Cari di Blog Ini

Rabu, 18 Desember 2013

PTDI Serahkan 3 Pesawat CN 295 Dan 6 Helikopter Bell 412 EP Kepada Kementerian Pertahanan RI

PTDI Serahkan 3 Pesawat CN 295 Dan 6 Helikopter Bell 412 EP Kepada Kementerian Pertahanan RI. Penyerahan 3 pesawat terbang dan 6 helikopter versi militer dari PT Dirgantara Indonesia kepada Kementerian Pertahanan Republik Indonesia tersebut dilaksanakan pada Selasa 17 Desember 2013 dengan mengambil tempat di hangar pabrik pesawat terbang PT Dirgantara Indonesia di Bandung. Acara serah terima produk alutsista ini disaksikan oleh Menteri Pertahanan RI, Purnomo Yusgiantoro, serta sejumlah pejabat tinggi TNI, POLRI, dan staf PTDI.
CN-295 TNI-AU. PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara
Panglima TNI Saksikan Penyerahan 9 Pesawat PTDI kepada Kemhan

Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko mendampingi Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro menyaksikan serah terima 3 pesawat CN 295 dan 6 Helikopter Bell 412 EP dari PT. Dirgantara Indonesia (PTDI) kepada Kementerian Pertahanan RI, di hangar PTDI Bandung, Selasa (17/12/2013). Berita acara serah terima masing-masing ditandatangani oleh Direktur Utama PTDI, Budi Santoso dan Kepala Badan Sarana Pertahanan (Baranahan) Kementerian Pertahanan Laksamana Muda TNI Rahmat Lubis. Ketiga Pesawat CN 295 tersebut, merupakan rangkaian dari total pemesanan sembilan unit sampai dengan 2014.

Adapun dua pesawat sebelumnya telah diserahterimakan ke TNI AU. Pesawat CN 295 akan digunakan untuk penunjang misi militer, pengiriman logistik, serta misi kemanusiaan, menggantikan pesawat Fokker F-27 yang telah usang. Sedangkan untuk enam Helikopter Serbu Bell 412 EP akan dioperasikan jajaran TNI AD.

CN 295 berkemampuan jelajah maksimal 400 km/jam dengan daya angkut sampai 6.000 kilogram. Sedangkan dimensi pesawat, CN 295 memiliki panjang 24,50 meter, lebar 8,66 meter, dan panjang sayap mencapai 25,81 meter. Adapun Helikopter Bell 412 EP merupakan helikopter bermesin Twin Turbine Pratt & Whitney PT6T-3D Twin-Pac Engines mampu terbang dengan ketinggian 5000 ft kecepatan 240 km/h selama 3,7 jam dan mampu membawa 15 orang penumpang beserta crew. Helikopter ini sangat cocok dioperasikan oleh prajurit TNI di medan operasi di wilayah NKRI.

Pada kesempatan yang sama juga diserahkan satu unit Helikopter Bell 412 EP kepada Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dan dua unit Helikopter AS365 N3-Dauphin kepada Badan SAR Nasional (Basarnas).

Turut hadir dalam acara tersebut Kapolri Jenderal Polisi Sutarman, Kabasarnas Letjen TNI (Mar) Alfan Baharrudin, Irjen TNI Letjen TNI Geerhan Lantara, Wakasau Marsdya TNI Sunaryo, Aslog TNI Mayjen TNI Joko Sri Widodo, Dirjen Kuathan Laksda TNI Agus Purwoto, Dirjen Renhan Marsda TNI FX. Bambang S., Aslog TNI AU Marsda TNI Ida Bagus Anom, Danpuspenerbad Brigjen TNI Moch Afifuddin dan Wakapuspen TNI Brigjen TNI Suratmo (HAN), serta para pejabat di jajaran TNI dan Polri.

www.tribunnews.com

Minggu, 15 Desember 2013

I-400 Sen Toku-Class, Kapal Selam Raksasa Pada Perang Dunia II

I-400 Sen Toku-Class, Kapal Selam Raksasa Pada Perang Dunia II.
I-400 Sen Toku-Class. PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara
Kapal Selam Raksasa Angkatan Laut Jepang Pada Perang Dunia II

I-400 Sen Toku-Class (I-yonhyaku-gata Sensuikan) adalah kapal selam yang dimiliki dan dioperasikan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang pada masa Perang Dunia II. Kapal selam ini menjadi kapal selam terbesar dari Perang Dunia II dan tetap yang terbesar yang pernah dibangun sampai kemunculan kapal selam rudal balistik nuklir pada tahun 1960. Kapal selam juga berfungsi sebagai kapal induk yang mampu membawa tiga pesawat terbang amfibi jenis Aichi M6A Seiran yang digunakan untuk misi militer.

I-400 Sen Toku-Class dibangun di galangan kapal Kure Naval Arsenal yang berlokasi di Hiroshima, Jepang. Pembuatannya dimulai pada 18 Januari 1943 dan diluncurkan pada 18 Januari 1944. Selama berpuluh tahun sejak kemunculannya hingga era pembuatan kapal-kapal selam bersenjata rudal balistik pada tahun 1960an, I-400 memegang gelar sebagai kapal selam terbesar dan disebut-sebut juga yang tercanggih mewakili teknologi pada masanya. Kapal selam ini memiliki panjang 122 meter dan lebar 12 meter.

I-400 mampu menyelam hingga kedalaman 100 meter, menurut desain mampu hingga kedalaman 120 meter. Kelajuan berlayar saat menyelam adalah 12 knot (22 km/jam), sedangkan saat berada di permukaan mampu melaju hingga kecepatan 18.7 knot (34.6 km/jam). Kapal selam ini dirancang untuk misi jelajah jarak jauh. Mampu melakukan pelayaran kemana pun lokasi laut di bumi dan kembali lagi ke pangkalannya hanya dengan satu kali pengisian bahan bakar.

I-402 Sen Toku-Class. PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara
Kapal selam I-400 dilengkapi dengan hangar yang mampu mengangkut 3 unit pesawat terbang amfibi jenis Aichi M6A Seiran. Pesawat terbang yang dilengkapi senjata senapan mesin kaliber 13 mm, bom dan torpedo ini diluncurkan saat kapal muncul ke permukaan. Setelah itu kapal akan segera menyelam agar keberadaannya tidak terdeteksi oleh pihak sekutu. Selain 3 pesawat tempur itu, kapal selam Sen Toku I-400-Class juga dipersenjatai dengan 1 unit meriam kaliber 14 cm, 4 unit senapan mesin kaliber 25 mm, dan torpedo.

Pembuatan kapal selam raksasa ini merupakan ide dari Laksamana Isoroku Yamamoto yang pada masa itu menjabat sebagai Komandan Armada Gabungan Jepang. Awalnya direncanakan untuk dibuat 18 unit kapal selam yang satu tipe dengan I-400 Sen Toku-Class ini sejak tahun 1942, namun hanya 3 unit saja yang bisa diselesaikan pembuatannya yaitu I-400, I-401, dan I-402. 3 kapal selam raksasa milik Angkatan Laut Kekaisaran Jepang itu berhasil ditangkap dan ditenggelamkan oleh pihak Angkatan Laut Amerika Serikat 1945 dan 1946.

wikipedia.org

Misteri Keberadaan Kapal Selam Raksasa Jepang yang Karam Terkuak

Sebuah kapal selam Jepang yang hilang ditenggelamkan Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy) di akhir masa Perang Dunia II, ditemukan secara tak sengaja oleh tim penjelajah yang mengeksplorasi perairan Hawaii. Juru bicara University of Hawaii, Manoa dalam rilisnya menyebut, penemuan mega-kapal selam I-400 milik Angkatan Laut Kekaisaran Jepang telah memecahkan misteri beberapa dekade tentang di mana tepatnya mesin tempur itu berada.

I-400 termasuk dalam kelas 'Sen-Toku' --kapal selam terbesar yang pernah dibuat manusia hingga kapal serupa bertenaga nuklir akhirnya ditemukan. Memiliki panjang 400 kaki atau 121,9 meter, ia mampu 1,5 kali mengelilingi dunia tanpa mengisi bahan bakar di tengah perjalanan. "I-400 menjadi daftar pencarian kami," kata penjelajah bawah laut veteran, Terry Kerby, yang memimpin ekspedisi menemukan kapal tersebut. "Itu adalah salah satu dari jenisnya, yang hanya diproduksi 3 buah. Jadi, itu adalah kapal selam yang unik dan sangat bersejarah," kata dia seperti dikutip dari Fox News, Selasa (3/12/2013).

Kerby menambahkan, temuan kapal tersebut tak terduga. Sebab, ia diperkirakan berada di lokasi yang lebih dalam. "Kami merinding saat melihat kapal selam raksasa muncul dari kegelapan," tambah dia.

Angkatan Laut AS menangkap I-400 dan 4 kapal selam Jepang lainnya di akhir Perang Dunia II, lalu membawa mereka ke Pearl Harbor untuk diinspeksi. Kemudian, pada 1946, Uni Soviet menuntut akses ke kapal selam tersebut dengan dalil sesuai syarat perjanjian yang mengakhiri perang. Alih-alih mengizinkan Uni Soviet mengakses teknologi kapal yang canggih di zamannya itu, AS menenggelamkan kapal-kapal itu dan mengklaim tak tahu menahu soal keberadaan kapal-kapal itu. 4 Dari 5 kapal selam sebelumnya telah diketahui keberadaannya sejak saat itu. Kecuali I-400.

Kapal I-400 ditemukan Agustus 2013 lalu, namun baru pada Selasa (3/12/2013) diumumkan ke publik setelah, Badan Administrasi Samudera dan Atmosfer Nasional (NOAA) mereview soal temuan itu dengan sejumlah pejabat AS dan Jepang.

news.liputan6.com

Produksi Puluhan Pesawat Terbang Militer, Indonesia Minta Layanan Khusus Dari Pratt & Whitney

Produksi Puluhan Pesawat Terbang Militer, Indonesia Minta Layanan Khusus Dari Pratt & Whitney. Untuk memproduksi puluhan unit pesawat terbang versi militer, industry dirgantara di Indonesia, terkhusus PT Dirgantara Indonesia (PTDI) membutuhkan mesin-mesin pesawat terbang dan helikopter buatan perusahaan Pratt & Whitney yang berbasis di Kanada. Dalam hal ini Indonesia menghendaki agar kebutuhan tersebut langsung dipenuhi oleh kantor pusat Pratt & Whitney di Montreal dan bukan lagi oleh kantor perwakilan di Singapura.
Helikopter Bell 412 PT Dirgantara Indonesia. PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara
Indonesia Minta Pembelian Mesin Pesawat Langsung dari Kanada

Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menyambut baik dukungan yang akan diberikan perusahaan pembuat mesin pesawat Kanada Pratt & Whitney kepada industri dirgantara Indonesia. Hanya saja, dukungan itu sebaiknya dilakukan secara langsung tanpa melalui kantor cabang mereka di Singapura. "Indonesia bersungguh-sungguh untuk membangun industri pertahanannya. Termasuk dalam membangun industri dirgantaranya, Indonesia tidak lagi membutuhkan satu-dua pesawat, tetapi satu-dua skuadron. Untuk itu perlakuan yang diberikan tidak bisa lagi seperti dulu melalui kantor cabang di Singapura, tetapi kami meminta langsung dari kantor pusat ke industri di Indonesia," kata Sjafrie saat berkunjung ke Kantor Pratt & Whitney di Montreal, Kanada, hari Jumat (6/12/2013) waktu setempat.

Dalam pertemuan yang berlangsung hangat, Wamenhan didampingi Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (DI) Budi Santoso beserta direksi lainnya, para pejabat Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia, serta Duta Besar Indonesia di Kanada Dienne H. Moentario. Sementara pihak Pratt & Whitney dipimpin Wakil Presiden bidang Keuangan John Di Bert.

Delegasi Indonesia secara terbuka menyampaikan keberatan dengan pelayanan yang diberikan Pratt & Whitney yang selalu menggunakan kantor cabang Singapura sebagai pihak yang menyediakan maupun memelihara mesin-mesin pesawat yang dibutuhkan Indonesia. Selain membebani biaya yang lebih tinggi, pelayanan yang diberikan kantor cabang Singapura seringkali tidak memuaskan karena lamban. "Dulu ketika kita membeli pesawat dalam jumlah sedikit, boleh saja Pratt & Whitney memperlakukan seperti ini. Tetapi sekarang untuk jenis helikopter Bell 412 saja kita memesan 22 unit, sehingga sepantasnya Indonesia diperlakukan secara berbeda," kata Sjafrie.

John Di Bert tampak kaget dengan pernyataan yang disampaikan pejabat Indonesia. Ia berjanji mengkaji kebijakan yang selama ini diterapkan Pratt & Whitney dalam bekerja sama dengan Indonesia. "Berikan kami untuk melakukan perbaikan dalam kerja sama yang dilakukan. Kami mengakui Indonesia sangat besar potensinya dan kami ingin bisa bekerja sama dengan industri dirgantara yang ada di Indonesia," ujar John Di Bert.

Wamenhan menunjuk Dubes Dienne sebagai pihak yang berkoordinasi dengan Pratt & Whitney untuk perkembangan rencana tersebut. John Di Bert berjanji untuk selalu berkomunikasi dengan pihak Kedutaan Besar Indonesia di Ottawa.

www.metrotvnews.com

Sabtu, 14 Desember 2013

Kursk (K-141), Kisah Tragis Kapal Selam Terbesar Dan Tercanggih Di Dunia

Kursk (K-141), Kisah Tragis Kapal Selam Terbesar Dan Tercanggih Di Dunia. Kursk (K-141) adalah kapal selam militer bertenaga nuklir dengan ukuran terbesar di dunia yang pernah dimiliki oleh Angkatan Laut Rusia. Kapal selam ini memiliki panjang 154 meter dan lebar 18,2 meter. Kursk (K-141) termasuk dalam generasi kapal selam Oscar II Class.
Kursk (K-141). PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara
Kursk (K-141).
Kursk, Misteri Kapal Selam Terbesar Dunia yang Ditakuti

Kursk (K-141) adalah kapal selam bertenaga nuklir dari generasi Oscar II Class yang diperjsenjatai rudal jelajah milik Angkatan Laut Rusia. Kapal selam yang diklaim berukuran terbesar di dunia ini tenggelam berikut seluruh awaknya di Laut Barents pada tanggal 12 Agustus 2000. Kursk (K-141) adalah kapal selam militer yang merupakan hasil dari Project 949A (Antey, Antaeus, juga dikenal dengan nama pelaporan NATO-nya dari Oscar II). Nama kapal selam ini diambil dari nama sebuah kota di Rusia, Kursk, kota yang pernah mengalami pertempuran terbesar dalam sejarah militer, Pertempuran Kursk, terjadi pada tahun 1943. Salah satu kapal pertama selesai setelah akhir Uni Soviet, itu ditugaskan ke Angkatan Laut Rusia Armada Utara. Bekerja membangun Kursk (K-141) dimulai pada tahun 1990 di Severodvinsk, dekat Arkhangelsk. Diluncurkan pada tahun 1994, ia ditugaskan pada bulan Desember tahun itu. Itu adalah kedua dari belakang kapal selam kelas Oscar II dirancang dan disetujui di era Soviet. Pada 154 m (505 ft 3 in) panjang dan empat cerita tinggi, dia adalah serangan kapal selam terbesar yang pernah dibangun. Lambung luar, terbuat dari high-nikel, konten high-chrome stainless steel 8,5 milimeter (0,33 in) tebal, memiliki ketahanan yang sangat baik terhadap korosi dan tanda tangan magnet yang lemah yang membantu mencegah deteksi oleh detektor anomali magnetik (MAD) sistem. Ada 2 meter (6 kaki 7) gap dengan 50,8 milimeter (2.00 in)-tebal hull tekanan baja. Kursk adalah bagian dari Rusia Armada Utara, yang telah menderita pemotongan dana sepanjang 1990-an. Banyak dari kapal selam yang sedang berlabuh dan berkarat di Zapadnaya Litsa Naval Base, 100 kilometer (62 mil) dari Murmansk. Pekerjaan kecil untuk mempertahankan semua tapi yang paling penting peralatan garis depan, termasuk pencarian dan penyelamatan peralatan, telah terjadi. Armada Utara pelaut sudah dibayar pada pertengahan 1990-an. Akhir dekade melihat sesuatu dari kebangkitan untuk armada, pada tahun 1999, Kursk melaksanakan misi pengintaian yang sukses di Mediterania, pelacakan Amerika Serikat Keenam Fleet selama Perang Kosovo. Latihan Agustus 2000 adalah telah menjadi bor musim panas terbesar - sembilan tahun setelah runtuhnya Uni Soviet - yang melibatkan empat kapal selam serangan, kapal armada Pyotr Velikiy ("Peter the Great") dan armada kapal yang lebih kecil. Kursk diberangkatkan pada latihan untuk menembakkan torpedo boneka di battlecruiser Kirov kelas Pyotr Velikiy. Torpedo praktek ini tidak memiliki hulu ledak eksplosif, dan karena itu diproduksi dan diuji dengan standar kualitas yang jauh lebih rendah. Pada tanggal 12 Agustus 2000, jam 11:28 waktu setempat (07:28 UTC), terjadi ledakan sambil mempersiapkan untuk menembak. Laporan paling kredibel sampai saat ini menunjukkan ledakan itu disebabkan oleh kegagalan salah satu Kursk itu hidrogen peroksida berbahan bakar Type 65 torpedo. Hal ini diyakini HTP, suatu bentuk hidrogen peroksida sangat terkonsentrasi digunakan sebagai propelan untuk torpedo, meresap melalui karat dalam casing torpedo. (Sebuah ledakan serupa yang disebabkan oleh torpedo HTP berbahan bakar bertanggung jawab atas hilangnya HMS Sidon pada tahun 1955.). Ledakan itu menghasilkan ledakan sebesar 100-250 kilogram (220-550 lb) dari TNT dan terdaftar 2,2 pada skala Richter. Kapal selam itu tenggelam di air yang relatif dangkal, bottoming pada 108 meter (354 kaki) sekitar 135 kilometer (84 mil) dari Severomorsk, pada 69 ° 40'N 37 ° 35'E. Sebuah ledakan kedua, 135 detik setelah kejadian awal, diukur antara 3,5 dan 4,4 pada skala Richter, setara dengan 3-7 ton TNT. Salah satu ledakan meniup potongan besar puing kembali melalui kapal selam. Meskipun upaya penyelamatan yang ditawarkan oleh tim Amerika, Inggris dan Norwegia, Rusia menolak tawaran penyelamatan awal. Semua 118 pelaut dan perwira kapal Kursk tewas. The Russian Admiralty pada awalnya berpikir bahwa sebagian besar kru meninggal dalam beberapa menit dari ledakan, namun beberapa dari para pelaut punya waktu untuk menulis catatan. Kapten Letnan Dmitriy Kolesnikov, salah satu korban yang selamat dari ledakan pertama, bertahan di Kompartemen 9 di bagian paling buritan perahu setelah ledakan menghancurkan ruang depan dari kapal selam. Pekerja pemulihan menemukan catatan di tubuhnya. Mereka menunjukkan 23 pelaut (dari 118 kapal) telah menunggu dalam gelap dengan dia. Ada banyak perdebatan tentang berapa lama para pelaut mungkin selamat. Beberapa menunjukkan bahwa banyak kartrid kimia kalium superoksida, yang digunakan untuk menyerap karbon dioksida dan melepaskan oksigen kimia untuk mengaktifkan kelangsungan hidup, ditemukan digunakan ketika kerajinan itu pulih, menunjukkan beberapa kru selamat untuk waktu yang signifikan. Catatan terakhir Kolesnikov memiliki waktu 15:15, menunjukkan bahwa ia dan yang lainnya di kompartemen belakang hidup setidaknya empat jam setelah ledakan. Namun 32 jam setelah ledakan pertama tidak ada upaya akustik (yaitu lambung penyadapan) untuk sinyal Submarine Rusia Penyelamatan Vehicle (SRV) Priz ketika mencoba untuk kawin dengan batang escape belakang. [9] media Barat mengkritik respon 32 jam sebagai menjadi sangat lambat namun diterbitkan waktu respon SRDRS internasional pada tahun 2000 adalah 72 jam. Kartrid oksigen generator tampaknya telah menjadi penyebab kematian; pelaut tampaknya telah sengaja membawa cartridge dalam kontak dengan air laut, menyebabkan reaksi kimia dan api lampu kilat. Penyelidikan resmi menjadi bencana menunjukkan beberapa orang tampaknya telah selamat dari api dengan terjun di bawah air. (Tanda Api di dinding mengindikasikan air pada tingkat pinggang di bagian bawah pada saat ini.) Namun, api cepat habis oksigen yang tersisa di udara, menyebabkan kematian oleh sesak napas. Sementara tragedi Kursk dimainkan di Far North, Rusia Presiden Vladimir Putin, meskipun segera diberitahu tentang tragedi itu, menunggu selama lima hari sebelum ia pecah liburan di sebuah rumah resort presiden di subtropis Sochi di Laut Hitam sebelum berkomentar publik di hilangnya kebanggaan Armada Utara. Setahun kemudian ia berkata: "Saya mungkin harus kembali ke Moskow, tapi tidak akan mengubah saya memiliki tingkat yang sama komunikasi baik di Sochi dan di Moskow, tetapi dari sudut pandang PR pandang saya bisa menunjukkan beberapa keinginan khusus. kembali."
Menyandang gelar negara paling kuat di dunia, Amerika Serikat (AS) tak mampu mengalahkan ketangguhan Rusia dalam soal pembangunan kapal selam militer. Terbukti, kapal selam Kursk milik angkatan laut Rusia menjadi yang terbesar di dunia dengan peralatan paling canggih. Sayangnya, kisah kapal peluncur torpedo tersebut tak segagah tampilannya. Kapal selam itu meledak saat tengah melakukan uji peluncuran torpedo di bawah perairan dingin Laut Barents.

Setelah tenggelam sedalam 354 kaki, ternyata masih ada 23 awak kapal yang masih hidup. Tetapi akibat lambatnya tindakan penyelamatan yang dilakukan pemerintah Rusia, 118 awak kapal akhirnya ditemukan tewas. Tampaknya korban selamat kehabisan oksigen dan tak mampu bertahan diterpa dinginnya suhu bawah laut Barents. Berikut misteri meledaknya kapal selam militer Kursk seperti dikutip dari The History, The Military Factory, National Geographic dan sejumlah situs lainnya, Jumat (13/12/2013):

Sejak 1980-an, Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet terus bersaing dalam pengembangan teknologi. Namun saat Uni Soviet bangkrut, AS menjadi pemain tunggal dalam industri pembuatan kapal selam militer. Namun setelah Rusia menjadi ahli waris utama pecahan Uni Soviet, negara tersebut mulai menjadi pesaing besar bagi AS di bidang perlengkapan perang. Meski sempat mengalami kerugian besar, tapi Rusia sanggup bangkit saat pihaknya mendirikan Project 949A Antey untuk membangun kapal selam militer K-141, 'Kursk'. Kapal selam tersebut merupakan yang terbesar di dunia. Dalam sekejap setelah pembangunannya, Kursk telah menjadi salah satu senjata perang paling penting dan sangat ditakuti di dunia.

Perlengkapan mewah ada di dalam kapal militer Kursk

Dibangun pada 1994, kapal tersebut memiliki panjang hingga 535 kaki. Teknologi elektroniknya jauh lebih canggih. Tak hanya itu, setiap awaknya memiliki kamar super luas di dalam kapal selam militer tersebut. Kursk bahkan menyediakan berbagai fasilitas yang tak pernah disedikan AS sebelumnya seperti sauna, solarium, dan kolam renang. Tak cukup sampai di sana, kapal selam nomor satu dunia itu juga memiliki akuarium pribadi. Pemerintah Rusia menilainya layak diberikan pada para kru mengingat tekanan psikologis yang mungkin diterimanya saat berada dalam waktu lama di dalam laut. Selain itu, para awak masih menerima pembayaran yang tak cukup besar saat bekerja di dalam Kursk. Lewat kapal selam tersebut, Angkatan Laut Rusia menyiapkan sejumlah torpedo dan senjata lain di dalam laut sebagai salah satu upaya pertahanan nasional.

Oscar II Class Submarine. PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara
Oscar II Class Submarine.
Kapal selam raksasa Rusia meledak, 118 kru tewas

Pada 12 Agustus 2000, Kursk berencana akan melakukan uji tembak torpedo di lokasi latihan militer bawah lalu di Laut Barets. Torpedo dalam uji tembak tersebut merupakan dummy torpedo atau rudal kosong tanpa amunisi. Selama latihan tersebut, kapal selam tempur Kursk seharusnya meluncurkan dua torpedo di wilayah uji tempur Rusia Pyotr Velikiy. Benar-benar di luar dugaan, setelah menembakkan torpedo pada 11:28, patroli militer pusat kehilangan kontak dengan komandan kapal.

Tak lama kemudian kapal selam tempur Kursk meledak hebat di laut Barents. Tak terselamatkan, kapal seberat 18.300 ton itu meluncur tenggelam ke kedalaman 354 kaki di perairan dingin Laut Barents. Ledakan tak hanya terjadi sekali, ledakan berikutnya yang jauh lebih besar terjadi 135 detik kemudian. Diduga ledakan tersebut berasal dari satu torpedo lain yang belum diluncurkan. Sebanyak 118 awak kapal tewas dalam tragedi mengerikan yang terjadi di bawah laut tersebut. Beberapa kru asalnya selamat, tapi akhirnya tewas karena kehabisan oksigen dan suhu yang sangat dingin di bawah laut. Suasana tersebut terjadi di tengah kegelapan dan dinginnya perairan Barents.

Tindakan penyelamatan awak kapal selam Kursk serba lambat

Awalnya pihak angkatan laut Rusia tidak menyadari Kursk telah tenggelam. Hingga menjelang petang, saat kapal selam Kursk belum merapat, pemerintah Rusia mulai khawatir sesuatu yang buruk telah terjadi. Karenanya, beberapa kapal penyelamatan dikirimkan ke lautan Barents. Sehari kemudian, 13 Agustus 2000, pemerintah Rusia menemukan area terjadinya malapetaka tersebut dan baru mulai melakukan tindakan penyelamatan. Sayangnya, karena cuaca buruk, semua tindakan penyelamatan dibatalkan. Mengetahui awak kapal yang masih hidup harus segera diselamatkan, pihak Inggris, AS dan Norwegia menawarkan bantuan penyelamatan. Tetapi Rusia gigih menolak semua bantuan asing.

Tampaknya pemerintah Rusia masih sakit hati dengan perang dingin yang sempat dialaminya dan enggan menerima bantuan dari pihak asing. Tetapi setelah empat hari tak berhasil melakukan penyelamatan dan menerima banyak kritik dari pihak asing, Rusia akhirnya menyerah. Pada 16 Agustus 2000, sejumlah bantuan internasional diturunkan untuk membantu awak kapal selam.

Apa yang terjadi dengan para awak kapal selam?

Pada 21 Agustus 2000, sembilan hari setelah Kursk meledak dan tenggelam ke dasar laut, penyelam dari Norwegia berhasil membuka kedua pintu di bagian belakang kapal selam. Tim penyelamat sangat berharap bagian tersebut masih menampung korban selamat. Sayangnya, kenyataan berkata lain, sebanyak 118 awak kapal resmi diumumkan telah meninggal dunia. Bagian yang paling menyayat hati dari kisah tenggelamnya Kursk adalah terdapat awak yang sebenarnya selamat tapi akhirnya tewas karena tindakan penyelamatan yang serba lambat.

Saat tubuh Letnan Kapten Dmitri Kolesnikov diangkat, beberapa jam setelah ledakan kedua, catatan kecil ditemukan di sakunya. Catatan tersebut ditulis beberapa jam setelah ledakan kedua terjadi untuk menginformasikan bahwa 23 orang masih selamat dan hidup. Beberapa laporan mengatakan, terdapat bunyi dentuman palu menghantam bagian kapal, dua hari setelah bencana. Tetap setelah itu, laut kembali sepi dan tak ada sedikit pun suara yang terdengar lagi dari dalam laut tempat tragedi terjadi.

Asumsi penyebab tenggelamnya kapal selam Kursk

Setelah tragedi tersebut terjadi, berbagai spekulasi penyebab kapal tenggelam terus bermunculan. Ada yang mengatakan, kapal tersebut bertabrakan dengan kapal selam AS. Sementara sejumlah pihak lain mengatakan kapal terkena ranjau bekas perang dunia pertama. Pihak lainnya yakin, kapal selam AS menembakkan rudalnya ke Kursk karena merasa terancam dengan torpedo yang diluncurkan kapal Rusia itu. Namun akhirnya hasil penyidikan mengatakan, tangki bahan bakar hidrogen yang sangat berisiko di salah satu torpedo mengalami kebocoran. Hal tersebut memicu api yang kemudian meledakkan kapal. Meski begitu, hingga kini, penyebab tenggelamnya kapal selam tersebut masih menjadi misteri. Sementara itu, bangkai kapal beserta puing-puingnya diangkut ke dermaga pada 7 Oktober 2001.

bisnis.liputan6.com