Pasukan Khusus Angkatan Udara China berlatih anti teror dan kemampuan lain kemiliteran dengan mitranya, Korps Pasukan Khas TNI AU, di Bumi Margahayu, Jawa Barat, selama enam hari. Upacara pembukaan dilakukan Komandan Korps Pasukan Khas TNI AU, Marsekal Muda TNI Amarullah, didampingi kolega China-nya, Kolonel Senior Li Zhonghua, di Lapangan Merah Pangkalan TNI AU Sulaeman, Margahayu, Rabu (6/11/2013). Latihan bersama itu diberi sandi Sharp Knife Airborne 2013, yang berakhir di Kantor Pusat PT Dirgantara Indonesia, beberapa hari kemudian.
China mengirim kontingen sebanyak 60 orang sementara Korps Pasukan Khas TNI AU melibatkan 102 personelnya, berikut senjata dan sistem pendukung lain. "Materi latihan ada beberapa, di antaranya bela diri militer, latihan pembebasan sandera, dan menembak perorangan ataupun tembak runduk," kata Direktur Latihan Sharp Khife 2013, Kolonel Pasukan Roland DG Waha.
Kedua kontingen akan juga berlatih penerjunan tempur memakai metode HALO (high altitude low opening) dan HAHO (high altitude high opening). Sebelum putaran latihan Sharp Knife 2013 ini, dilakukan penyamaan metode dan prosedur operasi militer pasukan kedua negara itu. Agenda latihan hari pertama adalah bela diri perorangan dari kedua negara. Korps Pasukan Khas TNI AU memperkenalkan teknik bela diri kembangan sendiri, yang dinamakan Bravo Martial Art; sementara kontingen China memperagakan bela diri militernya yang dikombinasikan dengan kung fu.
Segenap unsur Korps Pasukan Khas TNI AU dilibatkan dalam latihan bersama kedua negara itu, yang dikatakan Komandan Satuan B-90 Bravo, Kolonel Pasukan Novlan Mirza, "Merupakan hal yang baik bisa saling berbagi pengetahuan, demi mengasah profesionalisme kedua unsur."
China tidak memiliki pasukan yang didedikasikan khusus sebagaimana Korps Pasukan Khas TNI AU, melainkan pasukan khusus. Ada tiga penciri utama Korps Pasukan Khas TNI AU sesuai asasinya sebagai pasukan di dalam TNI AU. Itu adalah pengendalian pertempuran udara dari pangkalan, pertahanan pangkalan udara, dan SAR tempur udara, selain intelijen dan tentu perang berlanjut konvensional.
www.antaranews.com