Torpedo VA-111 Shkval merupakan jenis torpedo superkavitasi yang dikembangkan pada era Uni Soviet. VA-111 Shkval mampu melesat dibawah laut dengan kecepatan lebih dari 200 knot (370 km/jam). Desain torpedo ini mulai dibuat pada tahun 1960 ketika lembaga riset NII-24 diperintahkan untuk menghasilkan sistem senjata baru yang mampu memerangi kapal selam nuklir. |
VA-111 Shkval. |
Pada tahun 1977, Angkatan Laut Uni Soviet memiliki torpedo yang mampu meluncur di bawah air pada kecepatan 200 knot atau 370 km/jam. Meski masih dirahasiakan, VA-111 Shkval atau Squall menarik perhatian masyarakat luas dalam skandal mata-mata pada tahun 2000.
Meski telah ada terobosan teknologi dalam persenjataan konvensional, serangan torpedo oleh kapal selam masih menjadi ancaman nyata bagi kapal dan awak kapal, bahkan di paruh kedua abad ke-20. Kapal selam yang dipersenjatai torpedo harus mendekat hingga jangkauan serang yang tak terdeteksi. Namun fitur anti-kapal selam dan antitorpoedo memungkinkan kapal permukaan dan kapal selam musuh dapat mengatasi ancaman dari bawah secara lebih efektif.
Kapal selam Soviet periode 1960-an dan 1970-an lebih inferior dibanding model AS dalam hal level deraunya, sehingga para ahli mesin Moskow berupaya untuk membuat desain senjata baru yang revolulsioner. VA-111 Shkval akhirnya mulai digunakan pada 1977 setelah dikembangkan selama sepuluh tahun. Dengan kecepatan 200 knot yang belum tertandingi, VA-111 Shkval dua kali lebih cepat daripada torpedo screw-driven tradisional, yang masih menjadi senjata kapal selam utama di armada-armada dunia.
Keunggulan kecepatan ini dicapai dengan mesin roket dan menggunakan superkavitasi, moncong depan torpedo menciptakan gelembung gas di sekeliling seluruh permukaannya pada kecepatan tinggi untuk mengurangi gesekan di dalam air.
Setelah torpedo diluncurkan dari tabung, autopilot yang telah diprogram sebelumnya akan meluncurkan roket berbahan bakar padat sesuai jalur dan kedalaman yang diperlukan ketika berakselerasi untuk membentuk gelembung gas. Ketika bahan bakar motor awal habis, bagian belakang torpedo dibuang dan mesin utama yang didorong dengan bahan bakar berbasis lithium hidroreaktif akan melaju ke depan. Air laut kemudian masuk melalui lubang di moncong kapal selam, sehingga memungkinkan torpedo ini melaju pada kecepatan penuh sampai 15 kilometer dan hanya ujungnya yang bersentungan dengan air.
Meski superkavitasi menghalangi efektivitas penggunaan sistem homing pada senjata ini, kekuatan eksplosifnya yang besar sungguh luar biasa, yakni setara dengan sebuah ledakan nuklir 150 kiloton TNT, sehingga kapal selam musuh atau kapal permukaan yang berada di radius satu kilometer jelas akan hancur.
VA-111 Shkval 533 mm dimiliki oleh sebagian kapal selam nuklir Soviet dan dianggap sama efektifnya baik sebagai senjata penyerang maupun pertahanan ketika kapal selam musuh menyerang.
VA-111 Shkval mampu menjangkau enam kilometer dalam satu menit dan dapat melakukan serangan balik dengan cepat. Kapal selam AS memiliki keunggulan dalam kemampuan siluman ketika mendekati dan melancarkan serangan pertama, sementara torpedo berkecepatan tinggi ini dapat ditembakkan sebelum melakukan tindakan mengelak. Jadi meski kapal selam yang mengelak itu mungkin tidak dapat memperbaiki data kendali torpedo yang sudah di dalam air, daya ledak VA-111 Shkval dijamin memberi serangan balik yang dahsyat.
Senjata unik ini memungkinkan Angkatan Laut Soviet untuk menambal kelemahan kemampuan siluman kapal selamnya, sebelum hal itu berhasil diatasi pada awal 1980-an. VA-111 Shkval populer karena sebuah kasus spionase pada tahun 2000, ketika mantan perwira angkatan laut AS Edmond Pope diadili dan dihukum di Rusia karena mengambil informasi rahasia tentang senjata tersebut.
Saat ini VA-111 Shkval masih merupakan senjata Rusia yang bersifat rahasia dan belum ada desain yang lebih unggul torpedo ini.
rbth.com