Pejabat dari perusahaan Denel, Zwelakhe Ntshepe, mengatakan bahwa kontrak dengan Malaysia tersebut adalah kontrak ekspor terbesar dalam sejarah perusahaan dan akan menghasilkan injeksi kas yang signifikan dan penciptaan lapangan kerja di industri lokal. Turret tersebut akan diekspor ke Malaysia selama tujuh tahun dengan konsinyasi pertama siap untuk pengiriman pada awal tahun depan.
Ntshepe mengatakan bahwa negosiasi akhir dengan Malaysia berhasil disepakati pada akhir pelaksanaan Defence Services Asia Exhibition yang diadakan di Kuala Lumpur, bersama dengan mitra lokal mereka DRB-HICOM (Deftech).
Seorang pejabat Denel lainnya, Stephan Burger, mengatakan bahwa perusahaannya akan bertanggung jawab untuk sejumlah komponen strategis yang telah mereka rancang dan kembangkan, yang meliputi:
- 69 unit turret yang dilengkapi dengan meriam utama GI30 kaliber 30mm.
- 54 unit peluncur rudal anti tank Ingwe yang dilengkapi dengan meriam GI30 kaliber 30mm. Paket ini juga mencakup penyediaan 216 unit rudal Ingwe.
- 54 unit sistem kendali persenjataan jarak jauh.
Melalui kontrak ini perusahaan Denel akan berpartisipasi dalam program pengembangan industry pertahanan Malaysia yang memerlukan produksi dan perakitan sistem turret di Malaysia. Perjanjian tersebut menyediakan platform untuk mentransfer teknologi sistem persenjataan terpadu untuk Deftech guna menciptakan kemampuan yang berkelanjutan di Malaysia. Burger menambahkan kontrak ini juga akan membuka pintu kerjasama industri pertahanan masa depan antara Malaysia dan Afrika Selatan.
www.defpro.com