Cari di Blog Ini

Jumat, 29 Agustus 2014

Thainesia HLC Ke-8 Tingkatkan Kerjasama Militer Indonesia-Thailand

Thailand-Indonesia High Level Committee (Thainesia HLC) merupakan forum pertemuan para pejabat tinggi militer reguler yang diselenggarakan setiap tahun antara Indonesia dan Thailand. Pada tahun 2014 ini merupakan penyelenggaraan Thainesia HLC yang ke-8. Pada pelaksanaan Thainesia HLC Ke-8, Tentara Nasional Indonesia dipimpin oleh Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko, sedangkan Angkatan Bersenjata Thailand dipimpin Jenderal Tanasak Patimapragorn.

Thainesia HLC Ke-8. Prokimal Online Kotabumi Lampung Utara
Thainesia HLC Ke-8.
TNI dan Angkatan Bersenjata Thailand Gelar Thainesia HLC ke-8.

Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Angkatan Bersenjata Kerajaan Thailand menggelar sidang ke-8 Thailand-Indonesia High Level Committee (Thainesia HLC) tahun 2014 di Hotel Sheraton, Bandung, Jawa Barat, Kamis (28/8/2014). Sidang ini adalah forum pertemuan tahunan resiprokal antara Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko dengan Chief of Defence Forces of the Royal Thai Armed Forces (CDF RTARF) General Tanasak Patimapragorn untuk membahas, mengevaluasi, merekomendasikan dan melaksanakan kerja sama militer dua negara. Agenda yang dibahas meliputi kegiatan kerja sama bidang intelijen, kegiatan kerja sama bidang operasi dan latihan terkoordinasi serta bidang pendidikan dan pelatihan.

Dalam sambutannya Panglima TNI meminta masyarakat patut mewaspadai berbagai tantangan dan ancaman yang bersifat tradisional maupun non-tradisional seperti kejahatan lintas negara, aksi teror, penguasaan wilayah oleh kekuatan besar. Indonesia dan Thailand perlu terus bekerja sama secara sinergis dalam suatu kerangka kerja sama yang saling menguntungkan dalam berbagai bentuk interaksi kegiatan untuk mengantisipasi situasi keamanan di wilayah kawasan ASEAN. Kerjasama yang dicapai kedua pihak akan mampu memberikan dampak positif bagi peningkatan kapasitas kedua angkatan bersenjata, keamanan perbatasan yang semakin kondusif dan wilayah kawasan di sekitarnya, serta hubungan baik kedua negara yang semakin kokoh.

Lebih lanjut menurut Panglima TNI, sidang kali ini merupakan momen penting bagi hubungan dan kerja sama antara angkatan bersenjata kedua negara, karena bertepatan dengan dilaksanakan sidang tahunan antara Panglima TNI dan Pangab Thailand. "Selain itu juga dalam rangka membahas dan mengevaluasi serta merencanakan kerja sama militer kedua negara yang akan datang dan bahwa sidang ke-8 THAINESIA HLC tahun ini mengandung nilai yang sangat penting dan strategis bagi kedua negara," kata Moeldoko.

Menurutnya hasil kesepakatan dalam sidang ini akan menjadi pedoman dan payung hukum bagi kegiatan-kegiatan selanjutnya dalam mempertimbangkan lingkup bidang kerja sama dan berbagai inisiatif dalam peningkatan kerja sama militer kedua negara. Disamping itu ke depan juga akan memasukkan agenda pembicaraan tentang kerja sama di bidang logistik, penerangan dan kesehatan militer. Setelah sidang, rombongan delegasi Thailand mengunjungi PT Pindad untuk meninjau fasilitas produksi dan mencoba senjata ringan.

Beberapa pejabat tinggi TNI yang turut mendampingi Panglima TNI diantaranya: Wakil KSAD, para Asisten Panglima TNI, Koorsahli KSAU, Asops KSAL dan Kapuskersin TNI. Sedangkan dari AB Thailand antara lain adalah Deputy Chief of Joint Staff RTARF ADM Itticom Bhamarasuta, Chief of Staff RTA LT GEN Kampanat Ruddit, Chief of Staff RTN VADM Pongthep Nhuthep dan ×Chief of Staff RTAF AM Chuchart Boonchai.

www.tribunnews.com

Kamis, 28 Agustus 2014

Kapal Perang KRI Tombak (629) Diresmikan Menteri Pertahanan

KRI Tombak (629) yang merupakan kapal perang jenis Kapal Cepat Rudal (KCR) 60 meter telah diresmikan oleh Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Purnomo Yusgiantoro, pada Rabu 27 Agustus 2014. KRI Tombak (629) adalah salah satu dari 16 unit Kapal Cepat Rudal (KCR) 60 meter yang telah dipesan pemerintah Indonesia dan pembuatannya dikerjakan oleh PT PAL Indonesia (Persero).

Kapal Cepat Rudal (KCR) 60 Meter. Prokimal Online Kotabumi Lampung Utara
Kapal Cepat Rudal (KCR) 60 Meter.
Menhan resmikan KRI Tombak (629) sebagai kapal Indonesia.

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro meresmikan kapal cepat rudal (KCR) 60 meter, KRI Tombak (629), yang diproduksi PT PAL Indonesia (Persero) sebagai kapal Indonesia guna mendukung upaya pengamanan wilayah NKRI. "Kapal tersebut penting bagi negara ini mengingat perairan Indonesia sangat luas. Kami yakin keberadaan armada itu sekaligus mampu meningkatkan rasa bangga dan kemandirian bangsa," kata Purnomo, ditemui pada penyerahan kapal cepat rudal (KCR) 60 Meter kedua, di Surabaya, Rabu (27/8/2014).

Menurut dia, pembangunan KRI Tombak (629) tersebut juga diharapkan mampu menjadikan TNI AL sebagai World Class Navy. Kapal buatan BUMN galangan kapal itu juga diyakini bisa meningkatkan. "Sementara, pemilihan tombak sebagai nama kapal dikarenakan senjata tradisional Indonesia. Selain itu juga banyak ditemukan di seluruh peradaban dunia dan dipakai untuk berburu dan berperang," katanya.

Mengenai dana pembangunan kapal, jelas dia, didukung oleh anggaran masyarakat. Pada masa mendatang, pihaknya menargetkan pembangunan 16 unit KCR 60 meter, 16 unit KCR 40 meter, dan 16 unit kapal patroli cepat. "Kami optimistis pembangunan seluruh armada ini akan memenuhi kekuatan TNI untuk melindungi dan menjalankan tugas pertahanan di Indonesia," katanya.

Pada kesempatan sama, Direktur Utama PT PAL Indonesia (Persero), M Firmansyah, mengemukakan, proses pembangunan KCR 60 meter tersebut berawal dari pengembangan produk PAL Indonesia sebelumnya yakni Fast Patrol Boat (FPB) 57 meter. "Bahkan, hingga kini armada tersebut masih digunakan oleh TNI AL," katanya,

Kapal kedua yang dibangun, tambah dia, direncanakan dan didesain sesuai dengan kebutuhan masa depan armada perang. Selain itu, kapal yang diproduksi BUMN galangan kapal itu sekaligus merupakan karya yang ditunjang teknologi canggih. "Sebelumnya kami juga telah merampungkan proyek KCR-60 M yang pertama dan resmi menyerahkannya pada 28 Mei 2014," katanya.

Sementara, lanjut dia, penyerahan KCR 60 M ketiga direncanakan terealisasi pada September mendatang. Secara keseluruhan, tiga KCR 60 M senilai Rp375 miliar tersebut merupakan kapal perang pesanan TNI AL yang digarap sejak 2012 dan ditargetkan selesai pada semester II/2014. "Kapal itu dibuat untuk memenuhi Minimum Esensitial Force (MEF) yang ada sesuai amanah Undang-Undang No.16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan," katanya.

www.antaranews.com

Rabu, 27 Agustus 2014

Indonesia Dan SASTIND Tiongkok Tingkatkan Kerjasama Industri Militer

Kementerian Pertahanan Republik Indonesia dan Badan Negara Urusan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri untuk Pertahanan Nasional (SASTIND) Tiongkok telah menandatangani dokumen kerjasama di bidang pertahanan. Dokumen kerjasama industri pertahanan tersebut berbentuk Minutes of Meeting (MoM) dan Letter of Intent (LoI) untuk pengadaan peralatan militer dan alih teknologi pertahanan.

Rudal C705. Prokimal Online Kotabumi Lampung Utara
Rudal C705.
Kemhan RI – Sastind Tiongkok Sepakat Tindak Lanjuti Kerjasama Industri Pertahanan.

Kementerian Pertahanan Republik Indonesia (Kemhan RI) dan Badan Negara Urusan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri untuk Pertahanan Nasional (SASTIND) Tiongkok sepakat untuk menindaklanjuti kerjasama di bidang industri pertahanan, peralatan militer dan logistik yang telah ditandatangani tanggal 22 Maret 2014 lalu di Jakarta dalam bentuk Minutes of Meeting (MoM) dan Letter of Intent (LoI). Kerja samadi bidang industri pertahanan yang ingin dikembangkan diantaranya meliputi pengadaan peralatan militer di bidang-bidang tertentu yang disepakati antar kedua pemerintah dan transfer of technology (ToT) peralatan militer tertentu yang tidak terbatas pada perakitan, pengujian, pemeliharaan, modifikasi, upgrade dan pelatihan. Selain itu beberapa hal yang ingin dikembangkan yaitu produksi dan pengembangan bersama peralatan militer tertentu serta pemasaran bersama peralatan militer dalam dan/atau di luar negara masing-masing.

Kerjasama industri pertahanan dengan negara Tiongkok pada dasarnya untuk meningkatkan dan mengembangkan kerjasama saling menguntungkan dalam industri pertahanan masing-masing negara. Hal itu diungkapkan Dirjen Pothan Kemhan Dr. Timbul Siahaan selaku ketua delegasi Indonesia saat membuka Defence Industry Cooperation Meeting (DICM) ke-3 RI-Tiongkok, Kamis (21/8), di Kemhan Jakarta.

Melalui kerjasama ini diharapkan akan meningkatkan hubungan bilateral kedua negara, khususnya di bidang industri pertahanan antar kedua negara yang lebih berimbang dalam hal alih teknologi maupun dari segi nilai ekonominya sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemberdayaan segenap kemampuan industri nasional dalam mendukung pemenuhan kebutuhan Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan (Alpalhankam).

Sementara itu Director General Department of Military Trade and Foreign Affairs Madam Zhan Chunli yang merupakan ketua delegasi SASTIND Tiongkok menyatakan penghargaannya yang tinggi kepada pemerintah Indonesia atas sambutan hangat yang telah diberikan dan juga penghargaan yang tinggi atas kemajuan yang telah dicapai kedua negara dalam pertemuan sebelumnya.

Pertemuan DICM ke-3 yang diselenggarakan mulai tanggal 21-22 Agustus 2014 dan dihadiri perwakilan dari BUMN-IS yang membahas berbagai kemajuan yang dicapai dalam pertemuan DICM ke-2 diantaranya mengenai C-705 Anti Ship Missile, Defence Electronis Complex of Indonesia (DECI) Program, GCI Radar Project, SEWACO KCR 40, SEWACO KCR 60, UAV Mission System, Precision Guided Bomb (PGB) Project dan AA Gun.

Pada hari kedua pertemuan DICM ke-3, Jumat (22/8), rombongan delegasi SASTIND tiongkok melakukan kunjungan ke PT LEN Industri dan PT Pindad di Bandung.

dmc.kemhan.go.id

PT Len Industri Kerjasama Dengan Thales Netherland Untuk Pembuatan Software Kapal Perang

Perusahaan pertahanan asal Belanda, Thales Nederland menggandeng PT Len Industri untuk pembuatan perangkat lunak (software) yang akan dipasang pada 2 unit kapal perang jenis Perusak Kawal Rudal (PKR) yang dipesan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia. Kerjasama dengan Thales Nederland ini merupakan kontrak yang kedua kalinya bagi PT Len Industri. Kerjasama pembuatan software sistem manajemen tempur kapal perang ini dijadwalkan bisa diselesaikan dalam waktu 8 bulan.

Fregat Kelas Van Speijk. Prokimal Online Kotabumi Lampung Utara
Fregat Kelas Van Speijk.
PT LEN Dapat Kontrak Garap Perangkat Lunak Kapal Perang.

PT Len Industri (Persero) mendapat kontrak kerja sama penggarapan perangkat lunak untuk kapal perang jenis perusak kawal rudal (PKR) atau fregat, untuk kedua kalinya. Kontrak kali ini merupakan kerja sama PT Len Industri dengan perusahaan multinasional Thales Belanda. "Proyek ini memberi warna baru dalam bisnis (PT) Len, menjual jam kerja yang akan memberikan persentase keuntungan signifikan sekaligus strategis dalam pengembangan teknologi industri pertahanan," kata Direktur Utama PT Len Industri, Abraham Mosse, seusai penandatanganan dengan Thales Netherlands, di Bandung, Selasa (26/8/2014).

Penandatanganan kontrak oleh Mosse dengan CEO Thales Netherlands, Gerben Edelijn, disaksikan anggota Komite Kebijakan Industri Pertahanan, Marsekal Madya TNI (Purnawirawan) Eries Heryanto. Menurut Mosse, penandatanganan kerja sama itu untuk lebih memperkuat kerja sama di bidang Naval Combat Management System (CMS) dan Combat Sistem Integration (CSI) masa depan khususnya program perusak kawal rudal atau fregat. "Kerja sama ini untuk perangkat CMS di kapal fregat. Pemerintah membeli dua kapal jenis itu dimana PT Len dan Thales menggarap perangkat CMS yang mengintegrasikan sistem komunikasi di kapal itu," katanya.

Pengadaan kapal perang itu dilakukan pemerintah bekerja sama dengan galangan kapal Belanda, Damen Schelde Nabal Shipbuilding, serta Thales Netherlands sebagai pemimpin di subsektor sensor integrator, weapon and command (Sewaco). Khusus untuk kontrak kerja sama kedua, kata Mosse, berisi pengembangan perangkat lunak sting EO Tracker, Mass Decoy Launcher, dan VL-MICA Surface-to-Air Missile.

Sementara itu, Kepala Bidang Industri Pertahanan PT Len, Nurman, menyebutkan, proyek ini sangat strategis karena memungkinkan pengembangan sistem teknologi informasi dan komunikasi (ICT) dan komunikasi persenjataan lain. "Khusus untuk CMS kapal fregat, ini langkah strategis, karena masih banyak kapal yang perlu sistem itu. Khusus untuk proyek kerja sama ini total nilainya mencapai 2 juta euro," kata Nurman.

Saat ini, menurut dia, PT Len menjadi satu-satunya perusahaan di dalam negeri yang telah berhasil membuat CMS dan telah memasangnya di tiga fregat kelas Van Speijk TNI AL, KRI Yos Sudarso-353, KRI Oswald Siahaan-354 dan KRI Abdul Halim Perdanakusuma-354. Sementara itu CEO Thales Netherland, Gerben Edelijn, mengatakan kerja sama ini akan menjadi pijakan kerja sama jangka panjang untuk menggarap sejumlah proyek di Indonesia. "Thales memiliki pengalaman di sektor software industri pertahanan, dan Len merupakan perusahaan kompeten di Indonesia dan menjadi mitra strategis ke depan," kata Edelijn.

www.tribunnews.com

Kamis, 21 Agustus 2014

TNI AL Dan US Navy Gelar Latihan Sea Survex Di Kepulauan Riau

Pihak TNI AL dan US Navy (Angkatan Laut Amerika Serikat) melaksanakan latihan bersama "Sea Surveillance Exercise 14" atau dikenal juga sebagai Latma Sea Survex di kawasan perairan Kepulauan Riau. Latihan militer angkatan laut ini dimulai pada Selasa 19 Agustus 2014 hingga Kamis 21 Agustus 2014. Sea Surveillance Exercise merupakan Latihan Operasi Pengamatan Laut yang sudah dilaksanakan secara reguler antara TNI AL dan US Navy sejak tahun 2012 lalu.

NC 212-200 TNI-AL. Prokimal Online Kotabumi Lampung Utara
NC 212-200 TNI-AL.
TNI AL dan US Navy Gelar Latihan Operasi Pengamatan Laut di Kepri.

TNI Angkatan Laut (AL) bersama dengan Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy) menggelar latihan bersama (Latma) Sea Surveillance Exercise 14 (Latihan Operasi Pengamatan Laut) di Batam dan peraian perbatasan hingga ke Natuna, yang digelar mulai Selasa (19/8/2014) hingga Kamis (21/8/2014). Kegiatan yang dikenal dengan Sea Survex itu diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan kerjasama antar unsur patroli udara maritim kedua negara dalam melaksanakan patroli pengamatan laut. "Sea Survex menjadi latihan rutin bersama antara TNI AL dengan US Navy untuk meningkatkan tugas pengamatan di laut, sehingga personil harus selalu siap dan siagga," ujar Wakil Asisten Operasi Kepala Staf Angkatan Laut (Waasops Kasal) Laksma Didik Wahyudi, kala membacakan amanat dari Asop Kasal Laksda Arief Rudianto di acara Pembukaan Latma Sea Surveillance Exercise 14 di Swiss-Belhotel Harbour Bay Batuampar, Selasa (19/8/2014).

Latma Sea Surveillance Exercise 14 juga diklaim sebagai kerjasama bilateral antara Indonesia dan Amerika Serikat. Latihan ini pertama kali diadakan tahun 2012 lalu oleh TNI AL dan TNI Angkatan Udara (AU) dengan US Navy. Namun, pada tahun 2014 ini latihan hanya melibatkan TNI AL dan US Navy dengan tujuan untuk meningkatkan profesionalisme dan menitikberatkan pada kerjasama taktis dalam satu komando pengendalian.

Selepas upacara pembukaan, acara disambung dengan Aviation Symposium. Sedangkan pada hari Rabu (20/8/2014), acara dilanjutkan dengan surveillance operation flight dan Maritime Security Exercise berupa penerbangan bersama TNI AL dengan US Navy ke beberapa titik parairan Kepri hingga ke Natuna yang berbatasan dengan negara tetangga Singapura. Kegiatan ini diharapkan berguna untuk mengamati keadaan laut (termasuk memantau jika ada illegal fishing), intai udara taktis, pengamatan anti kapal selam, dan sebagainya.

Latma ini juga akan menjadi tolok ukur kemampuan sekaligus sebagai sarana untuk memperluas pengetahuan awak pesawat udara. Sehingga, antar dua negara sahabat terjadi pertukaran pengetahuan dan informasi sesuai dengan prosedur yang berlaku, termasuk umpan balik yang dibutuhkan. Imbas lain yang juga dirasakan, mengantisipasi munculnya ancaman keamanan di wilayah perairan Indonesia.

batampos.co.id

Selasa, 19 Agustus 2014

Jet Tempur Textron Airland Scorpion, Kandidat Pengganti A-10 Thunderbolt Dan F-16

Textron Airland Scorpion adalah pesawat jet serang ringan buatan Amerika yang berfungsi untuk misi Intelijen, pengawasan dan pengintaian (ISR: Intelligence, Surveillance and Reconnaissance). Pesawat tempur ini dikembangkan oleh Textron Airland, LLC yang merupakan perusahaan patungan antara Textron dan Airland Enterprises, LLC. Pesawat jet tempur Textron Airland Scorpion ini masih dalam taraf pengembangan.

Textron Airland Scorpion (Gambar 1). PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara
Textron Airland Scorpion (Gambar 1).

Textron Airland Scorpion (Gambar 2). PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara
Gambar 2.

Textron Airland Scorpion (Gambar 3). PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara
Gambar 3.

Textron Airland Scorpion (Gambar 4). PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara
Gambar 4.

Textron Airland Scorpion (Gambar 5). PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara
Gambar 5.
Pengembangan jet tempur ringan Textron Airland Scorpion didasari oleh keinginan untuk mensiasati biaya operasional jet tempur yang cenderung mahal. Berdasarkan pengalaman operasi militer AS di Irak dan Afghanistan, Angkatan Udara AS banyak menggunakan jet tempur A-10 Thunderbolt II, F-16 Fighting Falcon, dan F-15E Strike Eagle untuk melakukan patroli udara dan dukungan tempur jarak dekat. Dibutuhkan banyak dana untuk mengoperasikan pesawat-pesawat tempur itu. Misalnya jet tempur F-16 Fighting Falcon yang memiliki biaya operasional US$ 24.899 per jam penerbangan. Itu angka yang cukup mahal apa lagi untuk sebuah operasi militer yang harus berlangsung dalam waktu lama. Textron Airland, LLC mengklaim bahwa biaya operasional jet tempur ringan Scorpion buatan mereka itu jauh dibawah biaya operasional sebuah F-16, yaitu hanya US$ 3,000 per jam penerbangan.

Cessna, yang merupakan anak perusahaan dari Textron yang menjadi faktor penentu mengapa biaya operasional jet tempur Scorpion bisa begitu murah. Kuncinya adalah sebagian besar bahan pembuat jet tempur ini menggunakan bahan atau komponen yang umum digunakan oleh sebuah pesawat terbang komersial. Hal ini wajar karena Cessna adalah perusahaan dengan basis sebagai pabrikan pesawat terbang komersial.

Sebuah prototipe jet tempur Textron Airland Scorpion dibangun oleh Cessna di fasilitas produksinya yang berada di Wichita, Kansas antara April 2012 dan September 2013 dan pertama kali terbang pada 12 Desember 2013. Pesawat ini diharapkan bisa meraih sukses komersial karena harga dan biaya operasionalnya yang murah dan dipastikan sesuai bagi pembeli yang membutuhkan pesawat tempur taktis ringan berbiaya murah dengan teknologi dan kemampuan tempur yang sesuai. Menurut rencana, jet tempur Textron Airland Scorpion sudah mulai ditawarkan kepada peminat mulai tahun 2015.

Spesifikasi Jet Tempur Ringan Textron Airland Scorpion
  • Crew : 2 Orang
  • Panjang : 13,26 m
  • Rentang Sayap : 14,43 m
  • Tinggi : 4.3 m
  • Berat Kosong: 5.352 kg
  • Berat Maksimum Lepas Landas : 9.639 kg
  • Powerplant : 2 unit Honeywell TFE731 Turbofan
Kinerja
  • Kecepatan Maksimal : 833 km/jam (518 mph; 450 knot)
  • Jangkauan Terbang : 4.400 km
  • Ketinggian Penerbangan : 14.000 m
Persenjataan
  • Hardpoint (Cantelan Persenjataan) : Scorpioan memiliki 6 buah Hardpoint dengan total persenjataan yang bisa dibawa seberat 2.800 kg. Selain itu tersedia juga ceruk didalam bodi pesawat untuk menyimpan persenjataan berupa bom dan sebagainya dengan total berat hingga 1.400 kg.
wikipedia.org, www.military-today.com

Senin, 18 Agustus 2014

4 Unit Kapal Perang Siluman Klewang-Class Akan Dipesan TNI AL

Kepala Staf TNI-AL Laksamana Marsetio menyampaikan bahwa pemerintah Indonesia telah memulai lagi program pengadaan kapal patroli berteknologi siluman (stealth) Kelas Klewang. Setidaknya akan diproduksi 4 unit kapal jenis ini untuk kebutuhan TNI-AL. Hal ini disampaikan oleh Laksamana Marsetio di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, (14/8/2014).

Klewang Class. Prokimal Online Kotabumi Lampung Utara
Klewang Class.
Program kapal trimaran siluman ini sempat ditunda ketika kapal produksi pertama (KRI Klewang) telah terbakar di pelabuhan Banyuwangi pada tanggal 31 Agustus 2012 sebelum kapal perang tersebut sempat diserahkan kepada pihak TNI AL oleh pembuatnya, PT Lundin.

Selain PT Lundin, situs militer IHS Jane mengungkapkan bahwa pembuatan kapal patroli trimaran ini melibatkan juga perusahaan pertahanan asal Swedia SAAB yang dikenal sebagai produsen jet tempur JAS-39 Gripen. Dari pihak SAAB didapatkan informasi bahwa lambung kapal perang Kelas Klewang ini akan menggunakan senyawa nanokomposit yang diklaim lebih kuat dibanding bahan lambung yang digunakan sebelumnya. Bahan ini diharapkan bisa meminimalisir kemungkinan musibah seperti yang dialami KRI Klewang. Material ini juga diklaim memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengurangi deteksi radar.

Masih dalam kesempatan yang sama, Laksamana Marsetio juga mengatakan bahwa kemungkinan Indonesia akan mempertimbangkan untuk memesan lagi beberapa kapal lainnya dari produsen yang sama. Dengan catatan jika produsen menawarkan pilihan yang cukup menari. Diperkirakan hingga tahun 2024, TNI AL akan mengoperasikan 6 unit hingga 20 unit kapal perang berteknologi siluman dari jenis ini. Tapi ini masih tergantung pada biaya akuisisi dan kemampuan tempur yang ditawarkan.

Kepala SAAB Indonesia, Peter Carlqvist, pada tanggal 15 Agustus 2014 lalu mengkonfirmasikan bahwa kontrak yang diklarifikasi adalah untuk pengadaan 1 unit kapal Klewang Class. Pihaknya berharap kontrak pemesanan 3 kapal berikutnya bisa segera direalisasikan. Hal ini dikarenakan juga bahwa pemerintah Swedia telah menyediakan pendanaan penuh untuk produksi 4 unit kapal Klewang Class. Proses pembuatan kapal-kapal ini bekerjasama dengan PT Lundin dengan menggunakan fasilitas produksi perusahaan lokal tersebut di Banyuwangi, Jawa Timur.

Kapal patroli Klewang Class memiliki panjang 63 meter dengan desain trimaran yang mampu menembus gelombang. Kapal ini didukung teknologi stealth yang meminimalisir deteksi akustik, inframerah, dan magnetik. Kapal perang jenis patroli ini digerakkan 4 unit mesin water jet MJP 550 dengan kecepatan jelajah 16 knot dan kecepatan maksimal 35 knot.

Pada desain sebelumnya, Klewang Class dirancang untuk dipersenjentai rudal buatan China dengan pilihan jenis rudal C-705 atau C-802. Namun pada desain baru yang pernah ditampilkan pada pameran Defence Services Asia (DSA) 2014 di Malaysia, SAAB akan memasang persenjataan berupa 4 unit rudal Permukaan-ke-Permukaan RBS15 Mk3 dengan radar homing aktif hingga 200 km dan radar baru buatan SAAB, Sea Giraffe 1X 3D yang akan dipasang lebih tinggi pada tiang kapal untuk meningkatkan bidang cakupan pantauan. Sistem radar dan persenjataan pada kapal Klewang Class akan dikelola sistem manajemen tempur (CMS: Combat Management System) 9LV Mk4 yang digabungkan dengan sistem kontrol penembakan pertahanan udara CEROS 200.

Peter Carlqvist mengatakan bahwa untuk desain Klewang Class yang baru, SAAB juga menawarkan perangkat yang mengintegrasikan Bofors 40 Mk4 dan sistem ESM (electronic support measure) yang mampu melakukan intersepsi dan identifikasi lokasi sinyal ponsel dan panggilan radio. Sistem ini akan sangat berguna pada operasi penanganan pembajakan kapal dan ilegal fishing karena sinyal ponsel dan radio dari pelaku dapat ditentukan posisinya.

Ketika ditanya tentang kemungkinan Indonesia akan menambah pesanan hingga 20 unit kapal Klewang Class, Carlqvist menjawab bahwa hal itu sangat mungkin terjadi mengingat TNI AL berencana untuk menambah 200 unit kapal perang baru hingga tahun 2024. Klewang Class termasuk dalam daftar pengadaan kapal perang TNI AL dengan desain yang disesuikan dengan kondisi perairan Indonesia yang terdiri dari banyak pulau. Kapal perang trimaran Klewang Class diharapkan sudah bisa dioperasikan pada tahun 2016.

www.janes.com