Cari di Blog Ini

Minggu, 02 September 2012

Pengiriman kedua 4 unit Super Tucano direncanakan pada Januari 2013

EMB-314 Super Tucano
Batch kedua EMB-314 Super Tucano tiba awal tahun depan

Pengganti OV-10F Bronco telah tiba, yaitu empat Embraer EMB-314 Super Tucano, yang baru saja mendarat dari penerbangan feri di Pangkalan Udara Utama Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu siang. Secara keseluruhan 16 pesawat turboprop multi fungsi itu dibeli Indonesia dari Brazil; empat lagi akan tiba dalam batch kedua pada awal tahun depan; dan batch terakhir pada pertengahan tahun itu juga. "Pada Januari 2013 akan datang kembali empat unit Super Tucano. Pesawat ini akan terus berdatangan ke Indonesia hingga mencapai 16 unit atau satu skadron," kata Wakil Kepala Staf TNI AU, Marsekal Madya TNI Dede Rusamsi, Sabtu siang. Dia menyaksikan sendiri pendaratan secara berturutan keempat Super Tucano versi kursi ganda itu, yang diterbangkan delapan pilot pabrikan Embraer, dari pabriknya di Sao Jose dos Campos.

Bukan dia sendiri yang menyaksikan dan menyambut tim penerbang uji Empresa Braziliera de Aeronautica (Embraer) yang dipimpin Carlos A Vieira itu, puluhan pejabat TNI AU juga selain mendekati 100 jurnalis Tanah Air. Penerbangan feri dari Sao Jose dos Campos ke Jakarta ditempuh dalam 12 hari penerbangan menyinggahi 12 negara dan belasan kota. Tidak ada hambatan apapun dalam penerbangan feri itu dan sebelum Jakarta, mereka menyinggahi Bandara Suwondo, Medan.

Secara organisasi, skuadron Super Tucano itu ditempatkan di Skuadron Udara 21 di Pangkalan Udara Utama TNI AU Abdurrahman Saleh, Malang. Skuadron udara ini sejak dulu memang dikenal sebagai "rumah"-nya skuadron intai dan pemburu sergap musuh di darat selain patroli dan keperluan lain. Satu tipe pesawat tempur yang sangat terkenal dari skuadron itu adalah OV-10F Bronco yang telah dipensiunkan sejak 2007 dan kebanyakan bekas-bekas pesawat tempur buatan Rockwell, Amerika Serikat, itu dijadikan monumen dengan keadaan sekedarnya.

Super Tucano hadir dikelir kelabu perpaduan pegunungan dan wilayah maritim Indonesia secara umum dengan hiasan taring hiu di bibir merah darah rancangan mantan panglima Komando Pertahanan Udara Nasional, almarhum Marsekal Muda TNI Faustinus Djoko Poerwoko. Nomor registrasinya juga masih memakai registrasi Brazil walau logo bendera Merah-Putih ada di kemudi tegaknya.

Rusamsi menyatakan, arsenal baru TNI AU itu juga efektif sebagai anti perang gerilya karena kecepatannya pas dan bisa dilengkapi berbagai jenis persenjataan ringan hingga berat. Yang penting juga, katanya, TNI AU telah mengganggarkan dana untuk kesenjataan pesawat tempur taktis multifungsi itu. Jajaran persenjataan telah dibuktikan banyak negara cocok untuk dipasang di lima hard point atau pod persenjataannya, mulai dari senapan mesin berat kaliber 12,7 milimeter, bom konvensional Mk-81 dan Mk-82, peluru kendali udara-ke-udara jarak pendek AIM-9 Sidewinder, hingga peluru kendali Piranha.

Karena ini terbang feri untuk pengantaran pesawat terbang baru, kata Rusamsi, persenjataan Super Tucano tidak dipasang. Saat mendarat, kesemua pod senjatanya memang kosong, dan tiga di antaranya diganti sementara dengan tangki eksternal untuk memperpanjang jarak tempuhnya dari semula 1.600 kilometer menjadi sekitar 2.500 kilometer dalam kecepatan jelajah 500 kilometer perjam.

Harap diingat, tanpa persenjataan yang menggetarkan dan seharusnya, Super Tucano tidak akan berfungsi maksimal sebagai penjaga kedaulatan Indonesia di udara ataupun darat.

Walaupun teknologi yang dibenamkan Embraer di dalam tubuhnya sekelas dengan PC-21 buatan Pilatus, Swiss, yang harganya jauh lebih mahal dari dia. Disebut-sebut, harga delapan unit (saja) Super Tucano itu sekitar 143 juta dolar Amerika Serikat, yang dibayarkan melalui fasilitas kredit ekspor.

Bagaimana dengan kesenjataannya, kita lihat nanti, sehingga taring hiu di moncongnya bisa bikin mereka... makin berwibawa.

www.antaranews.com