan di Jakarta, Senin (2/6/2014). "Senin depan kami akan membicarakan masalah ini dengan kementerian terkait," kata anggota Komisi I DPR RI Mayjen TNI (Purn) Tri Tamtomo di Pontianak, Jumat.

Ia melanjutkan, Komisi I DPR telah meninjau wilayah perbatasan di Kalimantan Utara dan Kalbar. "Dan, ada yang perlu mendapat perhatian dari pusat karena terjadi ketidakimbangan kekurangan," kata dia.

Menurut dia, hasil temuan di lapangan itu segera diangkat ke tingkat pusat karena menjadi mandat rakyat. "Kalau tidak didukung pusat, wilayah kita bisa tergerus," ujar dia.

Ia sendiri menilai tindakan pihak Malaysia membangun rambu suar di Tanjung Datuk, Desa Temajuk, seperti "meledek" Indonesia. "Namun, tetap harus disikapi secara arif dan bijak," katanya.

Ia tidak memungkiri isu seputar perbatasan telah disampaikan beberapa waktu lalu namun tidak ada anggapan sehingga muncullah pembangunan rambu suar tersebut. "Untuk itu, pembangunan pangkalan militer dan pergeseran alutsista harus segera dilakukan," kata mantan Pangdam I Bukit Barisan yang kini bergabung dengan PDI Perjuangan itu.

Di Kalbar, ujar dia, ada sekitar 300 kilometer wilayah perbatasan yang tidak memiliki penjagaan sehingga banyak jalan-jalan tikus yang membuat ketahanan daerah berkurang. Munculnya kasus rambu suar di Tanjung Datuk juga membuat Komisi I mendorong Kementerian Luar Negeri untuk menuntaskan masalah batas wilayah dengan 10 negara tetangga.

www.antaranews.com

Dirikan Pabrik Propelan, PT Dahana Kerjasama Dengan 2 Perusahaan Prancis

PT Dahana tengah bersiap untuk membangun pabrik propelan di kawasan Subang, Jawa Barat. Untuk merealisasikan rencana pembangunan pabrik propelan tersebut, PT Dahana telah menyepakati kerjasama dengan 2 perusahaan asal Prancis, Eurenco dan Roxel. Propelan adalah bahan baku untuk pembuatan amunisi peluru, roket, dan peluru kendali.

Propelan. Prokimal Online Kotabumi Lampung Utara
Propelan.
Bangun Pabrik Propelan, PT Dahana Gandeng Perusahaan Prancis.

PT Dahana baru saja menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Eurenco dan Roxel, sebuah perusahaan asal Prancis untuk membangun pabrik propelan di Subang, Jawa Barat. Kerjasama ini dilakukan Direktur Utama PT Dahana (Persero) Harry Sampurno, Senior VP Bussines Development Jean Claude dan CEO Roxel France Jacques Desclaux.

Penandatanganan Nota Kerjasama ini juga disaksikan langsung oleh Kementerian Pertahanan (Kemenhan). "Kerjasama pembangunan pabrik propelan ini sebagai upaya membantu pemerintah Indonesia dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri," ujar Staf Ahli Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Bidang Kerjasama dan Hubungan Antar Lembaga, Silmy Karim di Jakarta, Senin (26/5/2014).

Dikatakan Silmy, bahan baku dalam pembuatan amunisi roket dan peluru kendali sangat diperlukan. Karenanya pabrik propelan menjadi prioritas yang wajib dimiliki oleh Indonesia.

Nantinya, proyek pembangunan pabrik propelan ini akan dibangun di wilayah area PT Dahanan seluas 600 hektar, di mana khusus pembangunan pabrik tersebut akan dilakukan di area seluas 50 hektar. "Pabrik ini akan dibangun selama 40-50 bulan, atau kurang lebih empat tahun ke depan," terang Silmy.

Pembangunan pabrik ini akan dilakukan secara dua tahap, dengan menghasilkan tujuh produk. Tahap pertama pabrik tersebut hanya melakukan produksi tiga produk saja, yaitu spherichal powder sebanyak 400 ton per tahun, dan propelan double base roker sebanyak 80 ton per tahun. "Produk yang dihasilkan nantinya akan diserap oleh industri pertahanan yang ada, karena produk ini merupakan bahan baku untuk membuat peluru, roket, peluru kendali, propelan untuk munisi kaliber kecil, menengah dan besar," tukasnya.

www.jpnn.com

KRI Sampari (628), Kapal Cepat Rudal Pertama Buatan PT PAL Diterima TNI AL

KRI Sampari (628) yang merupakan kapal perang dari jenis Kapal Cepat Rudal 60 Meter (KCR 60) buatan PT PAL telah diserahkan kepada pihak TNI AL. KRI Sampari (628) adalah Kapal Cepat Rudal 60 Meter pertama yang telah berhasil diselesaikan pembuatannya oleh PT PAL. Secara keseluruhan, TNI AL memesan 16 KCR 60 meter dan 16 KCR 40 meter kepada PT PAL.

KRI Sampari (628). Prokimal Online Kotabumi Lampung Utara
KRI Sampari (628).
KRI Sampari (628) Diserahterimakan ke TNI AL.

Kapal Cepat Rudal (KCR) 60 meter ke-1 diserah terimakan dari PT PAL kepada TNI AL. Kapal pertama itu merupakan satu dari tiga kapal KCR 60 meter yang dipesan TNI AL kepada PT PAL.

Serah terima KCR ke-1 yang diberi nama KRI Sampari (628) itu dilakukan bersamaan dengan peluncuran KCR ke-2. KCR ke-2 yang rencananya akan diserah terimakan pada Juni nanti akan diberi nama KRI Tombak. Sementara KCR ke-3 masih dalam tahap produksi akhir dan direncanakan diberi nama KRI Hayat. "Kapal yang diserahterimakan hari ini merupakan bagian dari upaya mengamankan wilayah laut kita," kata Purnomo Yusgiantoro dalam sambutannya, Rabu (28/5/2014).

Menteri Pertahanan itu mengatakan, Selain tiga KCR yang sudah diserahterimakan dan sedang digarap, Kementerian Pertahanan juga telah memesan 16 KCR 60 meter dan 16 KCR 40 meter. Seluruh pesanan KCR ini dijanjikan akan rampung pada 2024 mendatang. "Kalau pesanan semua KCR sudah jadi, maka keamanan laut kita bisa diandalkan," lanjut Purnomo.

Purnomo yakin dengan hal itu karena masing-masing KCR dilengkapi dengan peluncur rudal yang bisa membawa empat rudal seri C 705 dan 802 dengan daya jelajah hingga 140 km.

Spesifikasi KRI Sampari (628) / KCR 60 Meter :
  • Panjang 60 meter
  • panjang garis air 54,82 meter
  • lebar 8,10 meter
  • Tinggi pada tengah kapal 4,85 meter
  • Berat muatan penuh 460 ton
  • Kecepatan 15 knot, jelajah 20 knot dan max 28 knot
  • Didukung persenjataan canggih berupa meriam dan rudal
  • Jumlah penumpang 55 orang
  • Ketahanan berlayar 9 hari
  • Mesin pendorong 2 x 2.880 KW
news.detik.com