Cari di Blog Ini

Minggu, 14 September 2014

QF-16, Versi Drone Jet Tempur F-16 Fighting Falcon

QF-16 adalah drone atau pesawat UAV yang dipersenjatai untuk melakukan misi penyerangan udara. QF-16 merupakan salah satu varian dari jet tempur legendaris F-16 Fighting Falcon. US Air Force dan Boeing telah menyepakati kontrak untuk mengkonversi sejumlah pesawat tempur F-16 menjadi drone QF-16.

Boeing QF-16. PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara
Boeing QF-16.
Perusahaan dirgantara dan pertahanan Boeing telah melakukan konversi pada pesawat tempur legendaris F-16 Fighting Falcon menjadi sebuah drone (UAV yang dipersenjatai) untuk digunakan oleh militer Amerika Serikat. Menurut informasi yang didapat situs pertahanan IHS Jane's, Boeing telah mengubah 6 pesawat F-16 dari 126 pesawat sejenis yang diproduksi oleh Lockheed Martin menjadi versi QF-16. Pesawat-pesawat tersebut akan mendapatkan peningkatan pada sistem datalink agar bisa terbang lebih tinggi dan lebih jauh seperti kemampuan yang dimiliki oleh pesawat UAV konvensional.

Boeing berpotensi mengkonversi ratusan F-16 yang sudah digrounded untuk dijadikan drone dengan menggunakan pesawat-pesawat F-16 yang disimpan di Tucson, Arizona, di mana ribuan airframe bekas F-16 telah terbengkalai selama bertahun-tahun.

AS Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) sebelumnya telah menyoroti potensi pesawat seperti QF-16 untuk memberikan dukungan udara bagi pasukan dalam pertempuran masa depan - peran yang selama ini dilakukan pesawat tempur dan helikopter tempur berawak, dan UAV seperti MQ-1 Predator dan MQ-9 Reaper.

Paul Cejas, chief engineer pada proyek Boeing QF-16, mengatakan bahwa QF-16 versi UAV akan ideal untuk serangan ke wilayah musuh dan misi yang berbahaya "di mana Anda tidak ingin menempatkan pilot dalam bahaya". "Kami pikir ada banyak potensi dalam hal ini sebagai memiliki kemampuan lebih," kata Cejas. "Boeing memiliki investasi untuk meningkatkan beberapa kemampuan tersebut. Sebagai UAV, QF-16 bisa lebih cepat menyerang target dibanding drone atau UAV yang selama ini sudah dibuat."

QF-16 dibatasi hanya untuk dioperasikan di dua pangkalan militer Amerika Serikat, yaitu Pangkalan Udara Tyndall di Florida dan White Sands Missile Range (WSMR) di Meksiko. Saat ini, stasiun kontrol di darat akan kehilangan kontak dengan pesawat QF-16 jika pesawat tersebut sudah terbang di atas cakrawala. Tapi Boeing akan meningkatkan sistem kontrol untuk memberikan QF-16 jangkauan seperti dengan UAV lain.

QF-16 memiliki kemampuan yang sama dengan jet tempur F-16 berawak, kecuali untuk persenjataan internal yang dihilangkan untuk membantu menyesuaikan diri lebih pada lebih 3.000 kabel pada versi konversi.

Boeing telah mendapatkan kontrak dari USAF senilai US$ 70 juta pada 8 Maret 2010 untuk mengkonversi 126 unit F-16 menjadi versi QF-16. Cejas juga mengatakan, untuk program jangka panjang pemerintah ingin mengoperasikan hingga 210 unit QF-16, tergantung pada anggaran pemerintah AS di masa depan.

Analisa

Lebih dari 4.500 unit jet tempur F-16 yang telah diproduksi sejak tahun 1970-an dan lebih dari 20 negara mengoperasikan pesawat tempur ini, tapi QF-16 kemungkinan besar hanya digunakan oleh militer AS. Tetapi pemerintah AS mungkin akan menyetujui penjualan teknologi konversi kepada sekutu-sekutunya karena konversi dari F-16 menjadi QF-16 diprediksi bakal menarik minat bagi negara-negara sekutu AS tersebut.

Dari segi biaya operasional, pengoperasian drone QF-16 dinilai tidak akan menjadi lebih hemat dibandingkan mengoperasikan F-16 berawak. Pada QF-16, unsur yang dihilangkan hanyalah keberadaan seorang pilot, sementara awak darat pendukung dan perlengkapan lainnya tetap sama seperti yang dibutuhkan oleh sebuah F-16 berawak.

Selain soal biaya operasional, kendala lainnya adalah terbatasnya jangkauan operasional QF-16. Sebagai perbandingan, untuk UAV seperti Predator dan Reaper, F-16 adalah pesawat jarak pendek yang membutuhkan pengisian bahan bakar tambahan di udara untuk melakukan misi penyerangan pada jarak menengah atau jarak jauh dengan muatan persenjataan yang optimal. Kinerja tempur F-16, mungkin benar-benar menjadi penghalang untuk perannya sebagai pesawat tempur tak berawak.

Salah satu aspek yang dimiliki pesawat UAV jenis Predator dan Reaper adalah bahwa pesawat-pesawat ini terbang dengan kecepatan yang relatif lambat dan memiliki kemampuan terbang dalam waktu lama yang diperlukan operator untuk mendapatkan sebuah gambaran rinci tentang area target. Sebuah pesawat F-16 berawak biasanya akan beroperasi pada ketinggian penerbangan yang relatif rendah dan pada kecepatan tinggi. Ini akan menjadi kendala, meskipun bersifat sementara, untuk mendapatkan pengamatan area target yang lebih berkualitas dalam mendapatkan keberhasilan misi penyerangan.

Salah satu alasan klise yang selalu diandalkan oleh para penggagas drone adalah menghapus resiko adanya korban jiwa pilot. Namun kenyataannya, banyak pilot tempur yang lebih suka untuk mengambil resiko tersebut.

www.janes.com