Ular-ular perang diturunkan dari puncak tiang empat kapal landing ship tank Komando Lintas Laut Militer TNI-AL, di Tanjung Priok, Jakarta, Kamis. Itu simbol bahwa keempat kapal itu tidak lagi termasuk dalam daftar jajaran kapal-kapal perang TNI-AL alias telah dihapus atau dipensiunkan. Upacara militer penurunan ular-ular perang itu dipimpin Panglima Komando Lintas Laut Militer TNI-AL, Laksamana Muda TNI SM Darojatim, disaksikan banyak petinggi TNI-AL.
Ular-Ular perang berupa pita pipih merah-putih berselang-seling di puncak tiang tertinggi kapal. Pita itu salah satu simbol penanda kapal perang yang berlaku secara internasional. Upacara penurunan ular-ular perang dihadiri ratusan personel dan perwira yang semuanya mengenakan seragam upacara I berpedang. Ini bentuk penghargaan tertinggi bagi dharma bhakti kapal dalam dinas militer.
Keempat kapal itu adalah KRI Teluk Langsa-501, KRI Teluk Kau-504, KRI Teluk Tomini-508, serta KRI Teluk Saleh-510. Mereka adalah saksi nyata Perang Dunia Kedua dan Perang Viet Nahm, karena sebelum berdinas selama 50 tahun bagi TNI-AL, keempat kapal itu tergabung dalam Angkatan Laut Amerika Serikat pada masa-masa itu. Telah banyak jasa yang diberi keempat kapal itu bagi Indonesia, mulai dari membawa pasukan dan peralatan perang ke berbagai misi perang, membawa para transmigran, hingga membawa bahan bantuan kemanusiaan --semisal saat tsunami Aceh 2004-- hingga mengenalkan Nusantara kepada banyak pemuda Indonesia.
Keempat kapal itu buatan galangan kapal Chicago Bridge & Iron Company, Seneca, Illinois, Amerika Serikat. KRI Teluk Langsa-501 dibangun di galangan itu pada 19 Pebruari 1945, dan bergabung dengan TNI AL pada 1960. KRI Teluk Kau-504 dibangun pada 1942, dan bergabung dengan TNI-AL pada 1960. Selanjutnya KRI Teluk Tomini-508 juga merupakan kapal eks Angkatan Laut Amerika yang bergabung dengan TNI AL pada 1967. Kemudian yang terakhir KRI Teluk Saleh-510 dibangun pada 1943 dan bergabung dengan TNI-AL pada 1970, setelah digunakan dalam perang Viet Nahm pada tahun 1967-1970.
Darojatim dalam amanatnya mengatakan, sepanjang pengabdiannya, keempat kapal ini telah berjasa bagi bangsa dan negara dalam pelaksanaan tugas operasi militer perang, maupun operasi militer selain perang. "Keempat kapal tersebut telah jauh melewati batas usia pakainya, karena itu sudah waktunya diistirahatkan dari jajaran TNI-AL, khususnya Kolinlamil," katanya.
Dikatakan juga, selama masa pengabdiannya, kapal perang tersebut telah banyak berkiprah dan menorehkan tinta emas dalam perjalanan bangsa Indonesia.
www.antaranews.com