|
Rio De Janero Maru, sebuah kapal penumpang dan kargo milik Kerajaan Jepang yang ikut menjadi korban dan tenggelam di perairan Truk Lagoon akibat serangan Operasi Hailstone yang dilancarkan pada tanggal 17 Februari 1944 oleh Angkatan Laut Amerika Serikat. Dalam foto memperlihatkan salah satu lorong dari kapal tersebut di kedalaman air. PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara | Truk Lagoon, Kuburan Massal Armada Kapal Jepang Pada Perang Dunia II. |
Para ahli strategi militer Amerika pada perang dunia kedua yang lalu menyebutnya sebagai "Gibraltar Pasifik". Julukan untuk sebuah kawasan yang terletak sekitar 2.500 kilometer dari Samudera Pasifik. Kawasan laut ini dikenal dengan nama
Truk Lagoon dan telah menjadi kuburan yang cukup aman bagi lebih dari 100 kapal Jepang. Kawasan perairan ini berisi sekitar 2.100 pulau yang menyebar di daerah seluas 5.000.000 kilometer per segi. Kawasan yang dinamakan dengan Mikronesia. Dan pada 7° lintang utara, di bagian timur kepulauan Caroline, disitulah Truk Lagoon berada. Dan wilayah ini pun menjadi tempat yang paling diimpikan oleh para penyelam dari seluruh dunia.
Pada wilayah yang membentang sepanjang 60 kilometer, lagoon ini memiliki 11 pulau utama, sementara pulau-pulau kecil lainnya begitu banyak jumlahnya. Jika dilihat dari udara, pulau-pulau itu tampak berwarna hijau karena kawasan hutan. Sementara karang-karang kukuh melindungi di sekelilingnya. Dan diantara pulau-pulau kecil itu, armada kapal Angkatan Laut Kerajaan Jepang tenggelam karena serangan Angkatan Laut Amerika Serikat pada bulan Februari dan April 1944. Bukan hanya jumlahnya yang mengesankan, terbilang ratusan, tapi juga cara kapal-kapal itu tenggelam. Banyak diantara kapal-kapal itu masih dalam keadaan utuh didalam laut sana.
Kawasan
Truk Lagoon memang telah menjadi kubu pertahanan Jepang pada masa perang dunia kedua. Pulau-pulaunya diperkuat dengan barisan meriam besar dan banyak landasan pesawat terbang. Disitu juga dilengkapi dengan gudang penyimpanan bahan bakar, gudang-gudang senjata dan amunisi, barak-barak prajurit dan pekerja, juga beberapa bengkel. Kawasan ini oleh armada gabungan Jepang dijadikan sebagai batu loncatan distribusi peralatan perang antara daratan Jepang dan Pasifik Selatan. Pada masa itu tempat ini pernah dihuni 50.000 prajurit dan pekerja.
|
Serbuan Angkatan Laut AS terhadap pangkalan Angkatan Laut Kerajaan Jepang di Truk Lagoon pada Operasi Hailstone, 17 Februari 1944. |
Namun legenda Truk Lagoon sebagai benteng yang tak terkalahkan ternyata harus berakhir saat Operasi Hailstone dilancarkan pada tanggal 17 Februari 1944 oleh Angkatan Laut Amerika Serikat. Serangan itu dimulai oleh armada kapal AS yang bergerak dengan menempuh jarak 145 kilometer dari arah timur laut. Serangan datang bergelombang dilakukan oleh barisan Hellcat dan pengebom Dauntless yang menghunjamkan peluru-peluru dan bom-bom mereka. Armada Jepang yang saat itu sedang berada di pangkalan tersebut ternyata lebih dari separuh merupakan kapal dagang dibanding kapal perangnya. Kemudian baru diketahui bahwa kapal-kapal perang Jepang telah mendapat informasi lebih dulu tentang serangan itu, dan mereka segera kabur dari kawasan itu 2 hari sebelumnya. Itu untuk menghindari kehilangan kapal yang lebih banyak lagi akibat serangan AS itu.
Setelah serbuan selama dua hari berturut-turut dan menghabiskan lebih dari 400 ton bom dan torpedo, mengakibatkan Jepang kehilangan 65 kapal dan 260 pesawat terbang. Benda-benda itu semuanya tenggelam kedasar laut. Serangan Amerika itu masih diulangi lagi setelah dua minggu kemudian. Itu membuat makin bertambahnya jumlah kapal Jepang yang tenggelam.
|
Tank tempur ini merupakan salah satu dari sekian banyak peralatan tempur tentara Jepang yang ikut tenggelam bersama kapal yang mengangkutnya di bawah perairan Truk Lagoon. |
Peristiwa penenggelaman massal itu menjadikan kawasan pedalaman laut tersebut menjadi obyek penyelaman yang sangat menarik. Dan hampir tak tersentuh selama beberapa puluh tahun. Di kedalaman perairan itu para penyelam bisa menjumpai berbagai jenis senjata dan amunisi, peralatan kapal, peralatan komunikasi pelayaran, mobil truk, sepatu, botol, barang-barang dapur, dan tentu saja kerangka jenazah tentara Jepang. Saat menyusuri lorong-lorong palka salah satu kapal yang tenggelam disitu, penyelam dapat membayangkan betapa suasana panik yang dialami oleh para awak kapal pada saat itu. Terbayang orang-orang yang berlarian menyelamatkan diri dari serangan pasukan AS itu. Pesona dari suasana ruang-ruang kapal itu makin bertambah dengan keberadaan tumbuhan dan ikan-ikan yang telah menjadikan kapal-kapal itu sebagai rumahnya. Perairan disitu tidak terlalu dalam sehingga suasana tetap menjadi terang karena sinar matahari masih menembus di kedalamannya.
|
Salah satu bagian dek kapal Fujikawa Maru. |
Salah satu kapal Jepang yang tenggelam itu misalnya Fujikawa Maru. Kapal ini adalah kapal tenggelam yang terkenal disitu. Fujikawa Maru yang berfungsi sebagai pengangkut pesawat terbang ini memiliki panjang 137 meter. Tenggelam hanya pada kedalaman 40 meter sehingga tiang utamanya mencuat di permukaan. Kini kapal itu dihiasi bunga karang yang memiliki keindahan menakjubkan. Tumbuhan ini bergantung pada dinding kapal, popor bedil, pada terali, dan malah hingga ke tiang utama. Jika berdiri di anjungannya, seseorang dapat membayangkan bagaimana kapten menyerukan perintahnya pada awak kapal.
|
Salah satu ruangan di bagian dek kapal Shinkoku Maru. |
Selain Fujikawa Maru, kapal lain yang juga terkenal di kedalaman laut itu adalah Shinkoku Maru. Juga tenggelam pada kedalaman 40 meter. Shinkoku Maru adalah sebuah kapal tanker yang memiliki panjang 152 meter. Kapal tanker ini dianggap sebagai kapal karam terindah di kawasan Truk Lagoon itu. Karang-karang lunak yang tumbuh disitu lebih subur dan lebih beraneka warna dibanding pada kapal Fujikawa Maru. Saat menulusuri bagian dalamnya, tersibak rahasia lain dari kapal karam ini. Kamar-kamar, lorong-lorong, palka dan kamar mesin ditutupi endapan lumpur coklat. Pada bagian palka ditemukan lempengan baling-baling, mesin, dan peluru kaliber 457 mm yang disiapkan untuk kapal perang Yamato dan Musashi. Ditemukan juga banyak peralatan militer dan perlengkapan penerbang, drum minyak, serta kamar mengerikan yang berisi tulang-tulang manusia. Interior kapal-kapal karam ini menjadi musium bawah laut yang mempesona sekaligus menjadi saksi pertarungan antara hidup dan mati.
Truk Lagoon yang kini tentram dan damai bagaimana pun telah menjadi dokumen yang bersejarah. Untuk melindunginya, orang dilarang mengambil sesuatu dari sana. Dan karena itu hingga kini tetap menjadi obyek petualangan yang menyenangkan bagi para penyelam. Ingatan orang menjadi melayang pada perbuatan sia-sia dari peperangan. Kita jadi ingat pada apa yang ditulis oleh Jules Verne pada buku "20.000 Leagues Under The Seas", "Di permukaannya…., manusia boleh saling bertarung, saling memakan sesamanya…., dan saling mempertukarkan kengerian. Tapi tiga puluh kaki dibawah permukaan laut, kekuatannya lumpuh…., kekuatannya sirna…"