Tank AMX-13 TNI AD |
Meski butuh uang, rencana pembelian 100 tank Leopard bekas milik Belanda oleh Indonesia telah ditentang parlemen Belanda dengan alasan HAM yang dimotori Fraksi Kiri Hijau, Arjan El Fassed. Indonesia diketahui berencana membeli 100 Main Battle Tank (MBT) Leopard, terdiri dari 50 unit tipe 2A4 dan 50 unit tipe 2A6 bekas dari Belanda yang tahun ini mengurangi anggaran pertahanan mereka. Untuk tipe 2A4, harga yang akan dibayarkan sekitar 700.000 euro atau setara Rp8 miliar per unit, sementara tipe 2A6 800.000 euro atau sekitar Rp9,2 miliar per unit. Itu belum termasuk biaya overhaul 800.000 Euro per unit tank berbobot sekitar 60 ton tersebut.
Sampai saat ini Indonesia masih mengandalkan Main Battle Tank (MBT) PT-76 buatan Rusia yang uzur, sementara tank termodern Indonesia adalah tank ringan AMX-13 buatan Prancis dan FV-101 Scorpion Inggris. tank ringan AMX-13 menarik karena kendaraan tempur berbobot tempur 14,5 ton, diawaki 3 kru, senjata tambahan berupa senapan mesin kaliber 7,62 mm yang koaksial dengan meriam di turet ini berasal dari Belanda.
Seperti diketahui pembelian tank bekas dari Belanda bukan pertama kali terjadi, sampai saat ini AMX-13/150 Prancis adalah armada terbesar tank ringan AD Indonesia. Tank dengan meriam kaliber 105 mm berjumlah 130 unit juga dibeli bekas dari Belanda pada 1980-an. Sementara versi self-propelled gun AMX-13 Mk-61 sebanyak 50 unit, juga dibeli bekas dari AB Belanda pada 1984. Saat itu hubungan Belanda-Indonesia sangat erat karena sejak 1967 hingga 1991, Belanda menjadi ketua Intergovernmental Group on Indonesia, IGGI, kelompok negara dan lembaga internasional yang memberi bantuan pembangunan pada Indonesia.
Pembelian AMX-13 sendiri saat itu tak kalah ramainya diberitakan karena aktivis HAM Belanda mengecam Operasi Pembunuhan Misterius (Petrus) pada eran 1980-an.
Hubungan Belanda-RI akhirnya retak setelah Belanda resmi mengecam keras peristiwa penembakan terhadap para demonstran di kompleks pemakaman Santa Cruz Dilli, Timor Timur pada 12 November 1991. Dihujat kanan-kiri, akhirnya pada Maret 1992, Soeharto memutuskan membubarkan IGGI.
www.bisnis.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar