Cari di Blog Ini

Kamis, 16 Februari 2012

KRI Imam Bonjol (383)

KRI Imam Bonjol (383) adalah kapal perang jenis korvet kelas Parchim yang dimiliki dan dioperasikan oleh TNI Angkatan Laut. Sebelum memperkuat armada kapal perang TNI-AL, KRI Imam Bonjol (383) awalnya kapal perang milik Angkatan Laut Jerman Timur. Setelah dilakukan beberapa modifikasi pada sistem persenjataan dan kemampuan berlayar yang lebih lama, pada tahun 1993 beberapa unit kapal korvet kelas Parchim milik Angkatan Laut Jerman Timur ini dibeli oleh Indonesia (TNI-AL).
KRI Imam Bonjol (383). PROKIMAL ONLINE Kotabumi Lampung Utara
KRI Imam Bonjol (383)
KRI Imam Bonjol (383), kapal perang TNI AL. Selama ini masyarakat awam sangat angker jika berdekatan dengan peralatan dan perlengkapan militer, terutama yang berkaitan dengan perang. Namun pemikiran tersebut coba dikikis oleh pihak Lanal Pontianak, dengan mengajak pelajar, jurnalis maupun masyarakat sekitar Lanal Pontianak untuk mengenali lebih dekat kapal perang milik TNI AL, KRI Imam Bonjol (383), yang sedang sandar di deramaga Lanal Pontianak, Selasa (7/4). Komandan Lanal Pontianak, Kolonel Laut (P) Trikora Hardjo, mengatakan bahwa tujuan open ship, dengan memberi kesempatan kepada masyarakat sipil untuk mengenali luar dalam KRI Imam Bonjol, agar masyarakat Pontianak terutama pelajar, semakin tumbuh semangat jiwa nasionalismenya. Masyarakat terlihat sangat antusias dan senang bisa melihat langsung setiap bagian kapal, sehingga semakin mengenal istilah haluan, anjungan serta buritan. Beberapa siswa Sekolah Pelayaran juga terlihat serius menyimak penjelasan yang diberikan oleh beberapa awak KRI Imam Bonjol (383). Sementara itu orang tua yang mendampingi putra-putrinya yang masih TK, memanfaatkan momen tersebut untuk mengajak anaknya berfoto. Kapten KRI Imam Bonjol, Letkol Laut (P) Deny Septiana, mengatakan bila kita melakukan perawatan dengan rutin maka kapal ini diyakini mampu bertahan hingga sepuluh tahun mendatang. Dia juga menambahkan bahwa kapal ini masih mampu mengamankan wilayah perairan Indonesia. "Mungkin peralatan tempur negara tetangga lebih canggih dari kita, namun yang terpenting adalah strategi serta kemampuan personil kita masih mampu mengimbangi negara-negara tetangga lainnya," imbuhnya. KRI Imam Bonjol singgah di Lanal Pontianak sebelum melanjutkan perjalanan menuju Tanjung Pandan di Dumai, untuk mengikuti kegiatan latihan gabungan bersama angkatan laut Singapura, dalam rangka pengamanan wilayah perairan Selat Malaka, Selat Karimata serta perairan Laut Cina Selatan. "Sesuai dengan Daftar Susunan Personil (DSP) jumlah personil untuk mendukung kapal ini adalah 84 orang, namun yang ada di kapal ini hanya sekitar 74 orang, karena ada beberapa personil bagian pengurusan administrasi di pangkalan di Jakarta," jelas Deny. Sejak Januari 2009, menurut Deny, KRI Imam Bonjol sudah menorehkan prestasi dengan berhasil menangkap kapal tanker MT Amena yang berbendera Malaysia, denganmuatan 40 ton minyak oplosan dan 3 ton solar, sekitar 1,2 mil di sebelah barat pulau Nipah, perairan Kepulauan Riau. Dan kapal lainnya yang pernah ditangkap adalah Tug Boat Twin Power 18 berbendera Tuvalu yang tengah menggandeng tongkang BG Chigo 8 dengan muatan 3.403 ton granit dari Tanjungbalai, Karimun untuk dibawa ke Singapura. KRI Imam Bonjol (383) yang merupakan kapal perang eks Perang Dunia II buatan Jerman, Selasa (7/4) kemarin bersandar di Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) TNI AL Pontianak. Bersandarnya KRI ini untuk mengisi logistik, sebelum KRI melakukan operasi keamanan laut di selat Karimata dan laut Natuna. KRI Imam Bonjol yang merupakan kapal perang eks Perang Dunia II buatan Jerman, Selasa (7/4) kemarin bersandar di Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) TNI AL Pontianak. Bersandarnya KRI ini untuk mengisi logistik, sebelum KRI melakukan operasi keamanan laut di selat Karimata dan laut Natuna. "Operasi keamanan laut dilakukan sejak Januari lalu hingga sekarang," kata Komandan KRI Imam Bonjol, Letkol Laut (P) Deny Septiana. KRI Imam Bonjol sebagai bagian dari kekuatan armada barat yang berjumlah 8 KRI jenis Prarchim, ditugaskan untuk terus beroperasi dalam upaya menangkal tindakan-tindakan illegal di laut. "Selama beroperasi, sejak Januari lalu, KRI Imam Bonjol (383) pernah menangkap Kapal Tanker berbendera Malaysia yang sedang berlabuh di Pulau Nipah, untuk mengisi bahan bakar," katanya. KRI juga pernah menangkap kapal yang mengangkut TKI illegal sebanyak 154 orang, yang rencananya akan diberangkatkan ke Malaysia. KRI Imam Bonjol yang diawaki 74 personel tersebut, setelah bersandar di Lanal Pontianak, akan ke Batam dan Dumai, untuk mengikuti latihan lintas sektor bersama Singapura. Komandan Lanal Pontianak, Kolonel Laut (P) Trikora Hardjo, memberikan kesempatan pada para siswa SD, SMP dan TK di sekitar Lanal Pontianak, untuk melihat KRI tersebut. "Tujuan kita mengundang pelajar melihat KRI Imam Bonjol ini, untuk menumbuhkan semangat cinta tanah air para pelajar," katanya. Tidak hanya itu, sebagai pangkalan TNI AL, sudah menjadi kewajiban Pangkalan untuk mendukung dan menyediakan segala logistik, yang diperlukan KRI yang singgah di pangkalan.
KRI Imam Bonjol (383) adalah korvet Kelas Parchim dibuat untuk Volksmarine / AL Jerman Timur pada akhir 70-an. Penamaan menurut Pakta Warsawa adalah Project 133. Kapal ini didesain untuk perang anti kapal selam diperairan dangkal / pantai. Enambelas kapal dibuat untuk Volksmarine (1997-1981) dan 12 kapal (versi modifikasi) dibuat untuk AL Soviet pada 1985-1990 oleh Peenewerft, Wolgast. Soviet memesan kapal ini dengan tujuan untuk menolong industri kapal Jerman Timur , karena saat itu sebenarnya Soviet sudah mempunyai korvet Kelas Grisha yang lebih baik dibanding Parchim dalam semua aspek. Begitu keluar dari perairan dangkal keampuhan dari kapal ini menurun drastis.

Di Soviet korvet kelas Parchim dikembangkan lagi menjadi korvet kelas Parchim II. Setelah Penyatuan kembali Jerman, Bekas negara Jerman timur menjual kapal-kapal Parcimnya ke TNI AL Indonesia pada tahun 1993. Oleh TNI AL kapal ini dimodifikasi dengan menambahkan kapasitas BBM untuk patroli lebih lama dilaut. Oleh TNI AL, KRI Imam Bonjol (383) tidak lagi difungsikan sebagai AKS, namun dijadikan sebagai kapal patroli untuk pertempuran dipermukaan laut.

Kapal yang saat ini memperkuat Armabar yang berbasis di Jakarta ini, dipersenjatai dengan dua unit peluncur roket AKS jenis RBU-6000 masing-masing berlaras 12, yang dapat mengisi ulang secara otomatis setelah semua roketnya ditembakkan, senjata ini terletak di bagian haluan tepat di depan deckhouse. Di depan RBU-6000 masih terdapat meriam penangkis serangan udara (PSU) yang berlaras ganda jenis AK 230 kaliber 30 milimeter.

Sebagai kapal yang dirancang untuk misi tempur AKS (Anti Kapal Selam), KRI Imam Bonjol (383) dibekali torpedo akustik pencari jejak jenis SAET-40 UAE kaliber 406 milimeter. Empat buah tabung pelontarnya terletak di bagian belakang, mengapit menara radar Muff Cob serta dua tabung sejajar serong terhadap garis lunas kapal terpasang pada tiap sisinya. Di dekat tabung tersebut terdapat dua buah rak bom laut yang isinya diluncurkan melalui sepasang rel di buritan bagian bawah geladak.

Untuk antisipasi pengamanan bila ada serangan udara dari arah belakang kapal, KRI Imam Bonjol (383) bisa menggunakan meriam PSU berlaras ganda jenis AK 257 kaliber 57 milimeter. Dan jika ada peluru kendali musuh tengah meluncur kearah kapal, arah luncurnya dapat dibelokkan dengan serpihan logam pengecoh (chaft) yang keluar dari 8 tabung penghambur yang ada di sisi kiri dan kanan deckhouse utama, dengan posisi agak mendongak tak jauh dari pintu masuk ruang anjungan tempur.

Spesifikasi Kapal Perang KRI Imam Bonjol (383) :
  • Berat benaman : 793 ton standar, 854 ton beban penuh
  • Panjang : 75,2 m (246,7 ft)
  • Lebar : 9,78 m (32,1 ft)
  • Draft : 2,65 m (8,7 ft)
  • Tenaga penggerak : 3 shaft M504 Diesel, 14.250 hp
  • Kecepatan : 24,7 knot
  • Jarak Tempuh : 2.100 nm pada 14 knot
  • Awak Kapal : 62 orang
  • Sonar dan Radar : Radar MR-302/Strut Curve, Radar kontrol tembakan MR-123 Vympel/Muff Cob
  • Persenjataan elektronik : Sonar MG-322T, Decoy PK-16 decol RL
  • Persenjataan : 2 x SA-N-5 SAM, 2 x 57 mm gun (1x2), 2x30mm gun (1x2) atau 1 x AK-630, 2 x RBU-6000-peluncur roket anti kapal selam, 4 x 400 mm tabung torpedo, 60 x ranjau
wikipedia.org