R-Han 122 adalah produk roket untuk keperluan pertahanan atau militer yang dikembangkan oleh Kementerian Pertahanan Republik Indonesia. Proyek pengembangan roket pertahanan R-Han 122 ini melibatkan Balitbang Kementerian Pertahanan RI dengan Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenriset), PT Pindad, LAPAN, Perguruan Tinggi dan pihak terkait lainnya. |
Desain Roket R-Han 122. |
Roket R-Han 122 ini merupakan hasil kerjasama yang sinergi antara Balitbang Kementerian Pertahanan RI dengan Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenriset), PT Pindad, LAPAN, Perguruan Tinggi dan pihak terkait lainnya. Selanjutnya melakukan integrasi roket dengan penambahan warhead (hulu ledak) sehingga roket berfungsi sebagai senjata yang memiliki daya ledak yang optimal dengan sasaran darat ke darat dengan jarak tembak antara 11-14 km. Dengan adanya integrasi prototipe roket warhead ini, diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai Alutsista TNI yang selama ini masih tergantung dari luar negeri.
Proses Pembuatan Roket R-Han 122
Saat memasuki bisnis massal, pemerintah membentuk Konsorsium Roket Nasional dengan ketuanya adalah Bapak Sonny Ibrahim sebagai Ketua Program Roket Nasional PT DI yang menjelaskan bahwa rencana pembuatan roket secara massal sebenarnya sudah ada sejak 2005. Namun, baru dikembangkan roket D-230 pada 2007 hingga terbentuk konsorsium tersebut. Konsorsium itu beranggotakan sejumlah industri strategis yang mengerjakan bermacam komponen roket. Selain digunakan sebagai sistem pertahanan juga akan digunakan sebagai penelitian satelit.
Dalam konsorsium tersebut terdapat PT Pindad yang mengembangkan launcher dan firing system dengan laras 16/ warhead dan mobil launcher (hulu ledak). Kemudian PT Dahana menyediakan propellant. PT Krakatau Steel untuk mengembangkan material tabung dan struktur roket. PT DI membuat desain dan menguji jarak terbang. Pendukung lainnya seperti Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika turut mendukung dengan menyediakan alat penentu posisi jatuhnya roket. ITB turut menyediakan sistem kamera nirkabel untuk menangkap dan mengirim gambar saat roket tiba di sasaran. Demikian halnya dengan UGM Yogya, ITS Surabaya, Universitas Ahmad Dahlan, Universitas Suryadharma, Universitas Negeri 11 Maret dan Politeknik Elektronika Negeri Surabaya yang terlibat dalam proses pembuatannya.
Roket R-Han 122, Uji Coba Penembakan. |
Pembuatan roket militer ini cukup menarik, karena para periset beberapa kali melakukan uji coba hingga menemukan kesempurnaan pada roket R-Han 122. Pada awalnya, tahun 2003 silam periset menggunakan ketebalan baja 1,2 mm, tetapi kemudian produk tersebut justru cepat jebol. Maka dari itu, mulai diperbaiki sistem isolasi termal. Saat roket meluncur sempurna dibutuhkan suhu 3000 derajat celcius. Pembakaran itu bisa berakibat fatal, apabila sistem isolasi termal tidak bekerja dengan baik. Oleh karena itu, di ruang isolasi termal diberi karet atau polimer yang bisa menghambat panas. Untuk materialnya, dipilih bahan ringan, yakni aluminium, agar bisa menghambat panas. Sehingga termalnya dapat bekerja dengan cukup baik, dan roket itu pun akhirnya dapat terbang tepat sasaran serta tidak pernah rusak selama uji coba.
Serangkaian uji coba roket itu, untuk melihat kemampuan strategis yang dimiliki oleh industri pertahanan dalam negeri kita dalam menguasai ilmu peroketan. Banyak negara maju yang sudah menguasai ilmu tersebut, namun enggan membagi karena dinilai sangat strategis. Maka dari itu, Pemerintah berusaha mengadakan penelitian dan mengembangkan kemampuan yang ada guna menguasai teknologi tersebut untuk kepentingan nasional kedepannya. Uji coba ini adalah bagian dari upaya untuk meningkatkan kemampuan teknologi dibidang roket. Pemerintah bersama dengan industri strategi bersinergi dalam hal ini untuk mengembangkan roket.
Pengembangan Roket R-Han 122
Dalam pengembangannya, Indonesia harus mandiri dalam penelitian dan rekayasa teknologi di bidang pertahanan negara sebagai pemacu para peneliti Indonesia. Oleh karena itu, Roket berkaliber 122 mm ini terwujud yang rencananya akan ditempatkan sebagian besar di KRI (kapal-kapal perang RI). Tak ketinggalan juga, Armed yang menjadi bagian dari institusi TNI Angkatan Darat dilibatkan dalam penggunaan senjata ini karena fokus sasarannya adalah sasaran darat. Roket R-Han 122 ini juga dikembangkan dalam rangka mengurangi ketergantungan pengadaan dari luar negeri dengan memberdayakan potensi dan kemampuan industri pertahanan dalam negeri.
Selama ini menurut Menhan, Indonesia masih membeli roket dari Amerika Serikat. Tapi kemudian, "Dengan harga satu roket R-Han 122 membutuhkan dana Rp 75 juta yang artinya untuk 500 roket dibutuhkan Rp 37,5 miliar akan jauh lebih murah jika dibandingkan dengan membeli dari luar negeri yang harganya mencapai 110 juta rupiah per roket," jelas Menhan seraya menambahkan bahwa 500 roket tahap awal ini merupakan bagian dari 1.000 roket yang ditargetkan. Idealnya kebutuhan roket untuk peralatan pertahanan RI lebih dari 500 unit.
Sebanyak 750 roket diselesaikan pembuatannya pada tahun 2013 dan jika tidak ada halangan program ini akan selesai pada 2014 mendatang dalam program produksi 1000 roket pertahanan untuk TNI Angkatan Darat dan TNI Angkatan Laut.
Menyinggung apakah roket R-Han 122 hasil karya anak bangsa ini akan dijual ke luar negeri, Menhan mengatakan, suatu produk bila sudah teruji baru dipasarkan. "Untuk saat ini R-Han 122 dipakai sendiri," katanya seraya menggarisbawahi, Indonesia sebagai negara kepulauan yang luas membutuhkan sistem pertahanan yang lebih baik untuk mempertahankan wilayahnya terutama wilayah perbatasan.
Dengan produksi mandiri ini, maka negara-negara lain tidak akan mudah meremehkan produksi hasil karya putera bangsa Indonesia sehingga meningkatkan detterence / efek gentar yang dimiliki oleh TNI. Pada akhirnya kerjasama ini diharapkan mampu memperkuat kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Spesifikasi Prototipe R-Han-122 :
- Diameter : 122 mm (R-Han-122)
- Speed : 1.8 mach
- Range : 14 km (R-Han-122 Single-Stage), 19 km (R-Han-122 Double-Stage)