Cari di Blog Ini

Kamis, 19 Maret 2015

PT Pindad Ikut Tender Pengadaan Persenjataan Untuk Kepolisian Filipina

PT Pindad kini tengah mengikuti proses tender pengadaan persenjataan untuk satuan kepolisian Filipina. Keikutan dalam tender tersebut untuk meningkatkan ekspor produk BUMN ini ke mancanegara. Pemenang hasil tender akan diketahui pada pertengahan tahun 2015.

Senjata Produksi PT Pindad. PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara
Senjata Produksi PT Pindad.
Indonesia Bakal Pasok Senjata Polisi Filipina.

Pemerintah Indonesia nampaknya harus mulai bangga dengan adanya beberapa produk industri pertahanan yang banyak diminati oleh negara lain. Tak hanya panser Anoa yang laris manis oleh beberapa negara di Asia, Afrika dan Timur Tengah, kini giliran senjata produksi Indonesia yang menembus pasar internasional. Melalui PT Pindad (Persero), Indonesia saat ini tengah melakukan tender senjata untuk satuan kepolisian di negeri tetangga, yaitu Filipina. "Kami lagi ikut tender senjata untuk kepolisian Filipina, prosesnya panjang, tidak mudah untuk mendapatkan ekspor, tapi kami lakukan," kata Direktur Utama PT Pindad (Persero) Silmy Karim di kantor Pusat PT Pindad di Bandung, Rabu (18/3/2015).

Proses tender ini masih berlangsung dan akan ada hasil pemenang tendernya pada pertengahan tahun ini. Sayangnya dirinya masih enggan mengungkapkan berapa nilai tender yang sedang diperjuangkannya. Dengan lolosnya tender tersebut, maka akan menambah modal perseroan terutama pendapatan dalam bentuk dolar Amerika Serikat (AS).

Silmy menegaskan, konsentrasi perusahaan saat ini adalah mendukung program kemandirian industri pertahanan. Dengan demikian dirinya memastikan bahwa pasar ekspor adalah satu hal lebih yang dapat dilakukan dalam rangka memaksimalkan kapasitas Pindad sebagai perodusen senjata. Tahun sebelumnya, porsi produksi Pindad yang diekspor hanya sekitar 5 persen dari total produksi. Dengan adanya bantuan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 700 miliar untuk meningkatkan kapasitas, dirinya mentargetkan eskpor untuk dapat bertambah minimal 10 persen dari total produksi.

Hanya saja dia menyayangkan masih belum terfasilitasinya distribusi senjata secara maksimal ke beberapa negara. Hal itu lebih disebabkan minimnya jasa pengiriman senjata dari Indonesia. "Itu kami kendala di situ, jasa pengiriman yang ke Indonesia itu hanya satu, karena pengiriman senjata ini tidak mudah, kami perlu dapat persetujuan negara yang dilewati juga," papar Silmy.

bisnis.liputan6.com

Rabu, 18 Maret 2015

Kemenhan RI Akan Pesan Amunisi Meriam Kaliber 105mm Buatan PT Pindad

Direktur Utama PT Pindad mengatakan bahwa Kementerian Pertahanan Republik Indonesia akan memesan produk amunisi meriam kaliber 105mm buatan BUMN tersebut yang telah diuji coba beberapa waktu lalu. Bagi PT Pindad, order dari Kemenhan ini punya arti penting jika produk amunisi meriam kaliber 105mm hendak dijadikan produk ekspor. Untuk meyakinkan calon pengguna dari luar negeri, PT Pindad harus memiliki bukti bahwa produknya telah digunakan di dalam negeri.

Amunisi Granat Meriam Howitzer 105mm Produksi PT Pindad. PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara
Amunisi Granat Meriam Howitzer 105mm Produksi PT Pindad.
Pindad Dapat Pesanan Amunisi Kaliber Besar.

Amunisi kaliber besar Pindad ukuran 105 mm yang belum lama diujicoba mendapat respon positif. TNI dan Kemenhan sudah memberikan sinyal untuk memasukannya dalam kebutuhan pertahanan. Hal tersebut dikatakan Dirut PT Pindad (Persero), Silmy Karim di sela-sela menerima Ketua STIK Lemdikpol Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel di Bandung, Selasa (17/3/2015). "Saya baru mendapatkan respon KSAD, akan memesan, demikian pula Kemenhan akan memesan 105 mm. Berapa-berapanya masih dihitung," tandasnya.

Dalam kaitan itu, pihaknya siap menjawab kebutuhan tersebut. Kapasitas produksi Pindad mampu memproduksi hingga puluhan ribu. Amunisi kaliber besar biasanya dipakai untuk meriam, arteleri, dan kanon. "Kita siap memproduksi 50 ribu unit amunisi kaliber besar," tandasnya.

Bagi Pindad, respon positif jelas merupakan dorongan untuk membuka pasar ekspor bagi amunisi tersebut. Untuk tahap pertama, amunisi kaliber besar itu memang ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Penggunaan oleh TNI akan menjadikan produk tersebut semakin teruji sekaligus promosi efektif. Hanya saja, produk tersebut belum dibawa ke ajang pameran Langkawi Internasional Maritime and Aerospace (LIMA) 2015 di Pusat Pameran Antarbangsa Mahsuri Langkawi, Malaysia.

Pindad mengandalkan pistol maupun senapan serbu dan produk terbarunya yakni senapan bagi sniper dengan jarak efektif mencapai 2 Km, serta kendaraan tempur. "Kita ikut pameran internasional ini sebagai antisipasi pasar ekspor sebagai salah satu fokus Pindad ke depan, tapi untuk ekspor perlu bukti di dalam negeri guna mencari perhatian pengguna," katanya.

berita.suaramerdeka.com

Sabtu, 14 Maret 2015

Akhirnya Indonesia Pilih Sukhoi Su-35 Untuk Gantikan F-5 Tiger

Akhirnya jet tempur Sukhoi Su-35 buatan Rusia dipilih untuk menggantikan armada pesawat tempur F-5 Tiger yang sudah uzur yang selama ini dioperasikan Skuadron Udara 14 yang bermarkas di Pangkalan Udara Utama TNI AU Iswahjudi. Pesawat tempur bermesin jet Su-35 kerap disebut sebagai Super Flanker karena merupakan varian jet tempur terkuat dari seri Flanker yang diproduksi oleh negara Rusia. Berdasarkan teknologi yang diusungnya, jet tempur ini masuk dalam jenis pesawat tempur generasi 4,5 atau 4++.

Sukhoi Su-35 Flanker E. PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara
Sukhoi Su-35 Flanker E.
Kemhan-DPR Sepakat Beli Sukhoi Su-35.

Keinginan Tentara Nasional Indonesia (TNI) memiliki pesawat tempur generasi terbaru mulai terwujud. Setelah melewati pembahasan panjang, Kementerian Pertahanan (Kemhan) dan TNI akhirnya sepakat memilih pesawat tempur generasi 4,5 Sukhoi Su-35. Pesawat buatan Rusia itu akan menggantikan pesawat F-5 Tiger yang sudah tidak laik terbang. Rencana pengadaan ini sudah mendapat lampu hijau DPR. Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko mengungkapkan, rencana pembelian Su-35 sudah dibahas lama. Kesepakatan tercapai melalui proses yang cukup memakan waktu. Diawali dengan pembicaraan antara pemerintah Indonesia dengan Rusia, kemudian antara kementerian pertahanan kedua negara. "Setelah itu pelakunya apakah G to G dan seterusnya (dibahas) cukup panjang," kata Panglima seusai mengikuti kegiatan TNI Mendengar di Aula Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Kamis (12/3/2015).

Kapuspen TNI Mayjen TNI Fuad Basya memaparkan, pesawat tempur Su-35 menjadi pilihan untuk melengkapi alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI AU. "Di TNI itu ada proses namanya Dewan Penentu dan Pengadaan (Wantuada) yang berada di angkatan, kemudian ada Dewan Kebijakan Penentuan Alut dan Alutsista (Wanjaktu) di Mabes TNI. Hasil Wantuada itu dikombinasikan ke Mabes TNI menjadi Wanjaktu agar menjadi interoperabilitas," ujarnya.

Hasil Wanjaktu, sambung Fuad, sama seperti yang disampaikan Panglima TNI bahwa TNI sepakat memilih pesawat Su-35. Selanjutnya, Kemhan yang akan menjalankan proses administrasinya. "Proses itu (pengadaan) tinggal Menhan. Cepat lambatnya tergantung Menhan, sebab proses administrasinya di mereka. Kita inginnya secepat mungkin karena F- 5 sudah harus diganti," kata dia.

Saat disinggung berapa jumlah pesawat tempur Su-35 yang akan diadakan pada tahap pertama, Fuad mengaku belum bisa menyebutkan secara detail. "Yang jelas kita akan ganti secara bertahap dan itu sampai 2024 berakhirnya minimum essential force (MEF) semua itu sudah hadir," tegasnya.

Su-35 merupakan pesawat tempur terkuat buatan Negeri Beruang Merah. Pesawat bermesin ganda ini dianggap sebagai pesawat generasi kelima karena kelebihan yang dimilikinya. Bagaimana tidak, pesawat turunan dari Su-27 ini mampu melakukan manuver yang tidak bisa dilakukan pesawat tempur lainnya, yakni berhenti seketika diudara, mampu terbang cepat di ketinggian, dan bisa membawa banyak rudal ke udara.

Su-35 juga bisa melesat hingga 2.390 km/jam dan mampu menempuh jarak hingga 4.500 km. Pengamat militer Mufti Makarim menilai, sebagai negara kepulauan, Indonesia butuh fondasi yang kuat utamanya di udara dan laut. Sebab serangan datang melalui kedua jalur tersebut. Karena itu, rancang bangun pertahanan harus terpadu. "Saya setuju dengan adanya peningkatan kekuatan untuk operasi udara dan laut karena itu adalah kebutuhan riil," ujarnya.

Namun hal yang perlu dipertanyakan adalah ketepatan alat itu. Apakah penggunaannya bisa terintegrasi dengan sistem yang ada sehingga menjadi operasi pertahanan yang terpadu. Kemudian dari segi anggaran. Apakah pembelian itu sudah diperhitungkan dengan matang. "Lalu bagaimana sistem pembayaran utangnya, jangan sampai membebani negara. Sebab pengadaan pesawat itu tidak murah," ucapnya.

Wakil Ketua Komisi I DPR Tantowi Yahya membenarkan bahwa pesawat tempur Su-35 sudah masuk dalam rencana pembelian. Politikus Partai Golkar ini menyebutkan, jumlah pesawat yang dibeli sebanyak 16 unit atau satu skuadron berikut dengan persenjataannya. Saat disinggung soal anggaran yang dihabiskan untuk membeli pesawat tersebut, Tantowi mengaku tidak hafal. Namun pesawat tersebut akan tiba ke Indonesia secara bertahap. "Anggarannya beda dengan pembelian sebelumnya, tapi saya lupa berapa, tapi apa yang disampaikan Panglima TNI dan Menhan itu benar," tegasnya.

www.koran-sindo.com

Jumat, 13 Maret 2015

Armada Jet Tempur Hawk MK-53 TNI AU Masuki Masa Purna Tugas

Armada jet tempur Hawk MK-53 yang sudah dioperasikan TNI AU selama 35 tahun akhirnya resmi memasuki masa purna tugas. Pesawat tempur buatan British Aerospace ini sebelumnya dioperasikan Skuadron Udara 15 Lanud Iswahjudi, Magetan, Jawa Timur. Untuk selanjutnya, armada jet tempur Hawk MK-53 digantikan pesawat tempur T-50i Golden Eagle yang dibeli dari Korea Selatan.

Jet Tempur Hawk MK-53 TNI AU. PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara
Jet Tempur Hawk MK-53 TNI AU.
TNI-AU Museumkan Pesawat Hawk MK-53.

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) berencana memuseumkan Pesawat Hawk MK-53 yang selama ini dioperasikan di Skuadron Udara 15 Lanud Iswahjudi, Magetan, Jawa Timur, karena telah memasuki purnatugas. Berakhirnya pengabdian Hawk MK-53 ditandai dengan acara "Farewell" Hawk MK-53 di "Shelter" Skuadron Udara 15 Lanud Iswahjudi yang dihadiri Komandan Wing 3 Lanud Iswahjudi Kolonel Pnb Widyargo Iko Putro beserta para pejabat Lanud Iswahjudi, Kamis (12/3/2915).

Komandan Wing 3 Lanud Iswahjudi Kolonel Pnb Widyargo Iko Putro, mengatakan, "Farewell Flight" merupakan simbolisme pergantian pesawat yang akan dioperasikan di Skuadron Udara 15 dari Hawk MK-53 ke pesawat T-50i Golden Eagle. "Di mana Hawk MK-53 tersebut sudah berakhir jam terbangnya dalam mengemban tugas di TNI Angkatan Udara," ujar Komandan Wing 3 Lanud Iswahjudi Kolonel Pnb Widyargo Iko Putro, kepada wartawan.

Menurut dia, selanjutnya pesawat Hawk MK-53 yang banyak membantu tugas TNI AU itu akan ditempatkan di Museum Pusat Dirgantara Mandala, Yogyakarta.

Pesawat Hawk MK-53 merupakan pesawat buatan "British Aerospace". Pesawat tersebut digunakan oleh TNI AU di Indonesia sejak tanggal 1 September 1980. "Pesawat tersebut telah banyak memberikan kontribusi kepada TNI Angkatan Udara dalam melaksanakan operasi-operasi penugasan. Sebagai pesawat latih, Hawk MK-53 juga telah berhasil mencetak penerbang-penerbang tempur yang berkualitas," tuturnya.

Dalam "Farewell Flight" tersebut, pesawat Hawk MK-53 TT 5309 diterbangkan oleh Komandan Skuadron Udara 15 Letkol Pnb Marda Sarjono bersama Lettu Pnb Kurniadi Sukmo Djatmiko. Mereka melaksanakan "ferry flight" dari Lanud Iswahjudi Magetan ke Lanud Adi Sutjipto Yogyakarta yang "di-escort" oleh lima pesawat T-50i Golden Eagle untuk melaksanakan terbang formasi.

Pesawat-pesawat tersebut juga melaksanakan dua kali "flypass" di atas "Main Apron" Lanud Iswahjudi dan selanjutnya melakukan pendaratan di Lanud Adi Sutjipto untuk dilaksanakan penyerahan Hawk MK-53 ke Museum Pusat Dirgantara Mandala Yogyakarta.

Sebelum diterbangkan ke Yogyakarta, Komandan Wing 3 Lanud Iswahjudi Kolonel Pnb Widyargo Iko Putro, menyempatkan diri untuk membubuhkan tanda tangan di badan pesawat Hawk MK-53 yang memasuki purnatugas tersebut.

nasional.republika.co.id

Kamis, 12 Maret 2015

Sistem Radar Terbang Erieye Akan Ditawarkan Kepada Indonesia

Erieye AEW&C (Airborne Early Warning and Control System) adalah sistem radar peringatan dini dengan platform pesawat terbang untuk mendukung ketinggian dan memperluas area cakupan pemantauan. Sistem radar Erieye ini dirancang dengan basis teknologi AESA (Active Electronically Sensor Array) dan diproduksi oleh SAAB, perusahaan produk pertahanan yang berbasis di Swedia. Produk teknologi pertahanan ini rencananya akan ditawarkan kepada Indonesia untuk digunakan mengawasi kawasan udara Indonesia dari tindakan penyusupan tanpa izin dari pihak asing.
Radar Erieye adalah yang pertama dari jenisnya untuk menggunakan tanah-melanggar teknologi AESA. Benar-benar multi-peran Erieye radar mendeteksi dan secara otomatis melacak target udara dan permukaan di daerah besar, memperluas lebih dari 900 km. Sistem radar ini dirancang untuk melacak benda terkecil, seperti rudal jelajah dan pesawat jet-ski, bahkan di antara kekacauan berat dan dalam lingkungan kemacetan. Terbang pada ketinggian tinggi, Erieye mencakup wilayah yang lebih luas daripada tanah berbasis sistem sensor dapat konvensional. Wilayah pengawasan yang efektif lebih dari 500.000 km persegi horizontal dan vertikal 20 km. Mendeteksi target udara pada jarak hingga 450 km. The Erieye AEW & C sistem misi radar aktif, sensor bertahap-array, pulsa-doppler yang dapat memberi makan arsitektur Operator onboard atau downlink data (melalui subsistem datalink terkait) ke jaringan pertahanan udara berbasis darat. Sistem ini menggunakan aperture besar, dual-sisi antena array ditempatkan di sebuah punggung 'papan' fairing. Antena tetap, dan balok secara elektronik dipindai, yang menyediakan untuk meningkatkan deteksi dan pelacakan kinerja secara signifikan ditingkatkan dibandingkan dengan sistem antena radar-kubah. Erieye mendeteksi dan melacak target udara dan laut ke cakrawala, dan kadang-kadang di luar ini karena propagasi anomali - diinstrumentasi kisaran telah diukur pada 450 kilometer (280 mil). Khas jangkauan deteksi terhadap target tempur berukuran sekitar 425 kilometer (264 mil), dalam 150 ° sektor selebaran, kedua sisi pesawat. Di luar sektor ini, kinerja berkurang dalam arah maju dan belakang. Fitur sistem lainnya termasuk: generasi bentuk gelombang adaptif (termasuk digital, kompresi pulsa fase-kode); Pemrosesan sinyal dan pelacakan sasaran; track sementara scan (TWS); Nilai side lobe yang rendah (di seluruh cakupan sudut sistem); rendah dan menengah-pulsa mode operasi frekuensi pengulangan; kelincahan frekuensi; Udara-ke-udara dan mode pengawasan laut; dan target radar cross-section display. Radar beroperasi sebagai menengah hingga tinggi-PRF pulsa-Doppler, radar solid-state, di E / F-band (3 GHz), menggabungkan 192 dua arah mengirim / menerima modul yang bergabung untuk menghasilkan sinar pensil, mengarahkan sebagai diperlukan dalam operasi 150 ° sektor masing-masing sisi pesawat (satu sisi pada satu waktu). Hal ini dimengerti bahwa Erieye memiliki beberapa kemampuan untuk mendeteksi pesawat dalam 30 ° sektor depan dan belakang dari pos pesawat, tetapi tidak memiliki kemampuan track di sektor ini.

Erieye AEW&C Dengan Platform Pesawat Turboprop SAAB-2000. PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara
Erieye AEW&C Dengan Platform Pesawat Turboprop SAAB-2000.
SAAB Swedia akan tawarkan Erieye AEW&C kepada Indonesia.

SAAB AB, perusahaan industri sistem pertahanan dan keamanan Swedia, telah memulai serangkaian pembicaraan tentang penawaran sistem pengamatan udara Erieye AEW&C kepada pemerintah Indonesia untuk mengawal wilayah udara, darat, dan maritim Tanah Air. "Kami akan senang jika sistem kami itu bisa diterima Indonesia dan kami telah melakukan pembicaraan soal ini dengan pemerintah Indonesia,” kata Wakil Presiden dan Kepala Sistem Pengamatan Udara dan Bisnis Sistem Pertahanan Elektronika SAAB AB Lars Tossman di Gotheborg, Swedia, Senin (9/3/2015), waktu setempat.

Penawarannya itu, kata Tossman, terkait juga dengan penawaran sistem pesawat tempur JAS-39 Gripen yang turut dalam proyeksi pengganti pesawat tempur F-5E/F Tiger II pada Skuadron Udara 14 TNI AU. Menurut dia, sistem yang dikembangkan SAAB AB pada piranti Erieye AEW&C sangat pas dengan keperluan Indonesia yang memiliki wilayah udara sangat luas. Dari ketinggian operasionalnya, sistem pengamatan dan intelijen Erieye AEW&C ini bisa menjangkau wilayah pada radius lebih dari 900 kilometer yang berarti sudah di balik kelengkungan Bumi, setara dengan "volume" ruang diawasi 500.000 kilometer persegi horisontal dan 20 kilometer vertikal.

Berbasis sistem Active Electronically Sensor Array, sistem ini bekerja pada frekuensi S-band, dengan sensitivitas ultratinggi, dan pencitraan objek diamati secara seketika. Data-link yang diterapkan berbasis NATO data-link L16 dan L11.

Jika ditempatkan di wilayah udara Indonesia, maka cuma diperlukan dua Erieye AEW&C di udara Jakarta dan Makassar agar bisa melingkupi 80 persen wilayah udara Tanah Air.

Secara teknis, jika ada pesawat terbang penyusup berkecepatan suara (sekitar 900 kilometer perjam), sistem ini bisa segera mengetahui kehadirannya sehingga pesawat tempur Indonesia memiliki cukup waktu untuk menangkalnya.

Sejauh ini, TNI AU hanya memiliki satu skuadron udara pengamatan (surveillance) itu, yaitu Skuadron Udara 5 yang terdiri dari tiga pesawat Boeing 737-200 Maritime Patrol. Pesawat ini dilengkapi sensor SLAMMR ( Side Looking Airborne Modular Multimission Radar), peralatan navigasi INS (Inertial Navigational System) dan Omega Navigation System. Semuanya berbasis teknologi dasawarsa 1980-an.

Lossman menyatakan, sistem Erieye AEW&C memiliki beberapa keunggulan, antara lain bisa disesuaikan dengan keperluan domestik pemakainya. "Bahkan, pijakan alias platform pesawat terbang pembawanya bisa disesuaikan. Yang sudah disertifikasi sejauh ini adalah SAAB 2000 dan Embraer 145," kata dia.

Tipe pesawat terbang "penggendong" yang pertama, SAAB 2000 adalah turboprop. "Kami sangat memperhatikan aspek operasionalisasi dan biaya ikutannya. Itu sebabnya, pengoperasian pesawat terbang turboprop bisa menekan biaya operasional tanpa mengenyampingkan fungsi dan efektivitasnya," kata dia.

Direktur Pemasaran Sistem Udara SAAB AB Magnus Hagman menyatakan, dari Asia Tenggara, baru Thailand yang menandatangani pemesanan jadi Erieye AEW&C. Angkatan Udara Kerajaan Thailand juga menjadi operator perdana JAS-39 Gripen di ASEAN. Pensiunan instruktur penerbang tempur pada Angkatan Udara Kerajaan Swedia itu juga berkata, "Salah satu prinsip penting dalam operasi udara militer tempur adalah menempatkan ataus menerbangkan pesawat tempur pada tempat dan waktu yang tepat. Antara sistem Gripen dan Erieye AEW&C saling melengkapi."

www.antaranews.com

Sistem Radar Terbang Erieye Bisa Dipasang di Pesawat Buatan PT DI.

Perusahaan sistem pertahanan Swedia, Saab Group, menjelaskan, secara prinsip sistem peringatan dini dan kendali terbang (airborne early warning and control/AEW&C) Erieye buatannya bisa dipasang di pesawat-pesawat jarak menengah buatan PT Dirgantara Indonesia, seperti CN-235 dan CN-295.

Selama ini, sistem radar canggih AESA (active electronically scanned array) tersebut dipasang di atas platform tiga pesawat sipil, Saab 340 dan Saab 2000 yang bermesin turboprop serta Embraer E145 yang bermesin jet (turbofan). Erieye berbasis Saab 340, misalnya, dipakai Angkatan Udara (AU) Swedia, Thailand, dan Pakistan. Sementara Erieye berbasis Embraer E145 dipakai AU Brasil dan Meksiko.

Lars Ekstrom, mantan perwira AU Swedia yang kini menjadi pejabat di bagian Pengembangan Bisnis Sistem Pengawasan Udara Saab, Senin (9/3), mengatakan, secara prinsip radar Erieye yang berbentuk seperti papan yang dipasang di atas badan pesawat tersebut bisa dipasang di platform CN-235 atau CN-295. "Kami bersedia memasangnya di platform-platform baru, termasuk pesawat CN-235 atau CN-295," ujar Ekstrom di Gothenburg, Swedia.

Akan tetapi, Wakil Presiden dan Kepala Bagian Sistem Pengawasan Udara Saab Lars Tossman mengingatkan, proses pemasangan radar sistem Erieye di platform pesawat baru bukanlah proses yang bisa mudah dan cepat dilakukan. Bentuk radar yang besar dan dipasang di atas badan pesawat akan memengaruhi aerodinamika pesawat dan perlu dilakukan modifikasi desain sayap vertikal pesawat. "Dan, itu membutuhkan tambahan dana hingga ratusan juta dollar AS, belum ditambah proses sertifikasi kelaikan udaranya yang bisa memakan waktu dan biaya lagi," papar Ekstrom.

Sistem AEW&C Erieye saat ini menjadi sistem peringatan dini udara yang paling laris di luar produk buatan AS. Sistem ini serupa dengan sistem AEW&C semacam E-2 Hawkeye yang digunakan, antara lain, oleh AS, Jepang, dan Singapura; atau Boeing E7A Wedgetail yang dipakai Australia.

print.kompas.com

Giraffe AMB, Sistem Radar Pertahanan Multi-Misi Buatan Swedia

Giraffe AMB Multi Mission Surveillance System adalah sistem radar 3 dimensi yang befungsi untuk mengamati keberadaan dan pergerakan obyek yang berada di darat, laut, maupun udara. Piranti radar pertahanan ini diproduksi oleh pabrikan produk pertahanan asal Swedia, SAAB. Salah satu keunggulan yang diandalkan pada sistem radar Giraffe AMB ini adalah kemampuannya dalam menyajikan data berbasis data-link.
Sistem pengawasan radar 3D jarak menengah Giraffe AMB adalah pengisi celah yang ideal yang menyediakan komandan wilayah udara dengan kemampuan yang dibutuhkan untuk menjaga udara kesadaran situasional yang terus-menerus dan akurat. Ini merupakan aset deployable atau? Xed mobile untuk pengawasan udara yang dapat dioperasikan dari jarak jauh atau lokal dengan kemampuan untuk memberikan gambaran jaringan udara. Giraffe AMB memungkinkan untuk integrasi data link standar atau disesuaikan. Dengan menggabungkan sistem radar multi-misi yang benar dan kuat sistem C3 Giraffe AMB memberikan gambaran udara yang akurat dengan tingkat tinggi update dan fungsi sangat otomatis untuk perencanaan, evaluasi ancaman, tugas senjata dan distribusi sasaran. Semuanya komandan yang bertanggung jawab untuk GBAD kebutuhan untuk melindungi orang dan aset. Giraffe AMB dapat mendeteksi rudal cepat dan UAV kecil bahkan dalam lingkungan yang tinggi-kekacauan dan penawaran? Integrasi fleksibel sistem senjata dan link data taktis. Sistem ini sepenuhnya mandiri dengan semua sistem dukungan dan C3, sangat mobile dan menyebarkan dalam waktu kurang dari 10 menit. Menengah terpadu dan jarak pendek sistem GBAD didukung dalam beberapa keterlibatan simultan. Giraffe AMB dapat mengklasifikasikan dan melacak sayap tetap, helikopter, permukaan, jammer dan target balistik.

Giraffe AMB Multi Mission Surveillance System. PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara
Giraffe AMB Multi Mission Surveillance System.
Melihat dari dekat sistem radar pertahanan Giraffe SAAB AB.

Divisi Sistem Pertahanan Elektronika SAAB AB memiliki empat komponen bisnis utama, salah satunya adalah sistem radar permukaan, yang secara produk mereka namakan Giraffe, Sea Giraffe, dan Arthur. Ketiganya, oleh Sistem Pertahanan Elektronika SAAB AB yang bermarkas di Gotheborg, Swedia, didedikasikan untuk mendukung pertahanan darat dan laut melalui sistem pertahanan udara dan pengamatan permukaan serta penentuan secara presisi posisi sistem pertahanan lawan.

Jurnalis antaranews.com bersama lima jurnalis lain Indonesia, mendapat kesempatan hadir di kantor pusat divisi ini di Gotheborg, Swedia, dan melihat langsung proses pembuatan, riset dan pengembangan, pengujian, dan hal lain terkait sistem Giraffe ini.

Selain sistem Giraffe, para petinggi setempat SAAB AB membuka pintu "dapur" mereka kepada jurnalis-jurnalis Indonesia untuk hal yang mendapat prioritas pengembangan sangat tinggi, yaitu sistem Erieye AEW&C, satu sistem komando dan pengamatan udara berbasis pesawat udara yang digadang-gadang lebih maju ketimbang sistem AWACS.

Salah satu kebolehan yang diperagakan adalah kemampuan Erieye AEW&C mengetahui dan mengenali objek tidak bergerak di udara dalam ukuran sangat kecil, sekira jet ski. "Helikopter bisa mengambang di udara dan kami bisa mengidentifikasi hal itu melalui Erieye AEW&C ini," kata Kepala Pengembangan Bisnis Pemasaran SAAB AB, Lars Ekstrom, di Kantor Sistem Pertahanan Elektronika SAAB AB, di Gotheborg, Swedia, Senin (9/3/2015), waktu setempat.

Itu salah satu unggulan sistem yang terus dikembangkan SAAB AB dengan empat pilarnya, yaitu meningkatan kualitas, riset dan pengembangan, efisiensi biaya (operasional), dan kehadiran mitra setempat dalam berbagai skema, di antaranya transfer teknologi.

Perkembangan pertempuran saat ini sudah sangat kompleks, di antaranya adalah kekuatan asimetrik yang sulit untuk dicegah. Bukan jamannya lagi peperangan terbuka antara dua atau lebih negara dikumandangkan secara terbuka. Adagium bersiap untuk perang jika ingin damai bisa dikedepankan jika melihat skala dan densitas pertempuran yang kini terjadi, di antaranya dalam konteks komunitas melawan negara atau penguasa sah. Untuk kepentingan pertahanan titik di darat, SAAB AB memiliki jawaban jitu, yaitu sistem radar Giraffe AMB, yang dikatakan sebagai radar multifungsi.

Dalam keterangannya, Wakil Presiden Kepala Pemasaran Solusi Radar Permukaan dan Bisnis Sistem Pertahanan Elektronika SAAB AB, Mats Palsson, menyatakan, "Giraffe mampu beroperasi penuh dalam segala cuaca dan keadaan. Sejak dia tiba di titik pertahanan yang ditetapkan, dia bisa ditegakkan dan beroperasi secara baik hanya dalam 10 menit saja."

Yang dia katakan bukan isapan jempol atau ucapan seorang pemasar belaka. Dalam peragaan di bengkel pengujian dan perawatan —juga di halaman depan Kantor SAAB AB di Gotheborg itu— truk Volvo FM atau MAN yang "menghela" sistem radar pertahanan titik Giraffe AMB Multi Mission Surveillance System itu bisa memberikan pandangan dan pengamatan serta kalkulasi pertahanan yang diperlukan komandan misi dalam waktu tepat 10 menit saja. "Giraffe AMB ini dirancang untuk bisa digelar dan diangkut dalam ukuran yang sangat kompak. Kompartemen kendali dan operasi serta ukuran tiang dan kubah kotak radarnya telah ditentukan setara persis dengan ukuran kontainer delapan kaki… demikian juga dengan lubang-lubang tautannya di lantai truk penghelanya," kata Palsson.

Saat diperagakan, cuaca di Gotheborg dan sekitarnya cerah, matahari agak hangat terasa di kulit —sesuatu yang cukup mengagetkan untuk orang Swedia pada musim dingin seperti sekarang— sehingga menyempurnakan hasil penginderaan radar Giraffe AMB ini. Bukan cuma obyek pengamatan di darat yang bisa dia amati, melainkan pergerakan kapal kecil di Danau Vanen dan laut sekitarnya.

Juga pesawat terbang militer dan sipil yang lalu-lalang di ruang udara di atas itu. "Kita lihat ini, titik ini adalah titik yang bergerak cukup cepat. Kalau kita klik titik ini, maka akan ketahuan dia siapa, menuju ke mana, pada ketinggian berapa, dan lain sebagainya," kata Erik Paulsson, operator sekaligus penguji Giraffe AMB yang bertugas dalam kabin operator seukuran kurang dari tiga meter persegi itu.

Benar, titik sejarak 60 mil laut itu adalah pesawat terbang milik Scandinavian Air Service yang terbang melintas dari Laut Utara menuju Laut Baltik, lengkap dengan nomor penerbangan dan nomor registrasi pesawat terbangnya. Digadang-gadang, inilah juga satu "kekuatan" Giraffe AMB dalam menyajikan data berbasis data-link. "Data ini juga bisa dibagi secara persis dan tepat waktu dengan sistem pertahanan udara atau darat dan lain-lain. Program aplikasi komputer tentang ini juga telah dibuat dan terus dikembangkan," kata Paulsson. "Operator produk dan sistem ini mengatakan, sangat mudah dan efisien untuk dioperasikan," kata dia lagi.

Dari ketinggian di halaman depan Kantor SAAB AB di Gotheborg itu, dua bendera Merah Putih ukuran resmi kenegaraan dikibarkan, berselang-seling dengan bendera Kerajaan Swedia. Menurut semua petinggi SAAB AB yang mendampingi rombongan jurnalis Indonesia saat itu, itulah bentuk penghormatan mereka kepada delegasi Indonesia itu. "Anda semua adalah tamu resmi SAAB AB dan kami menerapkan standar penerimaan setara dengan rombongan resmi kenegaraan," kata Wakil Presiden dan Kepala Sistem Pengamatan Udara dan Bisnis Sistem Pertahanan Elektronika SAAB AB, Lars Tossman.

Mengalihkan sedikit pandangan ke tempat di mana unit Giraffe AMB itu diperagakan, terdapat unit serupa di sampingnya yang terbalur warna kamuflase gurun. Konon satu negara di Timur Tengah akan menerima unit itu segera, bergabung dengan puluhan lain unit serupa yang telah dikirim ke kawasan hangat itu.

Spesifikasi Giraffe AMB Multi Mission Surveillance System :
  • Tipe Radar : Stacked beam 3D radar
  • Tipe Antena : 3D phased array, digital beam forming
  • Frekuensi : C (G/H)-band
  • Elevasi Cakupan Pengamatan : > 70°
  • Kecepatan Rotasi : 60 RPM
  • Radius Pemantauan : 120 km
www.antaranews.com, www.saabgroup.com

Minggu, 08 Maret 2015

Amunisi Granat Meriam Howitzer 105mm Buatan PT Pindad Diuji Coba

Amunisi Granat Meriam Howitzer 105mm buatan PT Pindad telah diuji coba di lokasi Lapangan Tembak Dinas Penelitian dan Pengembangan (Ditlitbang) TNI AU di Desa Pandawangi, Kecamatan Tempeh, Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur, pada hari Jumat, 6 Maret 2015. Ada 3 tipe amunisi granat meriam Howitzer 105mm, yaitu jenis Practice Cadtrige, Smoke Hell, dan High Explosice (HE).

Amunisi Granat Meriam Howitzer 105mm Produksi PT Pindad. PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara
Amunisi Granat Meriam Howitzer 105mm Produksi PT Pindad.
PT Pindad Uji Coba Munisi 105 MM Howitzer.

Pabrik munisi (amunisi) organik PT Pindad, Turen, Kabupaten Malang, Provinsi Jatim, mengelar uji coba produk Munisi Kaliber Besar (MKB) untuk Meriam 105 milimeter (mm) Howitzer di Lapangan Tembak Dinas Penelitian dan Pengembangan (Ditlitbang) TNI AU di tepian pantai, Desa Pandawangi, Kecamatan Tempeh, Kabupaten Lumajang, Jatim, Jumat (6/3/2015). Terdapat tiga jenis amunisi atau biasa disebut pula dengan granat meriam Howitzer 105 mm yang diuji coba, yakni jenis Practice Cadtrige, Smoke Hell, dan High Explosice (HE).

Uji coba Munisi Arteleri Medan (MAM) jenis 105 Howitzer tersebut dihadiri petinggi TNI AD di antaranya, Wakasad Log Brigjen TNI Jani, Dirpalad Brigjend TNI Basuki Abdulla dan Danpusenarmed Brigjen TNI Sonhaji, guna melihat langsung dari dekat kehebatan amunisi karya putra-putra terbaik bangsa. "Kita ingin mengetahui kemampuan dari 105 Howitzer," ujar Brigjen TNI Jani kepada wartawan.

Menurut dia, 105 Howitzer adalah produk anak negeri yang tidak kalah hebatnya dengan amunisi dari luar. Selain murah dan sangat efektif, karena mampu diproduksi sendiri, maka sangat membantu dalam pertempuran dan operasi militer. "Kita sudah pernah coba dan terus kita tingkatkan kemampuan efektif dari 105 Howitzer," ujarnya.

Sementara itu, Kadiv Munisi PT Pindad Malang, I Wayan Sutaman mengaku, pengembangan munisi terus dilakukan guna membantu TNI, sehingga alutsista (alat utama sistem pertahanan) TNI tidak kalah dengan luar negeri. 105 Howitzer yang diujicobakan tersebut memang khusus dirancang untuk memenuhi kebutuhan Armed dan Marinir, tandas I Wayan Sutaman.

Lebih hebat

Sesuai hasil uji coba, kemampuan dari 105 Howitzer bisa meluncur sejauh 11 kilometer dengan dampak ledakan 25 meter persegi. Munisi Howitzer membantu pergerakan prajurit dalam operasi militer guna memasuki markas musuh. Granat Meriam adalah salah satu alutsista MKB yang digunakan oleh TNI Angkatan Darat dalam rangka menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Menurut Sutaman, granat meriam atau munisi meriam, terdiri dari beberapa bagian seperti, bagian selongsong, bagian propelan sebagai pendorong, serta bagian hulu ledak. Teknologi yang digunakan adalah teknologi dari Swedia. Kapasitas dari filling atau pengisian TNT ataupun campuran TNT ke dalam hulu ledak granat meriam ini sendiri mencapai 1.200 kg per shift, dan di dalam hulu ledak granat meriam 105 berisi 2 kg TNT. Itu berarti dalam sehari PT Pindad mampu melakukan pengisian hulu ledak granat meriam sebanyak 600 hulu ledak.

Granat meriam itu sendiri dimasukkan ke dalam laras meriam (loading), dan titik jatuhnya, tergantung dari elevasi atau sudut dari loading yang diinginkan. Penggunaan granat meriam di TNI AD itu sendiri sudah sejak perang dunia ke dua (PD II) hingga selesai. TNI AD yang di waktu-waktu sebelumnya masih menggunakan granat meriam produk luar negeri, kini sudah mulai menggunakan produk PT Pindad.

PT Pindad di Turen, Kabupaten Malang sudah memproduksi granat meriam. Fasilitas untuk produksi granat meriam yang disebut dengan filling plant (khusus bagian hulu ledak) itu sendiri sudah dimiliki sejak 1991. Unit filling plant yang dimiliki PT Pindad tersebut merupakan yang terbesar se-Asia Tenggara. Bahkan, beberapa negara tetangga belum memiliki filling plant sebagaimana dimiliki PT Pindad.

www.beritasatu.com

Kamis, 05 Maret 2015

TNI AL Akan Pamerkan Sejumlah Kapal Perang Pada IMDEX Asia 2015 Di Singapura

Sejumlah kapal perang dari berbagai jenis milik TNI AL akan turut dipamerkan pada event IMDEX Asia 2015 yang digelar di Singapura pada 19 Mei 2015 hingga 21 Mei 2015. IMDEX merupakan ajang pameran pertahanan kemaritiman yang sudah diselenggarakan sejak tahun 1997.

KRI Bung Tomo (357). PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara
KRI Bung Tomo (357).
TNI AL Boyong Kapal Perang dalam Pameran Maritim Internasional.

Pameran pertahanan maritim internasional Asia Pasifik (IMDEX) kembali digelar pada 19-21 Mei 2015. Hajatan skala dunia ini rencananya berlansung di Changi Exhibition Center, Singapura. Menjelang acara tersebut, TNI AL dipastikan ikut serta dalam pameran tersebut. TNI akan memboyong sejumlah kapal perang untuk dipamerkan dalam ajang tersebut. "Sampai saat ini Kepala Staf Angkatan Laut Indonesia Laksamana TNI Ade Supandi telah memberikan konfirmasi untuk hadir dalam IMDEX Asia 2015. TNI AL Indonesia juga akan mengirimkan kapal perang jenis fregat dan kapal patroli untuk berpartisipasi dalam pameran kapal perang di IMDEX Asia," kata Managing Director Experia Events pihak penyelenggara IMDEX, Leck Chet Lam dalam konfrensi pers di Hotel Le Meredien, Jakarta, Rabu (4/3/2015).

Leck menambakan, keikutsertaan Indonesia di IMDEX patut diapresiasi. Hal ini karena TNI AL terbukti sudah mengambil langkah tepat demi memperkuat kekuatannya. "Dengan pertumbuhan pasar pertahanan maritim yang kokoh di kawasan Asia Pasifik, IMDEX Asia saat ini merupakan ajang prestisius bagi para pengunjung dan delegasi demi mengetahui lebih lanjut mengenai inovasi teknologi terkini, membangun jaringan dan membina kemitraan. Kami senang delegasi mau pun pengunjung Indonesia melihat pentingnya berpartisipasi dalam IMDEX Asia," jelas dia.

Senada dengan Leck, Profesor Emeritus Bidang Studi Maritim King College London, Geoffrey Till menekankan Indonesia sudah sepatutnya turut serta dalam IMDEX. Sebab Indonesia sesuai visi Presiden Joko Widodo disiapkan menjadi poros maritim dunia. "Indonesia dan negara lain telah melakukan jauh lebih banyak upaya di laut baik secara komersil atau militer. Mereka memahami perlunya investiasi untuk fasilitas pelabuhan, kesadaran akan daerah kekuasaan militer, basis industri militer, rekapitalisasi industri pengiriman pedagang ikan dan pembentukan penjaga pantai. Negara yang lebih berinvestasi untuk Angkatan Laut karena mereka merasa perlu untuk mempertahankan otonomi strategis mereka di dunia masa depan yang tidak begitu pasti," sebut Till.

IMDEX pertama kali diselenggarakan pada 1997. Indonesia juga berpartisipasi dalam IMDEX dalam beberapa pegerlaran sebelumnya. Pada acara IMDEX terakhir pada 2013, TNI AL mengirimkan KSAL Laksamana Laut TNI Marsetio serta Pelaksana Harian Badan Koordinasi Keamanan Laut Laksamana Madya TNI Bambang Suwarto untuk ikut serta dalam acara besar itu.

news.liputan6.com