Setelah tertunda sekitar satu dasawarsa, Rusia akhirnya benar-benar bertekad mengganti seluruh armada pesawat tempur-pengebom Su-24 Fencer yang sudah tua dan sering jatuh. Hari Kamis (1/3/2012), Kementerian Pertahanan Rusia menandatangani kontrak pembelian 92 unit pesawat penerus Fencer, yakni Sukhoi Su-34 Fullback. Penandatanganan salah satu kontrak pembelian pesawat terbesar oleh angkatan bersenjata Rusia ini dilakukan langsung oleh Menteri Pertahanan Anatoly Serdyukov dan Direktur Jenderal Sukhoi Igor Ozar. Sebelumnya, Angkatan Udara (AU) Rusia baru memesan 32 unit Su-34, sehingga dengan kontrak baru ini, Rusia akan mengoperasikan sedikitnya 124 unit pesawat tempur-pengebom "generasi 4+" tersebut.
Sebanyak 10 unit Su-34 pertama dalam kontrak terbaru ini akan mulai dikirim tahun ini, dan semua pesawat diharapkan rampung pada 2020. Saat ini AU Rusia sudah mengoperasikan 12 unit Su-34. Pembelian pesawat baru ini menjadi bagian dari program pembelian 1.500 pesawat baru bagi Angkatan Udara Rusia sampai 2020.
Douglas Barrie, pengamat penerbangan militer dari International Institute for Strategic Studies (ISIS) di London, mengatakan, keputusan Rusia mengoperasikan Su-34 ini mundur lebih dari 10 tahun dari rencana sebelumnya. Program pengembangan Su-34 sudah dimulai sejak era 1980-an, tetapi tertunda-tunda karena masalah pembiayaan.
Pengumuman pembelian besar-besaran Su-34 ini dilakukan sekitar sepekan setelah AU Rusia mengoperasikan kembali sebagian armada Su-24 Fencer. Sebelumnya, seluruh armada pesawat tersebut dilarang terbang setelah terjadi tiga kecelakaan dalam waktu empat bulan terakhir.
Su-34 adalah pesawat tempur dua tempat duduk yang dirancang untuk melakukan serangan presisi terhadap berbagai sasaran dengan pertahanan kuat dalam segala kondisi cuaca, baik siang maupun malam. Berbagai persenjataan yang diusung pesawat ini, antara lain, kanon 30mm GSh-301, dan 12 rudal udara-ke-udara AA-10 Alamo atau AA-11 Archer, beberapa rudal udara-ke-darat dan bom. Rusia memulai produksi massal Su-34 di pabrik Sukhoi di Novosibirsk sejak 2008. Pesawat bermesin turbojet ganda dengan kemampuan afterburner AL-31MF itu dijual dengan harga 36 juta dollar AS (Rp 328,05 miliar) per unit.
internasional.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar