Dokumen milik NPO Molniya itu juga menyebutkan bahwa pesawat tersebut dinamakan Hammer karena bagian hidung pesawat jika dilihat dari atas tampak seperti ikan hiu martil. Pesawat ini didasarkan pada beberapa desain yang sudah ada sebelumnya, termasuk mesin turbofan AL-31F yang digunakan pada jet tempur Sukhoi Su-27.
Kemungkinan metode peluncuran pesawat baru ini menggunakan roket dua tahap yang menggunakan mesin roket seri RD-0124. Setelah mencapai ketinggian orbit yang diinginkan, pesawat akan melakukan manuver yang diperlukan untuk menempatkan satelit pada orbitnya, lalu kembali ke pangkalannya di Bumi.
Rusia makin menunjukkan keseriusan dalam pengembangan pesawat berkecepatan hipersonik yang bisa digunakan untuk kepentingan sipil dan militer. Dalam enam bulan terakhir, Wakil Perdana Menteri Rusia Dmitry Rogozin telah berulang kali menyerukan pentingnya Rusia mengambil langkah untuk mengungguli AS di bidang pengembangan pesawat hipersonik. Pada awal pekan ini, Rogozin kembali mendesak penggunaan teknologi hipersonik yang akan diaplikasikan pada pesawat pengebom baru milik Angkatan Udara Rusia.
Amerika serikat telah menguji pesawat hipersonik tanpa awak Waverider. Tapi uji coba tersebut gagal saat pesawat kehilangan sirip ekor dan jatuh ke laut.
NPO Molniya adalah salah satu perusahaan terbesar di Rusia yang bergerak dalam pembuatan pesawat ruang angkasa. Perusahaan ini juga terlibat dalam program pesawat ulang-alik Buran pada era Uni Soviet. Selain itu NPO Molniya juga banyak terlibat dalam proyek pembuatan peluru kendali.
en.rian.ru