Cari di Blog Ini

Minggu, 04 November 2012

PTDI Produksi 7 Unit Pesawat CN-295 Untuk TNI-AU

CN-295
CN-295, pesawat angkut menengah ini akan diproduksi oleh PTDI di Bandung sebanyak 7 unit. Kementerian Pertahanan Republik Indonesia telah memesan 9 unit pesawat CN-295 yang akan dioperasikan oleh TNI-AU. PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara | PTDI Produksi 7 Unit Pesawat CN-295 Untuk TNI-AU.
PTDI siap produksi pesawat CN295

PT Dirgantara Indonesia siap memproduksi pesawat transport menengah CN295 yang merupakan pengembangan CN235 dan telah digunakan sebagai armada TNI Angkatan Udara. "Pesawat CN235 dirancang dan mulai terbang pada 1980-an, kini tercatat salah satu jenis pesawat transpor populer dan banyak digunakan di seluruh dunia. CN295 adalah pengembangannya," kata I.P. Windu Nugroho, staf senior Divisi Komunikasi PT Dirgantara Indonesia (Persero) di Bandung, Selasa (30/10/2012).

Berbicara kepada media di kantornya, Windu mengatakan, sebagai pengembangan dari CN235 yang dirancangbangun bersama Indonesia dan Spanyol, maka bagi pihaknya rincian pembuatan CN295 di PTDI bukan sesuatu yang memerlukan pengetahuan asing sama sekali. Windu menjelaskan CN295 telah memasuki pasar dunia sejak 1996 oleh Airbus Military (konsorsium Eropa dan CASA terlebur di dalamnya), merupakan pesawat yang mempunyai kapasitas dan jangkauan lebih besar serta memiliki tingkat kehandalan dan dukungan operasional yang sama dengan CN235. Pesawat CN295 pun mampu membawa beban muatan hingga 9 ton dengan kecepatan terbang normal hingga 260 knot (480 km/jam). Pesawat ini juga mempunyai bentuk yang kokoh, kualitas terbang serta multifungsi yang menawarkan biaya operasional rendah, termasuk bahan bakar dan pemeliharaan.

Sebagai pesawat generasi baru dari hasil pengembangan CN235, pesawat CN295 dengan segala kemampuan serta sistem yang dimilikinya, sangat cocok untuk tugas-tugas yang diemban TNI AU. Desain dan kontruksi yang dibuat menggabungkan kekuatan, ketahanan, dan karakteristik operasi militer dengan tingkat keselamatan dan kehandalan tinggi. Selain itu, kapabilitas STOL (Short Take Off & Landing) membuat CN295 mampu lepas landas dan mendarat pada landasan paling buruk sekali pun. Dengan muatan penuh, CN295 bisa lepas landas dari lapangan terbang sepanjang hanya berkisar 600 meter. "Untuk menjadi CN295, beberapa struktur pesawat yang ada di tubuh CN235 diperkuat dan dilakukan beberapa perubahan, di antaranya perangkat pendarat, sayap tengah, mesin, dan baling-baling, selain badan pesawat diperpanjang tiga meter," kata Windu.

Kementerian Pertahanan RI membeli sembilan unit CN295 hasil kerja sama antara PTDI dan Airbus Military ini. Dua unit telah diserahkan pada 4 Oktober 2012 yang dibuat di Spanyol, sedangkan sisanya tujuh unit akan diproduksi di Bandung dengan rencana penyerahan empat unit pada 2013 dan tiga unit pada 2014. "Guna mendukung program plan tersebut, saat ini kami sedang melakukan beberapa persiapan, di antaranya menyiapkan badan pesawat (JIG fuselage) untuk yang kelebihan panjang badan tiga meter serta pembangunan pusat lini perakitan," katanya.

Dengan menggunakan manufaktur dan lini perakitan terbaru, PTDI dan Airbus Military berharap dapat mengirimkan pesanan pesawatnya ke customer dalam kurun waktu 12 bulan, atau bahkan lebih cepat. Kerja sama dengan Airbus Military ini sebetulnya sudah lama terjadi. Pada awal 2012, PTDI mempererat kerjasama strategis dengan EADS (konsorsium yang memiliki Airbus, Airbus Military dan Eurocopter) dan khususnya kerjasama strategis dengan Airbus Military itu sendiri.

Kegiatan PTDI dalam membuat dan melaksanakan program Revitalisasi dan Restrukturisasi dibantu sepenuhnya oleh tenaga ahli dari Airbus Military yang saat ini bekerja di PTDI sejak awal tahun 2011. Keuntungan lain bagi PTDI dalam kerjasama dengan Airbus Military, tersebut, selain itu akan membantu pelaksanaan program revitalisasi, juga kerja sama ini akan dapat meningkatkan kompetensi PTDI di industri penerbangan dunia.

Dengan program CN295 ini PTDI punya harapan baru untuk semakin meningkatkan kinerja bisnisnya di masa mendatang, demikian Wisnu Nugroho.

www.antaranews.com