Cari di Blog Ini

Sabtu, 21 Januari 2012

Program Pengadaan Kapal Perang Jenis Korvet Milik TNI-AL

Program pengadaan kapal perang jenis korvet untuk memenuhi kubutuhan TNI-AL biasa disebut dengan nama singkatan kornas atau Program Korvet Nasional. Kapal perang jenis korvet yang dijadikan sebagai standard model kapal perang korvet TNI-AL diambil dari model kapal korvet dengan desain SIGMA (Ship Integrated Geometrical Modularity Approach). Beberapa jenis kapal korvet SIGMA yang dihasilkan untuk memperkuat armada kapal perang TNI-AL antara lain Korvet Nasional 80 M, Korvet Nasional 104 M, dan Perusak Kawal Rudal(PKR) 105 M.
Kapal perang jenis Korvet milik TNI-AL. PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara
Kapal perang jenis Korvet milik TNI-AL
Program Korvet Nasional

Program Korvet Nasional atau biasa disingkat kornas, adalah sebuah program pengadaan kapal perang berjenis korvet secara mandiri. Program yang diluncurkan pada tahun 2002 ini diproyeksikan memenuhi kebutuhan TNI AL akan 22 buah korvet. Kapal didesain bersama Orrizonte Sistem Navali SPA (Ficantieri Shipyard) dan Italian Navy Corvette yang kemudian dikembangkan oleh PT PAL Indonesia disesuaikan dengan kebutuhan TNI AL, awalnya desain kornas direncanakan dikembangkan dari korvet kelas Commandante. Setelah melalui proses Tender Desain Korvet, Akhirnya diputuskan Korvet Nasional mengambil basis SIGMA class corvette dengan model 10514. Pembangunan kapal itu juga dirancang untuk memenuhi operasi di laut bebas (unrestricted water) dan patroli teritorial termasuk daerah zona ekonomi eksklusif (ZEE) dengan durasi tidak kurang dari 20 hari secara terus menerus.

Spesifikasi Kapal Perang Korvet Nasional :

Korvet Nasional 80 M
Spesifikasi Awal kapal korvet yang dibangun itu antara lain memiliki panjang garis air 80,00 meter, lebar 12,20 meter, tinggi geladak utama 8,20 meter, kecepatan rata-rata 25,2 knots, akomodasi 81 orang, draft 3,46 meter dan daya pendorong 2 x 7.400 kW.

Korvet Nasional 104 M
Untuk spesifikasi lanjutan korvet yang dibangun oleh PT PAL Indonesia dinamakan Korvet Nasional 104 M. Hal ini dituturkan oleh Sekjen Dephan Letjen TNI Sjafrie Syamsoedin pada tanggal 9 Februari 2007 di PT PAL Indonesia. Selain itu kecepatan rata-rata adalah 29 knot dan dilengkapi dengan landasan heli sampai 10 ton. Persenjataan yang akan ditempatkan adalah anti-serangan udara, anti-kapal selam, anti-peperangan permukaan laut, anti-peperangan elektronika serta bantuan tembakan kapal. Namun dari maket, setidaknya dilengkapi oleh sebuah meriam 76 mm, empat rudal anti kapal subsonik (kemungkinan C-802 atau Exocet MM40, keduanya telah dimiliki Indonesia) dan rudal anti serangan udara jarak pendek (sekelas Mistral).

Perusak Kawal Rudal(PKR) 105 M
Untuk Spesifikasi Akhir yg disetujui Departemen Pertahanan, Korvet Nasional akan memiliki Panjang 105 meter dan berat 2400 ton, dengan persenjataan meliputi Kanon utama 100mm , 12 MICA vertical launch air defence missile, Bofors ASW Rocket launcher SR375A, MM-40 Exocet block II, Torpedo, Phalanx dan Smart-S MK2 radar system. Sementara mesin diesel utama yg digunakan berkekuatan 4 x 9.240 HP. Korvet ini Berbasis dari Model Damen Sigma 10514 dan diberi nama kelas PKR 105.

Pihak yang terlibat

Beberapa industri nasional yang terlibat dalam pembangunan kapal korvet adalah:
  • PT Krakatau Steel dan PT Garuda Raja Paksi dalam pengadaan plat baja,
  • PT Pupuk Kaltim dan PT Barata dalam pengadaan steel casting,
  • PT Maspion dan Indalex masalah celling, lining dan floring,
  • PT Mastradra Surya Surabaya memberikan kontribusi dalam pengadaan mebel dan galley equip,
  • PT INKA modul toilet,
  • PT Tadakara dan PT Guna Elektro dalam pengadaan main switch board dan distribution board,
  • PT Pindad pengadaan steering gear dan windlass,
  • PT Barata dalam pengadaan jangkar dan
  • PT Texmaco serta PT Pindad dalam pengadaan alternator.
Alokasi dana

Alokasi dana yang dibutuhkan untuk membuat 2 (dua) unit Korvet mencapai USD 520 juta. Pembuatan 2 (dua) unit Korvet ini merupakan rencana strategis TNI jangka panjang hingga tahun 2024 dalam pemenuhan alutsista TNI Angkatan Laut. Pemesanan telah dilakukan pada 9 Februari 2007 dan direncanakan 4 tahun kemudian kapal sudah bisa diluncurkan. Pendanaan datang dari pinjaman bank dalam negeri dan diperkirakan seluruh program korvet nasional akan menelan biaya 8 triliun rupiah. Pemesanan awal ini terhenti sejenak dikarenakan adanya krisis global.

Pada Tanggal 16 agustus 2010, Kementrian Pertahanan menandatangani kontrak pembuatan Korvet nasional dengan nama PKR 105 bersama PT Pal Indonesia dan Damen Schelde Belanda. Program ini menelan dana $220 juta dari APBN dan akan dikembangkan selama 4 tahun, setelah itu diperkirakan Indonesia mampu membangun sebuah Korvet Nasional setiap 6 bulan sekali.

wikipedia.org