DF-21D ditembakkan dari darat menggunakan platform bergerak (mobil pengangkut) dengan memilih lokasi yang sesuai. DF-21D memiliki dimensi panjang 10,7 meter, diameter 1,4 meter, dan bobot 14,7 ton. Dengan hulu ledak yang berbobot 500 kg, rudal yang memiliki kecepatan luncur 500 hingga 800 knot ini mampu menenggelamkan sebuah kapal induk hanya dengan sekali pukul dari jarak jauh.
Seorang profesor di U.S. Naval War College mengatakan bahwa dengan kehadiran rudal DF-21D milik China ini, armada kapal induk AS tidak lagi bisa leluasa berlayar dengan rasa aman. DF-21D akan membuat kapal induk menjadi seonggok besi yang tak berdaya.
Sejarah pengembangan rudal balistik Dong-Feng 21D
Generasi rudal balistik anti kapal Dong-Feng 21 atau DF-21 dikembangkan oleh China Changfeng Mechanics and Electronics Technology Academy sejak tahun 1960. Varian pertama selesai dibuat antara tahun 1985 atau 1986, tapi belum digunakan hingga tahun 1991. Desain dasar rudal balistik ini diambil dari rudal JL-1 yang diluncurkan dari kapal selam dan menjadi rudal pertama buatan China dengan bahan bakar padat. Departemen Pertahanan AS memperkirakan bahwa pada tahun 2008 China memiliki 60 hingga 80 rudal jenis ini dan 60 unit platform peluncur rudal.
Pada awalnya varian DF-21 dikembangkan sebagai senjata strategis, dan pada pengembangan tahap kedua rudal ini terbagi menjadi dua varian, berhulu ledak nuklir dan berhulu ledak konvensional.
Dalam laporannya, pihak NATO menyebut generasi rudal buatan China ini dengan kode CSS-5. Sedangkan nama Dong-Feng sendiri memiliki arti Angin Timur. Adapun beberapa varian Dong-Feng 21 yang merupakan pendahulu dari varian DF-21D adalah :
- DF-21 (CSS-5 Mod-1), ini varian awal dari rudal generasi DF-21 yang memiliki jangkauan maksimum 1.700 km dan bermuatan 600 kg. Rudal ini mampu membawa hulu ledak nuklir tunggal 500 kt dengan CEP (Circular Error Probable) atau radius kesalahan target diperkirakan 300 – 400 meter. Rudal ini tidak dimasukkan dalam dinas aktif.
- DF-21A (CSS-5 Mod-2), mulai dioperasikan mulai tahun 1996 dengan peningkatan akurasi, CEP antara 100 – 300 meter. Desain ulang dilakukan pada sistem kendali yang menggunakan GPS dan system pengendali berbasis radar. Menurut pengamat, rudal ini berhulu ledak lebih rendah (90 kt) dibanding dengan varian DF-21 tapi jarak jelajahnya bisa meningkat hingga 2.700 km.
- DF-21C (CSS-5 Mod-3), kehadirannya bari diketahui pada tahun 2006. Nama aslinya sebenarnya belum diketahui, beberapa pengamat memperkirakan bahwa rudal ini merupakan rudal versi DF-25. Akurasi tembak DF-21C sudah sangat meningkat dengan CEP antara 30 – 40 meter. Pada tahun 2010, DF-21C dikerahkan di pusat bagian barat China.
Untuk mendukung operasional rudal versi Dong-Feng 21D, China telah meluncurkan serangkaian satelit. Yaitu:
- Yaogan-VII, satelit optik elektronik yang diluncurkan pada tanggal 9 Desember 2009.
- Yaogan-VIII, satelit radar synthetic aperture, diluncurkan pada tanggal 14 Desember 2009.
- Yaogan-VIII, satelit radar synthetic aperture, diluncurkan pada tanggal 14 Desember 2009.
- Yaogan-IX, merupakan konstelasi dari formasi 3 satelit Naval Ocean Surveillance System (NOSS), diluncurkan pada tanggal 5 Maret 2010.
Dengan lahirnya rudal ini, Admiral Jonathan W. Greenert, Kepala Staf Operasi Angkatan Laut AS harus berpikir untuk menahan diri dan menyusun konsep baru untuk mengatasi tantangan ini, bahkan secara mendesak harus mencari jurus baru untuk mengatasi ancaman tersebut. Sehubungan dengan ini pada tanggal 16 Maret yang lalu Greenert mengungkapkan kepada wartawan AS 'Tiga Jurus' untuk melawan rudal pebunuh kapal tersebut.
Berita yang disiarkan melalui website 'Connection Magazine', Greenert mengungkapkan kepada para wartawan saat acara sarapan pagi, bahwa AL-AS memiliki kemampuan untuk melemahkan dan mementahkan serangan Rudal DF-21D. Rudal ini berbeda dari rudal-rudal anti kapal sea-skimming yang ada selama ini, rudal ini merupakan rudal balistik anti-kapal dengan memanfaatkan trakyektori parabolistik bola bumi, dengan kecepatan sangat tinggi menghujam secara vertikal pada sasaran. Sistim pertahanan serangan udara sekarang yang ada sangat sulit untuk menangkalan serangan rudal macam ini, kapal induk jika diserang dengan rudal tersebut hanya akan menjadi onggokan besi dan lautan api bagi awak kapal yang berada didalamnya. Walaupun AS tetap meremehkan rudal tersebut, tapi secara pribadi Greenert berusaha untuk menahan diri. Dia mengungkapkan tiga jurus untuk menangkal serang rudal tersebut dengan jurus : 'Menggangu, Menipu, dan Menembak jatuh' rudal tersebut.
Jurus pertama, dengan mengganggu sistim panduan rudal. Greenert laporkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini telah berupaya banyak untuk berinvestasi dalam mengembangkan sistim perang elektronik berupa jamming, salah satu prestasi yang paling menonjol adalah dalam pesawat tempur EA-18G Glowler ( Airborne Electronic Attack/AEA) , pesawat ini merupakan derivasi/pengembangan dari pesawat tempur Hornet F/A-18F. Dalam operasi menggulingkan Qadhafi di Lybia pesawat ini mencatat keberhasilan dalam mengahancurkan pertahanan Lybia menjadi besi tua.
Pesawat EA-18G yang dilengkapi ALQ-218 penerima gelombang lebar ( wideband ) dan dikobinasi dengan ALQ-99 Tactical Jamming System yang berkemampuan secara effektif menangkal ancaman rudal yang dipandu dengan gelombang radar dari segala rudal permukaan ke udara. Serangan udara elektronik yang presisi merupakan teknologi EA-18G yang selektif-reaktif memungkinkan pesawat ini dapat mendeteksi dengan cepat ancaman yang lebih berpresisi, lebih cepat dari perlengkapi sebelumnya. Sehingga memungkinkan untuk mengkonsentrasikan energi yang maksimal untuk menangkal ancaman tersebut. Untuk menanggulangi lanjutan komunikasi, pesawat ini juga dilengkapi dengan Advance Communication Countermeasure ALQ-227, alat yang bisa tetap melacak dan mengikuti sistim gelombangan yang diacak dan berubah-ubah spektrumnya. Selain itu juga dilengkapi dengan INCANS/Interference Cancellation System ( Intefrensi Pembatalan Sistem ) yang secara dramatis dapat meningkatkan kesadaran situasional pilot/awak pesawat tetap berkomunikasi tanpa gangguan selama melakukan operasi jamming.
Menurut analisa Pentagon bahwa Rudal DF-21D untuk menemukan sasaran kapal induk yang terus bergerak dilautan luas, memerlukan pelacakan dengan satelit dari luar angkasa, radar darat dengan jangkauan jauh, dan peralatan pelacakan lainnya dalam menemukan sasaran. Dalam kaitan ini EA-18G dapat mengandalkan peralatan elektrokniknya untuk mengacaukan signal-signal elektronik penuntun rudal dan dari rudal itu sendiri, dan menghancurkan radar, posko serta stasiun pengedali rudal agar rudal menjadi 'buta'.
Jurus lain dengan mengadakan peperangan cyber, dengan mengirim virus komputer pada jaringan komputer China, sehinga program komputer kacau dan bahkan tidak berfungsi. Pada 2007 Israel pernah melakukan serangan semacam ini kepada fasilitas nuklir Syria dan berhasil. Selain itu sebagai tambahan kapal induk AS pada saat terjadi serangan rudal, dapat mematikan semua pemancar dalam kapal, agar rudal China tidak dapat melacak signal-signal elektronik untuk menentukan posisi kapal induk sasarannya.
Selain mengelabuhi dan menggangu perangkat elektronik, jurus ketiga Greenert adalah menembak jatuh rudal yang sedang dalam perjalanan penyerangan, menghujani dengan peluru rudal yang datang, penembakan dapat dilakukan tidak saja dari atas kapal induk, juga dari kapal-kapal perang sekelilingnya dalam formasi. Untuk tujuan ini AS sedang mengembangkan senjata yang dapat menembak lebih cepat untuk dipasang pada semua kapal perangnya.
Selain itu juga sedang mengembangkan untuk memasang rudal anti-rudal Patriot 3 diatas kapal. Dan mengembangkan senjata Lasser yang dapat menembak jatuh rudal. Greenert yakin mereka dapat menangkal serangan rudal China DF-21D ini saat baru terbang atau saat dipertengahan penerbangannya dan saat sebelum mengenai sasarannya.
Disamping itu AU-AS dapat menggunakan F-22, Stealth untuk menyelusup ke daratan China untuk menghancurkan posko-posko pengendali rudal tersebut. AS sedang mengembangkan perpaduan operasi AL dan AU dalam menangkal serangan rudal pembunuh kapal induk.
Namun banyak juga pakar militer dunia yang berpendapat bahwa untuk melawan rudal pembunuh kapal induk masih akan menghadapi banyak kendala dan kesulitan saat ini. Hal ini karena faktor waktu, dimana masing-masing pihak saling mengembangkan keampuhannya. Rudal DF-21D belum pernah dicoba dalam medan perang yang sebenarnya, masih memerlukan waktu untuk pengembangannya. Demikian juga AS selama ini sedang mengembangkan kemampuan penangkalan terhadap rudal tersebut, sehingga pada saat rudal tersebut sudah mencapai titik optimum pengembangannya, AS mungkin juga sudah mendapatkan penangkalnya.
Tapi ada juga pakar militer yang berpendapat bahwa kegaduhan tentang hal tersebut diatas sengaja diciptakan oleh pihak-pihak tertentu di AS, agar dapat memperoleh anggaran militer yang lebih besar dari pemerintahnya pada saat kini, dimana anggaran militer telah coba diperkecil akibat krisis yang terjadi dalam negerinya.
wikipedia.org, teknologi.kompasiana.com