Pasukan TNI |
Sebuah gelar kekuatan TNI dipertontonkan di bumi lancang kuning Riau bulan Desember 2011 lalu, tepatnya di sebuah kota pelabuhan minyak terbesar di pantai timur Sumatera, Dumai. Satu brigade pasukan pemukul reaksi cepat (PPRC) TNI dikerahkan ke kota asal muasal tujuh putri itu melalui penerjunan payung pasukan TNI AD dari batalyon 503 Mayangkara dan serangan amfibi dari batalyon infantri 3 Marinir. Ini bagian dari perhelatan Hari Nusantara yang jatuh setiap tanggal 13 Desember yang bersumber dari Deklarasi Juanda tahun 1957.
Apa itu deklarasi Juanda yang dicetuskan tanggal 13 Desember 1957. Tak lain dan tak bukan isinya adalah mempertegas bahwa Indonesia adalah negara kepulauan yang punya corak khas dan sejak dahulu kala kepulauan nusantara sudah merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Dengan Keppres No 126 tahun 2001 deklarasi ini ditetapkan sebagai Hari Nusantara.
Ada pertanyaan mengapa harus di Dumai padahal rencana semula di Poso. Yang jelas karena kepanitiaan ada di tangan Kementerian Pertahanan maka akan lebih terasa gemanya jika dilaksanakan di Dumai sebuah kota pelabuhan di tepi selat Malaka yang strategis itu. Kehadiran PPRC TNI di kota terluas di Indonesia itu (1.727,385 km²) dipandang perlu untuk menunjukkan kesiagaan yang tinggi karena kota ini adalah pusat transportasi laut berskala besar untuk lalulintas ratusan ribu barrel minyak perhari dan ribuan ton CPO. Dan yang lebih penting bersebelahan dengan dua jiran sebagai sebuah pesan.
Menhan sendiri secara tersirat menyatakan bahwa perhelatan Hari Nusantara di Dumai yang kental dengan aroma militer diperlukan untuk menunjukkan pada negara lain bahwa TNI siap untuk berkelahi demi mempertahankan teritori NKRI. Nah untuk menambah kesan aroma militer itu, tidak hanya latihan militer gabungan yang dipertunjukkan namun ada simulasi menghancurkan perompak oleh pasukan khusus TNI AL, juga pameran industri alutsista dalam negeri, sailing pass kapal perang, flypass pesawat militer, latihan integrasi taruna TNI yang diikuti 1500 taruna tingkat akhir.
Jadi bisa dibayangkan suasana militer setidaknya selama tiga minggu di kota berpenduduk 280.00 jiwa itu yang sehari-harinya disibukkan dengan aktivitas bisnis perminyakan, kelapa sawit dan transportasi laut lintas negara. Dumai tiba-tiba saja menjadi kota militer dengan kahadiran ribuan personil TNI dan berbagai jenis alutsistanya. Masyarakat Dumai yang multi etnis itu pun antusias menonton gelar terjun payung yang dilakukan oleh 9 pesawat Hercules di Bandara Pinang Kampai yang berdekatan dengan kompleks perumahan Chevron, menerjunkan ratusan personil TNI AD di sebuah pagi tanggal 11 Desember 2011.
Pada saat yang bersamaan dari laut pasukan marinir berkekuatan 1 batalyon dan dikawal 9 KRI menyerang pantai Mundang Dumai untuk melakukan serbuan amfibi merebut kembali kota Dumai yang sudah dikuasai ”musuh” berbulan-bulan. Hanya kali ini musuhnya bukan negara Sonora melainkan GSB (Gerakan Separatis Bersenjata) yang hendak menguasai sebagian provinsi Riau, kata penulis skenarionya begitu. Ini merupakan bagian materi berjudul Operasi Lawan Insurjensi atau OLI kata Kasum TNI Letjen TNI J. Suryo P.
Maka pagi itu Dumai benar-benar hiruk pikuk dengan deru sejumlah alutsista dan pasukan TNI yang ”menyerang” kota mereka. Tiga jet tempur Hawk dari Pekanbaru menghancurkan sasaran lawan di pantai untuk memuluskan gerakan serbuan amfibi. Dentuman menggemuruh disana sini. Sementara di bagian angkasa yang lain 9 Hercules menerjunkan pasukan untuk menduduki kota Dumai melalui bandara Pinang Kampai.
Serangan pasukan pemukul reaksi cepat TNI di Dumai merupakan puncak dari kegiatan latihan militer yang sudah dimulai sejak tanggal 22 Nopember 2011. Latihan bergengsi ini sebenarnya diluar jadwal kegiatan latihan tempur TNI karena belum lama berselang sudah diadakan latihan berskala besar di Sangatta, juga pendaratan amfibi pasukan marinir. Penutupan latihan dilakukan satu hari setelah pendaratan pasukan gabungan oleh Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono di lapangan Chevron Dumai.
Show of force militer Indonesia ini di sebuah kota minyak yang memiliki sejumlah obyek vital merupakan kejutan tersendiri bagi warga Dumai. Selama ini unjuk kekuatan TNI selalu ada di wilayah segitiga ATS Kalimantan yaitu Ambalat-Tarakan-Sangatta. Bagi warga Dumai sendiri surprise itu memberikan nilai kebanggaan karena tak menyangka dengan kehadiran ribuan pasukan TNI untuk melindungi wilayah dan warganya dari gangguan keamanan. Bayangkan saja ribuan pasukan TNI ditambah 7000 undangan dan animo puluhan ribu masyarakat Dumai menyatu merayakan Hari Nusantara yang dibalut dengan latihan militer, flypass pesawat, sailing pass kapal perang, pameran pertahanan dan kedatangan Wapres Boediono.
Alutsista laut yang berpartisipasi dalam latihan militer TNI ini adalah KRI Makassar LPD, KRI Banjarmasin LPD, KRI Banda Aceh LPD, KRI Tanjung Nusanive, KRI Teluk Cenderawasih, KRI Lambung Mangkurat, KRI Sutanto, KRI Silas Papare, KRI KRI Todak, KRI Barakuda, KRI Clurit. Marinir menampilkan 1 peleton tank amfibi, 1 kompi panser amfibi, 1 peleton kapa, 1 peleton Howitzer dan RM Grad. Dari matra darat ditampilkan beberapa unit tank Scorpion/Stormer, panser Anoa, meriam artileri, radar giraffle, LCR dan kendaraan angkut pasukan. Sedangkan matra udara mengirimkan 1 flight jet tempur Hawk, 1 filght jet tempur F16, 9 Hercules, 2 F27, 1 Casa 212, 1 CN235, 2 Heli.
Dumai bermakna strategis bagi Indonesia karena letak geografis kota ini persis di jalur sempit selat Malaka yang ramai lancar itu. Lebih dari itu dari kota ini transaksi bisnis jutaan dollar berlangsung melalui transportasi perminyakan dan kelapa sawit. Dumai, sebuah kosa kata yang berasal dari legenda kekaguman seorang pangeran Empang Kuala yang melihat tujuh putri cantik sedang mandi di lubuk Sarang Umai. Sang Pangeran berdecak kagum sambil berkata pelan dengan pengawalnya: ada gadis cantik di lubuk Umai, cantik di Umai ya..ya.. di umai, lalu akhirnya menjadi Dumai. Dan memang sekarang Dumai tumbuh menjadi kota yang cantik, memikat, memukau dan berkembang pesat. Ya karena ada ”gadis cantik” di lubuknya, gadis cantik itu bernama minyak bumi dan minyak sawit.
hankam.kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar